Kamis, 19 Maret 2020

I didn't write this comedy script

Yo.

Gua pernah menulis naskah (yang niatnya) komedi.
Gua pernah menulis naskah (yang berusaha menjadi sebuah cerita) misteri.

Tapi gua merasa hidup gua bukan cerita komedi.
Hidup gua itu lebih ke cerita perjuangan.
Bagaimana caranya membuat panna cotta dengan sebuah oven microwave.
Perjuangan penuh keringat, darah, air mata, dan sebuah oven microwave.

Tapi kisah kali ini adalah sebuah komedi.
Charger untuk smartphone gua yang gua pakai sampai semalam adalah yang gua beli tahun lalu.
Vendor di sebuah situs jual-beli daring. Ulasan di lamannya sih, meh. Tapi produknya berfungsi baik. Gua masih pake produknya sampai semalam.
Sejak akhir tahun lalu, gua ingin punya kabel cadangan. Untuk jaga-jaga, tentunya.
Pada saat itu, gua beli kabel, yang bisa dibilang, generik. Bukan spesifik untuk smartphone gua, bukan produk resmi, tapi cuma sebuah kabel yang sesuai untuk tipe port di smartphone gua.
Sejak pulkam di akhir tahun lalu, gua rasa kabelnya sudah tidak optimal. Udah nggak "klik" lagi dengan smartphone gua. Asumsi gua, "hmmmm mungkin kabelnya udah rusak karena udah tua atau gua kasar dalam pemakaiannya dan memang pernah sekali ada bunyi hentakan pas gua charge." Lagipula, usia kabelnya udah memasuki 1 tahun.
1 bulan lalu, gua akhirnya memutuskan untuk beli kabel baru. Logis. Kabel lama sepertinya rusak, kabel baru sepertinya adalah solusi yang tepat.
Gua beli produk dari 2 vendor tak dikenal. 1 minggu kemudian, gua punya 3 kabel USB-C baru.
DUN DUN DUNNNN !!! Semuanya nggak cocok untuk smartphone gua! Nggak "klik"!
Di tengah kebingungan itu, dan karena gua sedang menyesuaikan diri ke kerjaan (gua sekarang udah jadi pegawai, lho), gua memutuskan untuk beli lagi produk dari vendor yang jual kabel yang gua beli setahun yang lalu itu. Sialnya mesti sama adaptornya, jadinya harganya agak lebih. Bodo amat, yang penting ini terpercaya. 1 minggu kemudian, alias hari ini, produknya sampai di tangan gua.
DUN DUN DUNNN !!! MASIH NGGAK COCOK ! Whiskey Tango Foxtrot !

Terus gua bersihin port di smartphone gua.
Sekitar 3 kilogram debu-debu-apaansih gua keluarkan.

Sekarang gua punya 2 adaptor. Redundansi adalah solusi.
Sekarang gua punya 4 kabel USB-C. Redundansi berlebihan adalah pemborosan.

Hikmah dari cerita ini adalah sebuah pengetahuan bahwa gua itu adalah orang bodoh.
Mungkin lu kenal gua di dunia nyata dan pernah berpikir kalau gua itu pinter.
Pertama, terima kasih.
Kedua, tolong sesuaikan pikiran lu itu setelah mendengar cerita ini.

Setelah gua pikir lagi, hikmah cerita ini adalah : rawat smartphone anda. Kebersihan adalah sebagian daripada iman (katanya). Sekarang gua percaya kalau kebersihan adalah sebagian alasan kenapa anda tidak perlu punya 4 kabel charger USB-C.

Sekian.
Jaga kesehatan.
Jaga kesehatan orang-orang di sekitar anda.
Social distancing mungkin bukan solusi, tapi tidak menyebarkan yang tidak perlu disebarkan adalah kebahagiaan bersama.
Sialnya gua sudah mempraktekkan social distancing sekian lama sampai hati gua membusuk, tapi ya itu cerita lain.

Ciao.
Yoho~