Sabtu, 28 Mei 2016

How To Bali Part 1

YOYOYOYOYOYOYOYO !!!
Me back.
Me tell story.
Me write bad English.
Brain : U wot m8
Me : Naay. Sorry about that.
Brain : Carry on, then.
.
.
Yap.
UAS sudah selesai !!! YEEEAAAAAH !
Tapi, kesenangan sudah gua rasakan, seminggu sebelum UAS.
Sebuah drama, sebuah petualangan, sebuah penderitaan, sebuah kebahagiaan.
Perjalanan ke Bali.
Postingan ini mungkin akan jadi terlalu panjang, bagi yang suka dengan postingan singkat padat jelas tapi apalah artinya komentar anda karena sayalah penulisnya. Nikmati saja. Dan diam.
.
.
Hari keberangkatan dan kedatangan. Rabu, 4 Mei 2016 - Kamis, 5 Mei 2014.
Gua minta ijin tidak ikut suatu forum himpunan mahasiswa karena La Signora Grande meminta gua untuk liburan. Yap. Long weekend = di kos aja ? Ibu gua sudah paham anaknya ini akan melakukan itu, sehingga gua diutus untuk liburan sambil mengunjungi kerabat di Bali.
Sekitar jam 7 malam gua dan 5 kawan berangkat naik Uber pertama dalam hidup gua. Bahkan, perjalanan kami akan dipenuhi Uber, sebuah aplikasi yang baru gua download sore harinya karena saran dari temen.
Kita sampai di Terminal Bus Purabaya, di daerah Bungurasih, dan naik bis yang ada tulisan di kaca depannya, "Banyuwangi". Kita pilih gonta-ganti bus karena hitungannya lebih murah dibanding bus langsung ke denpasar dan jam berangkatnya lebih bersahabat. Kita naik bis, enak, nyaman, dan bis jalan. Saat bis masuk tol, apa yang terjadi ? Kondektur mulai menagih biaya perjalanan. Dan apa yang terjadi ketika teman gua bertanya, "Pak, ini ke Banyuwangi kan ?". Kondektur yang baik hati itu menjawab, "Probolinggo."
WHAT. THE. ACTUAL. FFFFFFFFFFFACT.
BIS INI TIDAK MENUJU TEMPAT YANG DENGAN JELAS TERPAMPANG DI KACA DEPANNYA ! BAHKAN KONDEKTURNYA TADI MEMPROMOSIKAN BIS INI DENGAN TUJUAN KESANA ! WTF !!!
Dengan hati ikhlas kami pun turun di sebuah terminal bis di Probolinggo setelah sekitar 4 jam perjalanan. Dan kami mulai menunggu lagi.
Setelah beberapa lama, kami memutuskan naik ke bis yang "mengaku" akan ke Banyuwangi dan kemungkinan bis lain muncul sangat kecil. Bisnya sudah hampir penuh, tapi kami berenam masih bisa naik dan duduk, walaupun 4 orang tidak duduk di bangku penumpang. 1 temen berdiri di area tengah bis, 3 orang termasuk gua duduk di area depan bis, deket supir. Walaupun bukan tempat duduk standar, gua harus akui gua mendapat tempat dengan pandangan jalanan yang bagus. Serasa jadi sopir aja.
Perjalanan ke Banyuwangi terbilang lama, tapi ada 1 tempat yang kita lewati yang sangat berkesan. Pembangkit listrik di Paiton. GOKIL. Malam, gelap, lampu warna kuning yang kesannya keemasan, kawasan luas, gedung yang super besar. KEREN BANGET CUY SUMPAH ! Gua rasa ini pertama kalinya gua melihat yang seperti ini ! NICE !
Selama perjalanan gua nggak tidur dan setelah matahari terbit, sampailah kami di Situbondo. Dan disana kami turun dari bis. Dioper. Ke. Bis. Lain. WHAAAATTT !!! LAGI ?!?! Untungnya gak perlu beli tiket lagi sih, tapi bis itu penuh ! Dan kaki gua tidak nyaman karena spasi antar bangku kecil ! Dan orang di sebelah gua tidur dengan kepala di bahu gua ! WTF ! Bro ! Lu tidak bisa melakukan itu, bro ! NOOOOOO ! Setelah perjalanan yang super membosankan itu, sampailah kita di terminal bis untuk Pelabuhan Ketapang.
Kami berenam memutuskan untuk istirahat sebentar dan makan siang disana. Perjalanan sudah lebih dari 12 jam, cuy ! 12 jam ! Saat akan meninggalkan terminal, ada sedikit drama dengan "supir angkot" disana yang dengan akrabnya langsung mengajak naik angkotnya, padahal kami mau jalan kaki. Tipikal supir angkot di kawasan tanpa kendaraan umum yang bolak-balik.
"Ayo dek, langsung berangkat."
"Nggak pak, kita mau jalan kaki." (kita jalan kaki)
"Ayo naik ini aja. Langsung berangkat. Pelabuhan jauh." (padahal katanya cuma 3 km dari sana)
"Nggak pak, kita jalan kaki aja."
"OOH MAU JALAN KAKI ???"
Dan kami pun berlalu. Jalan kaki. Ke Pelabuhan Ketapang. Kami bisa melihat bagaimana orang-orang di mobil di jalanan yang macet itu melihat 6 bocah jalan kaki dengan bahagianya di pinggir jalan. Dan hebatnya, selama perjalanan, kami tidak "dibalap" oleh mobil yang sudah kami lewati. 10/10 untuk jalan kaki !
Sialnya, 3 km itu sepertinya bukan 3 km yang artinya 3 kilometer. Sepertinya ada kesalahan penentuan jarak disini. Rasanya mungkin lebih seperti 3 mil laut (nautical mile). 100% bukan kilometer. Kami semua yakin dan setuju akan hal itu. Setelah perjalanan kaki penuh keringat dan air mata, sampailah kami di Pelabuhan Ketapang. YEAH ! Pelabuhan ! Laut ! Excitement !
Kami beli tiket, kami masuk ke area dermaga, kami naik ke kapal yang nyaris berangkat, dan perjalanan laut pun dimulai.
Sampai jumpa, Pulau Jawa. We shall return !!!
...
Setelah sekitar 1 jam diatas kapal, dengan duduk dibawah matahari yang memanaskan badan, kepala, dan hati, sampailah kami di dermaga Pelabuhan Gilimanuk. Selamat datang di Pulau Bali.
Kami turun dari kapal, jalan-jalan sedikit, beli minum untuk rehidrasi, dan langsung didekati "seorang abang", sebut saja begitu. Kami ditawari naik bis yang masih kosong dan dijanjikan "langsung berangkat, kan yang ditunggu cuma kalian aja". Oh, betapa omongan anda bisa dipegang layaknya produk defekasi ternak, wahai pengusaha jasa berkendara. Tapi karena tak ada pilihan, kami langsung naik dan benar saja, kami segera berangkat setelah kami... dan 10 orang lainnya naik ke bis kecilnya itu. How accurate and nice~
Setelah perjalanan 4 jam, yang lagi-lagi sangat membosankan dan menyedihkan dan kaki gua harus ditekuk karena sistem transportasi di Indonesia sepertinya hanya untuk ukuran tubuh kecil padahal semua orangtua ingin anaknya tumbuh besar, yang diukur dari tinggi badan, sampailah kami di Terminal Ubung, Denpasar. Selamat datang di jantung pemerintahan Provinsi Bali.
Sepupu gua dan 1 orang temannya menjemput kami berenam. Sambutan selanjutnya datang dari kue semacam pizza mini yang dititpkan oleh tante gua, ibu dari sepupu gua ini. Duduk di mobil dengan ruang kaki yang cukup, jajanan, dan minuman, perjalanan ini sangat gua nikmati. Ole. Sekitar jam 5 sore, sampailah kami di penginapan yang sudah dipesankan tante gua sebelumnya yang terletak di daerah Tuban, Kuta, tepatnya di belakang gereja Fansiskus Xaverius, Kuta. Setelah ada sedikit negosiasi tambahan yang kurang berarti, akhirnya kami masuk ke 2 kamar yang dipesankan dan bisa mulai membuka kemasan liburan kami. Kami janjian untuk siap pada jam tertentu dan segera beristirahat masing-masing.
Perjalanan kami, tentu saja masih berjalan kaki, dimulai dengan mencoba mencari tempat sewa motor terdekat dan termurah sambil berjalan kaki menuju tempat makan. Makanlah kami di sebuah rumah makan yang menarik sekali, tapi gua kurang menikmati makan karena saluran kencing gua bermasalah. 10/10 true story. Efek menahan kencing selama perjalanan ternyata berakibat buruk. Gua jadi "beser" atau "bocor". Saat makan saja, 2 kali ke toilet untuk melepas kencing sambil sedikit menahan sakit. Nggak sedap.
Karena mulai baikan, dan kawan-kawan sangat semangat untuk ke monumen Bom Bali, jalan kakilah kami ke Legian. Foto-foto dan video sudah dibuat, kami melanjutkan melihat-lihat situasi di Legian. Temen gua ada yang beli bir botolan, dan hal itu sangat biasa. Setelah puas dengan kehidupan malam di Legian, yang mana tidak berarti kami coba masuk ke diskotik atau bar atau semacamnya, kami jalan balik ke penginapan.
Sampai di penginapan, dengan kaki kijang yang super kencang karena belum sempat rileks sejak berangkat dari Surabaya, gua tidur. Nice. Kamar sejuk. Kasur empuk. Suasana kamar gelap. Nyenyaklah tidur malam itu.
...
Dan perjalanan kami menuju ke hari berikutnya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar