Selasa, 27 Oktober 2020

gua lagi bete ngadepin iklan di YouTube yang sama terus nih ceritanya

 Yo.


Iklannya kayak gini:

Krisis kesehatan kali ini mengingatkan kita akan betapa pentingnya perusahaan farmasi. Ayo beli saham perusahaan farmasi dengan aplikasi kita, karena inilah kesempatan anda untuk bergabung dengan para calon miliarder abad ini!


Yang gua denger sih gini:

Krisis kesehatan kali ini mengingatkan kita akan betapa pentingnya perusahaan farmasi. MAU DUIT? FARMASI ITU KAN OBAT YA, JADINYA PENTING BANGET DAN KALO OBATNYA LAKU, KITA KAYA BRO!

Gua jadi kurang sreg sama iklan tersebut karena rasanya bener-bener mencari kesempatan dalam kesempitan. Kesempitannya bukan di demografi gua lagi.

Untungnya sih video yang gua tonton biasanya menghibur, jadinya gua gak kesel/sedih lagi setelah nonton iklan itu.


Yoho~

 

Selasa, 20 Oktober 2020

gua lagi belajar bahasa prancis nih ceritanya

 Yo.


Kalo belajar dengan tingkat kesulitan rendah alias dari buku atau materi online:

- Budi dan Tuan Hugo sedang berbincang sambil makan keong di Restoran "Aku dan Kamu".

- Dari bacaan diatas, apakah poin utama dari paragraf ketiga?


Kalo belajar dengan tingkat kesulitan tinggi alias di jalanan:

- Bro! Cuy! Rumah sakit kearah sana kan? Rumah sakit! Rumah sakit! Sana? Oke!

- Jadi, buang sampah itu harus di tempatnya. Biasanya kan di ruang bawah tanah tapi kalau nggak disitu berarti ada di luar apartemen, yang di pintu keluar parkiran itu, lho. Sip. Intinya, ga boleh ninggalin plastik sampah di lantai begitu aja, ya. Sip. Sip. Kita cek ada yang ngelanggar atau nggak lewat kamera keamanan juga.


Yoho~

Sabtu, 10 Oktober 2020

gua lagi nunggu laundry tapi mesti ngeluh nih ceritanya

 Yo.


Bus yang omni lagi anget banget nih di media sosial.

Padahal lebih banyak orang yang kerja bukan di media sosial, tapi kok ramenya di media sosial.

Kalimat barusan emang gak nyambung tapi gua lagi kesel jadinya gua mau nulis itu.


Jadi barusan gua liat 1 tweet tentang menyanggah sanggahan dari akun Instagram DPR terhadap "hoax" yang beredar. Entah hoax, entah perlu tanda kutip, gua juga ga yakin sih.

Jadi gua mau mengomentari beberapa poin berikut:

1. "UUnya cuma ngatur batas maksimal pesangon, jadi pengusaha bebas mau ngasih berapa"

Kok meremehkan pengusaha banget sih. Gua sadar kalo ada pengusaha/pemilik perusahaan yang jujur dan tulus ingin memperkaya diri, dan itu gak masalah. Coy, dia pengen kaya, terus bikin perusahaan, terus perusahaannya jalan? Keren itu coy. Respect.

Anggaplah kalo pengusaha bebas mau ngasih pesangon berapa. Sebutlah seorang ibu pengusaha mau kaya doang, dan ngasih 0 rupiah karena dia pengen. Gua rasa ini nggak akan kesampean. Gua masih percaya kalo ibu ini tau kalau dulu itu minimalnya sekian, dan itu bisa jadi referensi walaupun di UUnya gak ditulis lagi minimalnya berapa. Kita tinggalin ibu ini. Kan ketentuan minimalnya bisa dimasukin ke peraturan yang lebih rendah dari UU. Mungkin bisa jadi ketentuan di peraturan internal perusahaan. Kalo emang disitu gak bisa ditulis, baru kita ngamuk lagi. Gimana?


2. "Bupati dan walikota ga punya lagi wewenang untuk nentuin UMK dan UMP"

Yaudah. Terima kasih untuk infonya. Gua harap ini cuma pindah tanggungjawab aja, misalnya jadi ke menteri. Kalo emang wewenang ini beneran hilang, baru kita ngamuk lagi.

Poin yang menurut gua lebih penting, ini kan berarti mengurangi kerjaan bupati/walikota. Apakah ini tanda kalo pemerintah pusat kehilangan kepercayaan ke pemerintah daerah sehingga kewajibannya dikurangi? Apakah ini tanda-tanda sentralisasi akan kembali? Apakah ini tanda-tanda kalo selama ini bupati/walikota gak ngerjain ini dengan bener sehingga pemerintah sebagai pamong "ngomelin" asuhannya dengan ngambil alih urusan ini?


3. "Jumlah pekerja outsourcing akan bertambah"

Sotoy. Jangan-jangan yang bikin postingan itu perusahaan outsourcing dan dia janji ke kita kalau dia bakal nambahin pegawainya ke perusahaan yang pake jasanya? Nah lho. Mungkin juga yang posting ini adalah Tuhan. Halo Tuhan, dengarlah curhatku dan jawablah doaku, amin.


4. "UU ini membuka kesempatan untuk status pekerja kontrak jadi tidak terbatas"

Dari sisi pemilik perusahaan, ini mantep banget karena kalo pekerja kontrak bisa ditentuin kapan keluarnya sehingga analisa resikonya lebih gampang.

Eh? Gimana? Ooh yang ngomel itu dari sisi karyawan? Ooh.

Ya tinggal kerja aja dong. Puji Tuhan karena ada kerjaan, dan kerjaan kali ini bentuknya kontrak dengan waktu terbatas. Masih digaji kok. Masih dapet keuntungan dan bonus-bonus sebagai pegawai kok (tergantung perusahaan sih, tapi ini bukan urusan UU). Gimana kalau gua kerja dengan begitu baiknya sehingga begitu kontrak gua habis, kontrak berikutnya bisa dimulai sehingga gua nggak berhenti kerja? Ooh gua tetep bisa jadi karyawan tetap? Ooh.


5. "Tadinya PHK itu dihindarkan sebisanya, tapi nanti akan jadi bisa aja bahkan dengan urusan efisiensi"

Dari dulu PHK tetep ada, dan alasannya karena efisiensi. Perusahaan bangkrut = gak ngehasilin duit = pemilik gak mau ngeluarin duit yang biasanya pribadi karena nggak efisien untuk keluarganya = PHK. Perusahaan melemah = gak bisa ngegaji banyak karyawan karena ngatur duit perusahaan jadi gak efisien = bisa ngegaji sedikit karyawan = beberapa karyawan di-PHK. Gua emang bego, tapi gua rasa kondisi ini gak berubah.


6. "Pegawai bisa di-PHK kalau demo dan ditahan pihak berwajib"

Ikut demo = yaudah.

Ikut demo dan ditahan = ikut ngerusuh.

Ikut ngerusuh = ikut berbuat kriminal.

Berekspresi emang hak, tapi kalo berekspresi sampe ditahan pihak berwajib, mungkin lu mesti introspeksi dulu. Tarik nafas, rileks, dan pikir lagi apakah lu mau di-PHK atau mau ikut demo yang aman dan nyampein aspirasi, bukan nyampein anak orang ke rumah sakit atau rumah Tuhan.


Gitu deh pendapat gua.

Btw, gua baru 24 tahun dan baru mulai kerja dari awal tahun ini.

Oh, laundry gua udah selesai jadi gua mesti ambil dari mesin pengering di ruang cuci bersama di apartemen gua.


Yoho~

Rabu, 07 Oktober 2020

gua mau nanya nih ceritanya

 Yo.


Jadi, gua punya beberapa pertanyaan, diantaranya:

1. Gimana kalau gua milih pulang ke rumah untuk main dan tidur supaya besok bisa kerja seperti biasa + bisa ngeluh dengan lebih semangat?


2. Gimana cara nentuin batas hak istimewa alias privilege?


3. Apakah pertanyaan nomor 2 itu menunjukkan kalau gua punya hak istimewa?


4. Gimana kalau perusahaan-perusahaan yang katanya ikut menolak UU tersebut itu gamau dateng karena jadi mesti ngasih karyawan gaji yang lebih tinggi?


Yoho~