Sabtu, 01 Agustus 2020

Tangisan Bawang: Puisi Twitter #3

Yo.

Ngene puisine (red: beginilah puisinya; tweet 11 Juli).
sakit di hati
kesatuan rusak dan tak berarti
s'perti lukaku, ada 2 pecahan di itali
rasa tak jadi
es cincau tanpa gula merah lagi
rasa tak pasti
bagai ramalan meteorologi
rasa keladi
aku cuma talas dikira napi
rasa kenari
dipisah dari brownies yang dibeli
rasa jemari
aku yang paling kecil di famili
cincin tidak aku dapati, tidak menghiasi
jari tengah, aku diberi, di setiap hari
ditunjuk-tunjuk terus walau apa yang terjadi
apa itu ibu, rasanya aku sedang terbalik di bui
Gua lupa nih apa inspirasi gua waktu nulis puisi ini, tapi yang gua ingat adalah gua ingin bilang satu hal: gua lagi sakit hati.
Kayaknya sih waktu itu gua baru selesai baca suatu komik dari Jepang atau gua baca surel dari pengurus apartemen gua yang menyatakan kalau gua "diusir" (apartemen di lingkungan kampus, gua udah lulus, yada yada yada, gua mesti keluar, gua belum keluar). Gua lupa, tapi mungkin karena satu diantara gua hal tersebut. Intinya, gua sakit hati. Baris 1.

Selanjutnya, gua masih mengeksplorasi tema dari baris 1. Sialnya, dua alasan yang gua sebutkan di atas jadi nggak nyambung dengan baris ini. Berarti, kemungkinan gua lagi beneran merasa ada masalah dengan seseorang, dan rasanya kenalan gua. Sahabat gua yang bisa dihitung jari, rasanya gak ada masalah. Temen lama, gak ada yang nyariin gua dan gua juga belum nyariin mereka (adil dan jujur).
=== rehat medsos ===
Gua barusan cek salah satu percakapan gua dengan salah satu temen gua di suatu media sosial, dan sepertinya gua membaca sesuatu yang bisa bikin gua sakit hati.
Intinya, gua sakit hati, dan gua merasa ada kebersamaan -kesatuan- yang menjadi rusak, baris 2.

Disini gua mulai jadi liar. Temanya udah diatur di baris 1 dan 2, tapi gua memilih untuk kemana-mana karena gua pengen. Ehhhhhhh, gua pengen maksain ada "lukaku" di situ sih. Romelu ya, bukan yang sakit di badan.
Jadi, sakit hati, kesatuan rusak, menimbulkan luka.
Usut punya usut, ada pemain bola yang namanya Lukaku. R sebagai kakak ada di Inter Milan, J sebagai adik ada di Lazio(?). Lukaku, ada 2 di Itali. Baris 3.

Lanjut.
Sakit hati, kesatuan rusak, menjadi tidak satu lagi, "tidak jadi satu lagi", "tidak jadi". Baris 4.
Waktu itu gua masih ada santan dan cincau di kulkas, dan gua sudah berencana untuk bikin es cincau karena gua butuh serat dan gua 100% indonesia omg gua cinta banget which is bs. Gua suka cincau, selesai. Kalau ditambah gula, gua menggila. Menurut gua, es cincau yang tanpa gula merah adalah bukan es cincau, "es cincau yang bukan produk jadi", "es cincau yang tidak jadi". Baris 5.

Sakit hati, kesatuan rusak, tidak jadi. Hasilnya adalah sesuatu yang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (seenggaknya begitulah logikanya di otak gua). Kesatuannya menjadi "tidak pasti" apakah bisa berfungsi normal bahkan mungkin tidak bisa berfungsi sama sekali. Baris 6.
Apakah hal yang tidak pasti?

  • gua sisir rambut
  • gua masak pakai bumbu rendang kiriman dari HQ1
  • gua sarapan
  • gua nulis di blog ini setiap hari
  • cuaca => Baris 7
Disini gua makin liar dan cuma ingin sesuatu yang berima aja. Mungkin lu merasa kalau mulai baris ini, puisi ini melenceng dari temanya. Gua juga sempet merasa begitu, tapi gua disini mencoba menulis beberapa sebab orang merasa sakit hati.
Mungkin seseorang merasa selalu dijadikan biang keladi masalah dalam hidupnya. Baris 8.
Tahukah kamu? Keladi itu nama lain dari talas! Kalau lu nggak tau talas itu apa, berarti lu lebih muda dari gua. Shoutout untuk geng jajanan talas goreng, bengkoang, dan pecel keliling. Woop woop!
Seseorang merasa selalu dijadikan biang keladi. Seseorang merasa ada kesalahpahaman. Keladi bisa jadi talas, bisa jadi biang dari suatu masalah. Baris 9.

Terus, gua mencoba bersimpati dengan kacang kenari yang diiris dan jadi topping untuk brownies. Baris 10.
Pengalaman gua menyatakan bahwa kakak gua benci dengan brownies kenari. Bapak gua biasa aja. Gua dan ibu gua adalah penyuka brownies kenari.
Bayangkan perasaan kenari yang dipisah dari brownies oleh kakak gua, kemudian nggak dimakan? Baris 11.

Mulai dari baris selanjutnya sampai akhir, gua ingin mengaitkan rasa sakit hati dengan jari yang ada di tangan gua. Jadi, mulai dari tema besarnya, baris 12.
Dari yang ada di sisi luar tubuh, kelingking. Jari paling kecil. Gua anak paling kecil (alias bungsu) di keluarga gua. Ada beberapa hal tidak mengenakkan yang gua rasa terjadi karena gua menyandang gelar anak paling kecil. Baris 13
Jari manis. Oh! Oh sedihnya jari manis yang tidak dihiasi cincin pernikahan! Oh! Baris 14.
Jari tengah. Jangan diacungkan ke orang yang tidak pantas menerimanya, ya. Baris 15.
Jari telunjuk. Asem di mulut banget sih kalau lu ditunjuk sebagai pembuat sesuatu yang tidak baik. Mungkin sakit hati karena lu ketahuan. Mungkin sakit hati karena temen lu membocorkan rahasia operasi. Mungkin karena bukan lu pelakunya. Baris 16.
Ibu jari alias jempol alias big momma finger. Gua membayangkan perasaan orang yang sakit hati karena tidak punya sosok ibu dalam hidupnya. "Apa yang dimaksud dengan ibu?", "Apa itu i-b-u?", seolah dia teriak pertanyaan retorik sebagai luapan emosinya.
Kalau menurut lu ini dibaca sebagai "Apakah itu, wahai ibuku?", dipersilakan kok.
Sebagai penutup, dari potongan suku katanya 'i' dan 'bu', kalau dibalik kan jadi 'bu' dan 'i'. Bui. Baris 17.

Cus.
Yoho~

Tidak ada komentar :

Posting Komentar