Senin, 13 Juli 2020

Tangisan Bawang: Puisi Twitter #2

Yo.

Puisi yang dipersoalkan kali ini (tweet 7 Juli 2020):
4 x 4 = 16
sempat tidak sempat, harus minum 6 gelas
kurang dua, ujian nilai 8 di kelas
mengerjakannya tidak mulus, tanpa ampelas
kesempurnaan tidak tercapai, pasang muka melas
2 logam, suluh, perak, akhirnya sudah jelas
sajak tidak tepat karena surat tak dibalas

Pembahasan:
Waktu itu, gua lagi terinspirasi sama "empat kali empat sama dengan enam belas."
Terinspirasi = kata-kata ini muter-muter terus di kepala gua karena rasanya cocok untuk direkayasa supaya barus selanjutnya bukan cuma "sempat tidak sempat, harus dibalas."
Mungkin ini bisa dibilang upaya gua untuk membangkitkan kembali ungkapan(?) 2 baris ini. Ini termasuk karmina atau nggak sih? Gua pun barusan googling dan nggak ketemu jawabannya. Lanjut.

Jadinya, yang terbentuk duluan adalah baris 1. Gua tulis dengan angka dan simbol matematis dan bukan dengan huruf karena kayaknya seru. Tolong jangan diboikot.

Selanjutnya, gua yakin mau ubah baris selanjutnya, yang seharusnya seperti yang gua tulis diatas, ke bentuk lain supaya gua nggak bosan. Hasil akhirnya sih kata-kata itu gua pisah dan jadi bagian dari baris 2 dan 7. Tapi, waktu itu gua belum kepikiran sampai disini. Gua nggak sepinter itu.
Gua teringat sama puisi gua yang sebelumnya (yang ini), dimana gua membuat rima "13" dengan "tiga gelas." Gua kurang suka mengulang rima yang udah pernah gua buat selama gua inget pernah buat rima itu, tapi karena kali ini angkanya 6, jadinya nggak ganjel di hati gua.
Baru disini gua kepikiran untuk pake "sempat tidak sempat" karena hubungannya dengan baris 1 dan makna baris 2 yang baru terbentuk ada hubungannya dengan "jangan lupa minum air putih dengan jumlah tertentu dalam 1 hari." Wahou, baris 2.

Selanjutnya, karena koneksi baris 1 ke baris 2, gua kepikiran untuk buat koneksi baris 2 ke baris 3, dan selanjutnya. Inilah ide dasar dari baris 3, 4, 5, dan 6.
Waktu itu gua googling, katanya kita harus minum minimal 8 gelas air putih dalam 1 hari. Katanya. Gua biasanya minum lebih banyak, atau lebih sedikit kalau gua lupa. Kalaupun kelebihan, lu cuma akan kembung dan kencing lebih banyak. Gak masalah kan?
Nah, koneksi baris 2 ke baris 3 adalah karena di baris 2 cuma ada "6 gelas" makanya baris 3 dimulai dengan "kurang 2". Nyam-nyam.
Kurang 2. Apa yang terjadi kalau sesuatu dikurangi 2? Apa yang bisa dikurangi 2? Angka? Nilai? Ulangan di sekolah? Kalau ulangannya sempurna, berarti dapat 100 atau dapat 10 kalau lu SDnya seangakatan gua. 10-2 = 8. Jadi, ujiannya dapat nilai 8 karena 2 soal salah. Baris 3.
Kalau lu benci baris ini tapi lu mendukung "Kota apa yang ulangannya dapat 7? Salatiga," kita harus berantem. Harus.

Koneksi baris 3 dan 4.
Kenapa ujiannya dapat nilai 8? Mungkin karena ujiannya sulit. Apa yang dirasakan oleh yang mengerjakan ujian kalau ujiannya sulit? Dia akan mengerjakannya dengan "tidak lancar" alias "tidak mulus." Bagian awal baris 4 terbentuk.
Kita mulai lagi dari "tidak mulus." Apa yang mulus? Kulit? Mungkin. Mebel? Rasanya lebih menarik kalau kali ini gua ambil mebel. Kenapa mebel tidak mulus? Karena belum digosok dengan ampelas alias diampelas. Baris 4.

Lanjut ke baris 5.
Sebelumnya, produk mebelnya tidak mulus karena belum diampelas. Kurang asem, dong. Kesempurnaannya tidak tercapai. Gitu deh.
Gua punya mebel, belum diampelas. Jelek banget gak sih? Bikin bete gak sih? Bete, kesel, apa pula ini meja kayu tapi nggak mulus. Muka gua melas deh. Lagipula, menurut kamus Bahasa Indonesia daring, melas itu asalnya dari Bahasa Jawa dan artinya "menimbulkan rasa kasihan". Baris 5.

Baris selanjutnya.
Berangkat dari "muka melas". Melas itu salah satu ekspresi.
Melas.
Melas.
Menyapu = melakukan sesuatu dengan sapu; menggunakan sapu.
Menelpon = melakukan sesuatu dengan telpon; menggunakan telpon.
Melas? Melas = melakukan sesuatu dengan las. Disini, gua jadi kesenengan sendiri.
Apa yang dibutuhkan untuk me-las alias mematri? 2 logam yang ingin dipatri, suluh alias penghasil panas, dan logam yang mengandung perak yang akan dilelehkan supaya 2 logam tersebut terpatri.
Melas = menggunakan las --> butuh bahan-bahan tersebut, "akhirnya sudah jelas apa maksud 'melas' dan apa yang gua perlukan untuk melakukan itu." Baris 6.

Baris terakhir.
Gua ingin baris ini jadi kesimpulan dari 6 baris sebelumnya. Sebuah penutup yang merangkum perasaan pembaca yang membaca puisi tersebut, terutama kalau penjelasan ini nggak ada.
Gua yakin pembaca akan berpikir "ini apaan sih?" Respon yang memang gua harapkan. Gua memang berharap orang akan garuk kepala karena otaknya gatal. Cukup itu aja untuk puisi yang nggak jelas dan tepat ini.
Gua ke situs pencari sinonim kata, dan katanya sinonim 'puisi' adalah 'sajak.'
Lalu, gua kepikiran lagi dengan ide untuk baris 2. Gua ingin pake sebagian dari baris 2 yang klasik yang disajikan dalam bentuk yang baru. Karena "sempat tidak sempat" udah dipake, berarti gua harus pake bagian "harus dibalas".
Apa yang dibalas? Surat.
Tapi, kenapa sajak ini jadi tidak jelas? Karena maknanya tidak sampai ke pembaca. Terjadi sebuah kesalahan dalam komunikasi. Apakah kesalahan tersebut? Mungkinkah karena ada surat berisi sebuah informasi yang tidak dibaca sehingga tidak dibalas? Baris 7.

Yoho~

Tidak ada komentar :

Posting Komentar