Sabtu, 25 Agustus 2018

2018 Mid-Year Inspiration

Yo.

Ilustrasi:
Seorang mantan anggota beret hijau KNIL => berlayar => pegawai BUMN => kakek gua

Seorang pemuda yang gagal tes masuk sekolah pilot sampai 3 kali => masuk ke sekolah teknik radio penerbangan => bapak gua

Seorang pemudi nelayan yang pernah bersukarela nggak naik kelas pas SMA demi menemani temannya yang tidak naik kelas => ke Jakarta untuk lihat bis tingkat => suster => ibu gua

Seorang anak pertama yang bermimpi menjadi astronom atau arsitek atau psikolog => aktivis segalanya pas SMA => gagal masuk ke semua bidang yang diimpikan dan gak mau kuliah => jalan 3 tahun jadi kopilot di maskapai nasional sambil nyicil rumah

Seorang anak yang merupakan satu-satunya anak kedua di rumahnya => EH ELO KIDAL YA??? => kuliah ke ujung pulau demi jarang dikunjungi orangtua, demi mengerjakan skripsi "alien" => belom bosen kuliah sampai ke benua lain dengan beasiswa yang didapat

Komentar:
Mungkin hidup lu saat ini asem, tidak bahagia, tidak memuaskan, tidak ada tujuan.
Mungkin saat ini lu jadi males baca postingan ini karena udah bosen dikuliahin soal pentingnya membenahi hidup.
Mungkin saat ini lu udah siap ngeklik tanda X di tab ini karena kalimat sebelumnya itu emang lu banget.

Gua cuma mau bilang aja kalau keluarga gua itu penuh cerita perjuangan. Kita bukan keluarga yang selalu aman dan nyaman. Bahkan, nama keluarga gua pun bukan penghargaan yang bisa dibanggakan, tapi kebetulan yang mesti disyukuri aja.
Kalau keluarga gua bisa bertahan sampai seperti ini, mungkin lu juga bisa.
Monggo dicoba.

Komentar pribadi:
Gua aja sampe sekarang masih belom yakin mau ngapain selanjutnya. Gua juga masih mencari, masih jalan-jalan, masih keliling-keliling, masih memilih dan memilah.
Kalo gua bisa, lu juga bisa. Setidaknya itulah yang gua percaya.

Kesimpulan:
Mohon maaf kalau postingan ini tidak jelas.
Blog ini memang dijiwai oleh semangat spontanitas emosional dan gaya tulisannya adalah tidak berstruktur. Silakan ke blog laon kalau ingin tulisan yang bermutu.

Yoho~

Jumat, 17 Agustus 2018

17 Agustus 2018

Yo.

Akhirnya gua nulis lagi.
Mungkin ini saatnya gua kembali nulis secara rutin lagi dan menyudahi hiatus yang tidak pernah gua umumkan.
Gitu.

17 Agustus!
Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia! WOOOOOOO!!!
Mungkin gua nggak seharusnya teriak. Sekarang masih jam 6 pagi dan gua masih di dalam kamar.

17 Agustus!
Terakhir kalinya gua merayakan hari ini secara formal adalah pada saat kelas 1 SMA. Waktu itu, kelas gua jadi perwakilan dari sekolah gua untuk upacara bendera di alun-alun kota. Seinget gua sih gitu.
Berarti, itu 8 tahun yang lalu. Atau 7. Diantara itu lah pokoknya.
Terakhir kalinya gua ikut kegiatan perayaan di daerah perumahan gua adalah saat kelas 5 atau 6 SD. Waktu itu, gua ikut pawai keliling komplek. Gua pakai baju polo hijau yang kebesaran dan bisa dibilang cukup dekil.
Intinya, sudah sangat lama sejak terakhir kali gua aktif menikmati perayaan di hari ini.
Secara pasif, gua selalu menikmati hari liburnya.
Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa gua adalah orang yang tidak tepat untuk berkata-kata yang bagus dan memotivasi di hari ini.
Walaupun begitu, gua tetep akan nulis sesuatu yang bisa jadi akan ke arah sana, karena ini blog gua dan gua bisa nulis apa aja.

17 Agustus.
Hari Kemerdekaan.
Kita bisa ngomongin arti dari kemerdekaan disini, tapi udah ada KBBI untuk itu.
Jadi mari yang kita omongin adalah interpretasi dari gua.
Kemerdekaan.
Merdeka.
Bebas (?)
Bebas berbatas (?)
Bebas tanpa batas (?)
Merdeka.
Mandiri.
Merdeka.
Bebas mengatur diri sendiri.
Sip.
Menurut gua, gua belum merdeka secara utuh.
Gua belum merdeka dari rasa takut, rasa malu, rasa tertekan, dan kesendirian. Nggak setiap hari sih.

Mungkin kita semua, seenggaknya sampai angkatan gua, diajari untuk membawa nama keluarga di pundak kita. "Kamu punya marga ini. Orang-orang akan melihat kehidupan keluarga ini dari kehidupanmu." Melihat keluarga, maka tak lepas dari suku dan budaya.
Melihat keluarga gua sendiri, kadang-kadang gua merasa cuma sebagian orang yang berusaha menjaga nama keluarga secara aktif. Mungkin tidak terlihat dari luar, tapi begitu gosip dalam keluarga sudah mengalir, banjir, bosku. Masih ada oknum-oknum yang bisa dibilang, "meninggalkan bekas sepat dan asam di mulut selesai dibicarakan."
Kadang-kadang gua merasa, untuk apa gua melakukan apa yang sudah gua lakukan selama ini.
Mencoba selalu berkelakuan baik di sekolah.
Mencoba mendapat nilai yang sebagus-bagusnya di setiap kesempatan hingga akhirnya dapet ranking 1 pertama kali ketika kelas 2 SMA.
Melaksanakan kuliah dicukupkan di semester kedelapan, dengan dibumbui aktivitas organisasi jurusan di tahun ketiga dan mengurus kegiatan praktikum di lain kesempatan.
Sarjana tanpa wisuda. Langsung berangkat ke luar negeri untuk lanjut S2. Ngeri.

Kadang-kadang, gua berpikir disaat harusnya nggak mikir. Ngeri.
Dan hasil pemikiran gua adalah, "untuk apa gua melakukan semua ini kalau suku gua masih dikonotasikan sebagai kumpulan preman di satu sisi, dan kumpulan penyanyi di sisi lain."
Kadang-kadang, gua berpikir apakah alasan gua selalu melakukan hal-hal yang "aneh dan tidak jelas" adalah supaya gua menjadi cerminan yang baru dari keluarga gua? Mungkinkah gua berjuang sejauh ini adalah supaya ketika orang-orang memikirkan suku dan/atau keluarga gua, maka mereka akan menyadari bahwa ada sisi lain yang tidak umum, tidak populer, tapi jelas terlihat dan perlu diakui?
Q: Apakah gua adalah seseorang yang mau menanggung banyak hal di bahunya?
A: Kalau nggak ada yang mengajak gua bicara, ya.

Mungkin postingan ini harusnya diberi judul "17 August Rant" atau semacamnya.
Mungkin orang yang baca postingan ini akan berkomentar "ini anak ngomong apa sih???"
Mungkin tulisan gua emang belum memiliki struktur yang tepat, yang sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan.
Mungkin kalau gua ditanya secara langsung tentang hal-hal diatas, gua akan bilang "nggak usah dipikirin", "selaw aja", atau gua cuma bisa diam dan tersenyum.
Mungkin gua cuma pengen nulis ini karena gua merasa butuh nulis ini.
Mungkin gua cuma ingin merasakan sedikit kelegaan dan kemerdekaan di hari yang spesial ini.
Mungkin gua cuma ingin diingat sebagai seorang teman.
Mungkin gua cuma ingin diingat.
Entahlah.
Nggak usah dipikirin~

Yoho.