Jumat, 02 Juli 2021

The Art Of Overthinking (Selanjutnya)

 Yo.


Ini bakal jadi postingan terakhir untuk serial postingan kali ini, kecuali otak gw nge-click besok.
Gw udah siapin 1 draf postingan dengan subjudul "Tips & Trik", tapi gw lupa apa yang mau gw tulis disitu.
Untuk sekarang, gw nulis yang udah di depan mata dulu.


Di postingan ini, gw datang sebagai seorang pemikir yang sudah berusaha menempatkan pikiran yang tepat di situasi yang tepat dalam lingkungan yang mendukung.

Terus, gimana? Apa yang bisa gw lakukan dengan segala sumber daya dan kemampuan yang gw punya?


Gw adalah seseorang yang suka mikir. Berpikir adalah kegiatan yang menyenangkan buat gw, syarat dan ketentuan berlaku, tentunya.
Kerjaan suntuk? Laporan mesti selesai besok? 2 alasan itu cukup bagi gw untuk mikirin hal lain.
Aplikasi #1, pengalih.
Setelah sekian lamanya gw mikirin yang nggak-nggak sebagai kegiatan tanpa arti, gw akhirnya paham kalo mikirin yang nggak-nggak itu bisa menghibur buat gw. Ini juga berlaku untuk kejadian yang menyedihkan, misalnya waktu ada anggota keluarga gw yang gw sayangi yang didatangi musibah atau bahkan meninggal. Mungkin gw butuh 5 menit, mungkin gw butuh 5 hari, tapi "mikirin hal lain" adalah sesuatu yang membantu gw untuk terus melangkah ke depan.

Aplikasi #2, memancing kreativitas.
Sebutlah gw lagi mau membuat sesuatu. Contoh terkini, postingan ini. Contoh relevan lain, pas gw lagi nulis puisi. Mungkin beberapa orang nyebutnya writer's block. Gw rasa gw tidak pantas untuk pake istilah itu, makanya gw jelasin. Di saat itu, gw mikirin hal yang lain. Ambil contoh pas gw nulis puisi tentang kakak gw, RIDSL. Waktu itu, gw bingung mau mulai dari mana sampai akhirnya gw kepikiran tentang game sepakbola dan akhirnya kepikiran soal pemain sepakbola asal Brazil, Kaka. Jadilah RIDSL. Kalau gw waktu itu keinget soal grup musik Slank, puisinya bakal jadi beda.

Aplikasi #3, bengong.
Bengong adalah kegiatan yang menyenangkan buat gw, kalo situasi dan kondisinya tepat. Kalo Jackie Chan bilang "being still is different than doing nothing", maka gw bilang "doing nothing is different than having nothing to do". Disaat gw "nggak ngapa-ngapain", gw beralih ke aktivitas yang mudah dan tidak merusak suasana. Badan gw diam dan santai, tapi pikiran gw kemana-mana. Standarnya sih gw ngeramal cuaca lewat "bau" udara, biasanya merembet ke meramal sifat orang di sekitar gw lewat perilakunya. Spesialnya sih gw mikirin soal langkah konkret untuk masa depan gw; salah satu pertanyaan super berat untuk gw adalah apakah situasi dan kondisi untuk gw kembali ke Indonesia.
Daripada kesambet, mendingan mikir yang nggak-nggak.


Kayaknya itu yang bisa gw saranin.
Gw rasa saran semacam "mikir untuk introspeksi" itu lebih tricky dan biasanya bikin gw sedih jadinya nggak gw rekomendasiin. Gw emang gitu orangnya. Untungnya gw terlatih untuk mengkritik diri sendiri sesegera mungkin, jadinya gw jarang perlu introspeksi.


Sekian dulu dari gw.

Selamat berpikir tapi jangan lupa, ga usah dipikirin.

Ciao.


Yoho~

Tidak ada komentar :

Posting Komentar