Yo.
selesai bantu
bisa kerja lagi dari rumah hantu
pulang lebih awal
bukan yang bikin ortu sedih tak terkawal
besok mulai kerja dari rumah
batas kerja-istirahat jadi punah
apakah mandi/sarapan jadi sunah?
muka tetap gundam & hati tetap gundah
emosi tanpa ludah, ekspresi muncul waktu main ludo
sabar pangkal rejeki lancar, banting tulang, bukan judo
muka jauh & bobot waw sudah hukumnya, juncto
begitu aja dari pahit maja / jaman jebot, kuno
Yoho~
Yo.
rumput tetangga lebih hijau, mau gimana
mobil tetangga lebih hijau, biasa aja
rumah tetangga lebih hijau, udah gapapa
tapi tetangga masih hijau, jiah
aku ingin rasa lebih muda
hp secanggih mobil, bukan kuda
dipanggil papa, punya teman uda
emang cocoknya anak udah dua
tapi gak punya
dunia berputar, yang diam akunya
waktu berjalan, yang duduk akunya
keseringan perlu rotan/sapunya, biar gerak akunya
ke tahuna, '97 tahunnya
sampai umur 11, itu satu-satunya
ke pelabuhan, tidak ada ratunya
ke kota malang, belum kena batunya
lempar kerikil ke pintu mobil, cepet kaburnya
lempar tugas, mending tidur daripada lemburnya
perang dengan udang, gorengan renyahlah ladang tempurnya
jemputan llama, rusanya bambi, kuingat semburnya
anak lembek, tak perlu dikunyah bagai buryam
sudah bakat, masalah ringan jadi runyam
diminta ngomong malahan diam
mikirin nasi-tempe-sayur-ayam
labu 2 piring makanya siam
dam-du-di-du-di-dam-dam
Yoho~
Yo.
akhirnya mendung
cocok untuk yang badan di depan cermin cembung
bersyukurlah, bung
kalo ke kolam, cuma gaya batu, nyemplung
cuma senangkan Archimedes begitu rampung
hentikan kekeringan dengan air tertampung
ombaknya dari Laut Banda sampai ke Lampung
rimanya habis tapi ceritanya bersambung
besar bagai Laboon
di sekolahnya level 3, matanya rabun
di rumahnya bagai tong sampah, serasa rakun
lehernya sendiri ditelan, tak ada jakun
liburan ke Jakut
ditemani kedua ortu karena takut
kuliner favoritnya usus, lawannya Yakult
sakitnya cuma sampai lambung, untung gak akut
terjebak di masa kecil, sangkut paut
sekrup dengan kecepatan data, laju baud
B2 muka 2B karena diraut
beban di bahu bersilangan, giliran kamu
peace, love, and gaul
out
Yoho~
Yo.
tugasnya selesai
dapatkan cek yang sehelai
cukup 'tuk roti kacang dan selai
cuma sang manajer yang belai
nggak, sebenernya
dikasih 1 jempol, sejujurnya
dipuji jadi canggung, sesungguhnya
senyum, terima kasih, secukupnya
gitu dari dulunya
rendah hati dan diri yang aku punya
"merendah 'tuk meroket, kamu, ya?"
bukannya, tapi itulah kata dunia
duh ardi, duh nia
butuh suplemen untuk bersukaria
carilah yang lain di alam raya
atau menderita bersama saya
belagu, sok iye
walaupun ane blom kayak ente dan die
cuma disamping ikutan teriak "cieee!"
depan mata, langsung kicep, lah kepiye?
juga bukan AHY
impostor syndrome, pencapaian tanya WHY
pikiran ga karuan, hentikeun wis wayahe
NTT, END, OVJ ya'e
Yoho~
Yo.
pulang sore
badan/hati linu tapi jiwa hore
mandi, makan, tidur, bengong juga boleh
dan cari hiburan biar aselole jos
dompet tersenyum asal gak boros
karena ekonominya bukan di poros
tapi main golf mesti dapet albatros
taruh mulutmu di tempat uangmu, jangan di bokongmu, jadi ouroboros
ular makan ular
1 pembawa, 1000 tertular
ingin kubantai dengan ilmu sakti
ambilkan kerisnya Mpu Tantular
1 positif, penghasilan bubar
dunia, politik, semuanya buyar
2 negatif, hasilnya terputar
malah bingung bagai putri tertukar
masa-masa tersukar
mencari mitra, yang kudapat Kukar
tangan terbuka dan hati tersungkur
rima berulang, emosi mengular
inspirasi terbang bagaikan unggas
defekasi malahan yang diunggah
kelak-kelok, tidak pernah lugas
lebih baik dihentikan sudah
Yoho~
Yo.
naik tram
daripada jalan 1000 langkah dan kaki kram
padahal bisa bantu turun berat sekian gram
biar saja tak ada dokumentasi di instagram
kamar, kantor, terus bolak-balik
baju lama, corak kotak/batik
makan nasi dan telor orak-arik
bertenaga 'tuk lanjut kotak-katik
tugas dikerjain s'perti yang diminta
kertas putih jadi penuh tinta
anak orang dikerjain, tanda kasih/cinta
tapi sayang badan se-Ramayana, bukan kisah Rama-Shinta
kok asem
derita anak pemikir, pengkhayal, serba tahu, kok bacem
hidup terkungkung bagai lontong isi, kok arem
terus salting, ditinggal, jadi salty, kok garem
kok ngarep
tutup mulut, lep
Yoho~
Yo.
Dia tak bilang plis jadi
seorang yang dinanti
nahkoda atau penari
asal bukan biang keladi
'ku masuk dunia peranti
kuliah bak hujan, lulus dapat pelangi
sudah jauh berkelana
Dia bilang mau kemari
sudah mahal bercelana
curhatnya tetaplah yang gratis ke mami
hidup bagaikan jumanji
untung fauna sumber umami
kekeringan lanjut tsunami
tapi ditangannya, gulali
bagai sempurnakan surabi
punjabi tolak 'rotan pun jadi'
langkahkan dari satu kaki
walaupun jejaknya kurcaci
hidup mungkin di tingkat kesulitan tertinggi
kelinci main trampolin di puncak kerinci
tak bisa alasan "kantuk buat 'ku begini"
tak ada alasan 'tuk tak ketawa-ketiwi
Yoho~
Yo.
Gw baru kepikiran kalo blog ini kontennya konsisten dari dulu. Gw masih menutup beberapa informasi dari publik tapi tetep nyeritain sebanyak mungkin tentang gw. Bedanya karena gw udah kerja dan informasinya adalah rahasia perusahaan, gw jadi kurang cerita soal "keseharian" gw. Tapi, gw bisa bayangin kalo gw di tahun 2011 bakal terhibur ngebaca postingan gw di tahun 2021. "Njir, abang-abang ini sama kayak gw, ya."
Kembali ke topik utama.
Gw masih bertualang di omegle, mencari yang tak pasti.
Kali ini, gw ketemu satu user yang meladeni obrolan gw dan ikut berkontribusi di obrolan tersebut.
Dia ngakunya orang Kanada yang bisa ngomong bahasa Inggris, Spanyol, dan Jerman dan usianya 18 tahun. Kita ngobrolin soal belajar bahasa, beberapa kata dalam Bahasa Indonesia yang dia tau, dan internet. Kita ngobrol selama kurang lebih 1 jam. Menarik sekali.
Setelah sekian lamanya cuma ketemu orang-orang yang pake template M <spasi> [umur] <spasi> kota <spasi> password <spasi> jawaban kuis, akhirnya gw ketemu obrolan yang menyegarkan.
Shoutout untuk netizen yang satu itu.
Yaudah, gitu aja.
Yoho~
Yo.
Gw sempet ngomongin hal ini sama salah satu temen (sahabat?) via telpon.
"Orang yang bikin janji, terus dia telat / ngulur waktu karena kesibukannya itu pantas untuk dibenci."
Di obrolan itu, temen gw ini lagi ngeluh soal apa yang baru aja dilakukan oleh temennya. TLDR: ngeselin banget, gw setuju.
Di obrolan itu juga, gw bilang "... karena gw nggak suka mengonfrontasi orang, respon gw adalah sesuatu yg passive-aggresive dengan harapan lawan bicara gw akan tersentil." Rasanya gw bisa ngomong lebih banyak, tapi waktu itu mulut gw cuma sampe situ aja.
Sejauh ingatan gw, gw itu mulai dari seseorang yang pendendam. Gw akan merespon, tapi pastinya ada jeda waktu yg nggak tentu. Contoh paling bagus: waktu gw masih bocah (maksimal kelas 2 SD), salah satu tante gw pernah ngecengin gw dan gw diem aja. Beberapa jam kemudian, kita lagi ngumpul di depan TV, gw berdiri, jalan ke depan tante gw itu, dan gw tampar dia.
Karena gw dimarahin (pastinya), gw jadi disadarkan pada konsekuensi dari pembalasan dendam, dan konsekuensinya belum tentu enak untuk gw. Dari situ, gw rasa gw ganti arah jadi membalas dendam secara non-konfrontasional dan/atau tidak langsung.
Heh.
Sekarang gw udah di kamar lagi; udah 3 jam di kamar.
Tulisan ini harus gua hentiin biar gak melanggar hakikatnya.
Yoho~
Yo.
Berat ya nulis "Huft mesti lembur nih" pas yang lain lagi rame bahas rumah sakit penuh atau ada anggota keluarganya yang meninggal.
Untung ada blog ini.
Yoho~
Yo.
Ini bakal jadi postingan terakhir untuk serial postingan kali ini, kecuali otak gw nge-click besok.
Gw udah siapin 1 draf postingan dengan subjudul "Tips & Trik", tapi gw lupa apa yang mau gw tulis disitu.
Untuk sekarang, gw nulis yang udah di depan mata dulu.
Di postingan ini, gw datang sebagai seorang pemikir yang sudah berusaha menempatkan pikiran yang tepat di situasi yang tepat dalam lingkungan yang mendukung.
Terus, gimana? Apa yang bisa gw lakukan dengan segala sumber daya dan kemampuan yang gw punya?
Gw adalah seseorang yang suka mikir. Berpikir adalah kegiatan yang menyenangkan buat gw, syarat dan ketentuan berlaku, tentunya.
Kerjaan suntuk? Laporan mesti selesai besok? 2 alasan itu cukup bagi gw untuk mikirin hal lain.
Aplikasi #1, pengalih.
Setelah sekian lamanya gw mikirin yang nggak-nggak sebagai kegiatan tanpa arti, gw akhirnya paham kalo mikirin yang nggak-nggak itu bisa menghibur buat gw. Ini juga berlaku untuk kejadian yang menyedihkan, misalnya waktu ada anggota keluarga gw yang gw sayangi yang didatangi musibah atau bahkan meninggal. Mungkin gw butuh 5 menit, mungkin gw butuh 5 hari, tapi "mikirin hal lain" adalah sesuatu yang membantu gw untuk terus melangkah ke depan.
Aplikasi #2, memancing kreativitas.
Sebutlah gw lagi mau membuat sesuatu. Contoh terkini, postingan ini. Contoh relevan lain, pas gw lagi nulis puisi. Mungkin beberapa orang nyebutnya writer's block. Gw rasa gw tidak pantas untuk pake istilah itu, makanya gw jelasin. Di saat itu, gw mikirin hal yang lain. Ambil contoh pas gw nulis puisi tentang kakak gw, RIDSL. Waktu itu, gw bingung mau mulai dari mana sampai akhirnya gw kepikiran tentang game sepakbola dan akhirnya kepikiran soal pemain sepakbola asal Brazil, Kaka. Jadilah RIDSL. Kalau gw waktu itu keinget soal grup musik Slank, puisinya bakal jadi beda.
Aplikasi #3, bengong.
Bengong adalah kegiatan yang menyenangkan buat gw, kalo situasi dan kondisinya tepat. Kalo Jackie Chan bilang "being still is different than doing nothing", maka gw bilang "doing nothing is different than having nothing to do". Disaat gw "nggak ngapa-ngapain", gw beralih ke aktivitas yang mudah dan tidak merusak suasana. Badan gw diam dan santai, tapi pikiran gw kemana-mana. Standarnya sih gw ngeramal cuaca lewat "bau" udara, biasanya merembet ke meramal sifat orang di sekitar gw lewat perilakunya. Spesialnya sih gw mikirin soal langkah konkret untuk masa depan gw; salah satu pertanyaan super berat untuk gw adalah apakah situasi dan kondisi untuk gw kembali ke Indonesia.
Daripada kesambet, mendingan mikir yang nggak-nggak.
Kayaknya itu yang bisa gw saranin.
Gw rasa saran semacam "mikir untuk introspeksi" itu lebih tricky dan biasanya bikin gw sedih jadinya nggak gw rekomendasiin. Gw emang gitu orangnya. Untungnya gw terlatih untuk mengkritik diri sendiri sesegera mungkin, jadinya gw jarang perlu introspeksi.
Sekian dulu dari gw.
Selamat berpikir tapi jangan lupa, ga usah dipikirin.
Ciao.
Yoho~
Yo.
Kembali lagi ke rangkaian tulisan yang patut dipertanyakan, IYKWIM.
100 poin untuk yang paham.
Kalo lu bisa bayangin berapa kali gw pikir ulang mau selesain tulisan ini atau nggak, lu dapet bonus 50 poin.
Diketahui : Gw hobi mikir.
Ditanyakan : Bagaimana gw bisa selalu mikir, tanpa beban, tanpa henti?
Jawab : Gw menempatkan diri di lingkungan yang mendukung.
Gw mungkin pernah cerita di blog ini, tapi biasanya gw cenderung deket ke orang-orang yang penuh aksi, sebagian bukan tipe yang berprestasi di kelas, sebagian sangat ambisius, sebagian bisa disebut sebagai bully, dan pernah ada yang nggak naik kelas. Dalam hubungan ini, yang gw dapet minimal 1 hal: gw bisa jadi pemikir dan dia yang penuh aksi. Sebagai seorang pemikir, kekurangan gw adalah di bagian aksi, terutama karena gw kekurangan inisiatif dan nggak kompetitif. Gw dapet aksi, kompetisi, dan keseruan dari temen-temen gw. Keseimbangan adalah kunci. Kalo lu adalah pemikir di grup pertemanan lu, maka peran-peran lain harus diisi supaya grup lu fungsional dan tahan lama.
Kalo dari sisi keluarga, gw bener-bener merasakan harta yang paling berharga. Gw ga pernah ngakuin ini dan rasanya gw baru bener-bener mikirin ini setelah gw akhirnya mulai kerja, tapi gw mendapat anugrah keluarga inti yang cocok banget buat gw.
Bapak gw sampai saat ini masih dengan 1 prinsip: terserah lu selama lu nggak bikin masalah. Mungkin masuk ranking top 5 di kelas selama SD dan SMA (masa SMP gw ga keitung karena gw lagi penyesuaian sekolah swasta ke sekolah negeri) & IPK diatas 3,5 itu berat buat lu, tapi itulah yg gw lakukan supaya gw punya ruang dan waktu untuk melakukan yang gw mau dengan restu sepenuhnya dari bapak gw, Der Weise Vater.
Ibu gw sampai saat ini masih orang yang sama: orang yang selera makanannya sama dengan gw, orang yang selera humornya gw dukung sepenuhnya, dan orang yang bisa dan mau duduk di sebelah gw tanpa alasan apapun. Beliau juga adalah orang yang punya kata-kata bijak yang, untuk sekarang, paling ngena untuk gw: Ga usah dipikirin, dek. Gw rasa frase itu adalah frase terbaik untuk membawa gw kembali ke mode aktif dan produktif. Gw rasa ada kalanya gw bisa mikir berlebihan, baik dari sisi waktu dan intensitas. Dengan frase itu, gw ditarik ke bumi, gw jadi menapak di tanah lagi, dan gw bisa melakukan yang mesti dilakukan, membereskan yang mesti dibereskan, supaya gw bisa mikirin hal-hal lain. Salut untuk La Signora Grande.
Kakak gw adalah kebalikan gw. Dia pemimpin barisan, pembuat keputusan, pengambil langkah pertama, khususnya di hal-hal yang penting untuk kebanyakan orang. Gw jadinya bisa lebih santai, gw bisa jalan di belakang, dan gw punya waktu untuk mikir. Untuk hal-hal yang biasanya remeh untuk kebanyakan orang, misalnya soal tips dan trik penggunaan internet dan soal game, gw biasanya perlu menuntun kakak gw, tapi untungnya jarang. Sekali lagi, keseimbangan.
Kalo dari sisi lingkungan luar, gw diberkahi dengan aura introvert dan tendensi antisosial, jadinya gw condong ke arah "lu terserah mau nganggep gw apa karena nggak akan ngaruh ke gw". Kadang-kadang gw agak terganggu sih dengan tetangga, temennya temen, keluarga besar, dan orang asing kalo mereka mengganggu keluarga inti gw. Untungnya, ini jarang terjadi, jadinya gw selesain satu persatu sebagai kasus khusus.
Gitu deh kalo untuk gw.
Gw memulai hidup dengan berkah lingkungan yang mendukung dan dalam perkembangannya gw menjaga berkah tersebut dengan berusaha berada di tempat yang tepat di waktu yang tepat. Sampai saat ini, gw rasa gw masih jadi pemikir yang terintegrasi ke lingkungan gw karena hal-hal diatas.
Sekian dulu.
Ciao.
Yoho~