Kamis, 26 November 2020

gua lagi pengen nulis agak rutin nih, tapi pengen ngomong tentang kekerasan antar saudara juga x1

 Yo.


Gua lagi nggak ada puisi dan gua mau nulis sesuatu yang lain.

Berhubung beberapa hari belakangan ini banyak kejadian yang wow alias mengubah hidup gua, menurut gua nggak ada salahnya kalo blog ini juga mengalami perubahan. Gua pikir, menarik juga kalo gua bikin sesuatu yang terstruktur lagi. Sebelumnya kan gua pernah nulis rutin selama sebulan dan gambar rutin selama sebulan. Nah, gimana kalo gua bernostalgia selama periode tertentu? Mungkin sebulan? Mungkin seminggu? Mungkin satu trimester? Gua juga belum yakin apakah gua akan nulis setiap hari? Setiap 2 hari? Setiap minggu?

Nyeh, gua coba deh nulis tiap hari selama sebulan. Kalo gua lupa 1 hari, peraturannya bakal gua ubah. Kuncinya adalah adaptasi ke situasi di depan mata hohoho.

Otak: Kancut lu.

Gua: OK


Untuk memulai, gua kepikiran mau nulis ini pas tadi gua ke toilet.

Nostalgia hari ini adalah tentang kekerasan. Ekstrem juga ya. Buat yang baru pertama kali mampir ke blog ini, gua gak selalu bahas yang kayak gini, kok. Kalo menurut lu ini aneh, nah itu derita lu. Blog ini emang selalu aneh.


Kembali ke masa lalu.

Sedikit pembuka: Kalo lu kenal gua di SMA atau seterusnya, mungkin gua terlihat sebagai orang yang cinta damai, jauh dari konfrontasi, dan menghindari kekerasan.

Semoga gitu, sih.

Pada masanya, gua dekat dengan kekerasan. Shoutout untuk yang punya saudara dan tinggal serumah. Seperti yang mungkin lu pernah denger atau pernah alamin sendiri, persaudaraan tidak jauh dari kekerasan. Rebutan remote TV, rebutan controller PlayStation, rebutan mainan, banyak hal bisa jadi alasan untuk berantem dengan saudara di rumah. Alasan favorit gua: dendam karena kalah di berantem sebelumnya.

Ohohoho, dulu gua pendendam sejati. Sebagai bonus, gua kasih cerita legendaris ini. Kita keluar dari topik utama sebentar.

---

Waktu itu gua masih usia TK, mungkin awal-awal SD. Keluarga gua lagi main ke rumah kakek gua di Jakarta. Pas lagi bincang-bincang, gua diledek sama salah satu tante gua. Klasik, ngegodain anak kecil karena melakukan hal bodoh adalah sesuatu yang mudah dilakukan dan bisa jadi mendidik dan bisa jadi menghibur. Hari berlanjut. Kita ngumpul di ruang tengah, lagi ngobrol juga. Semua orang ngomong, ketawa, ngomong, ketiwi. Di tengah obrolan, gua yang tadinya duduk, bangun dan jalan ke arah tante gua yang tadi ngeledek gua. Geplak! Gua nampar tante gua, tanpa ngomong apa-apa, tanpa basa-basi, tanpa hujan dan angin. Gua dimarahin, kita sadar kalo gua masih kesel karena sebelumnya gua diledek, dan kehidupan berlanjut.

---

Sedikit intermezzo sekaligus pelajaran sejarah ditengah pelajaran sejarah. Yang bisa gua bilang sekarang adalah gua sudah mencoba untuk jadi lebih baik. Sayangnya ini bukan tulisan motivasi, tapi nostalgia. Kembali ke masa lalu!

Kekerasan!

Salah satu memori yang paling berkesan, bisa dibilang kenangan kekerasan nomor 2 gua di rumah tapi nomor 1 soal dendam, adalah yang satu ini. Kalo lu pernah nonton Ender's Game, lu pernah denger omongan ini. Waktu itu, pastinya, gua menyimpan dendam ke kakak gua, satu-satunya saudara gua, karena satu dari sekian alasan yang gua tulis di atas. Waktu itu juga, salah satu kesukaan keluarga gua adalah nonton TV sambil tiduran sambil dimarahin ibu gua karena nonton sambil tiduran itu nggak baik. Singkat cerita, sore itu kakak gua lagi di depan TV dan (lagi-lagi) tanpa basa-basi, gua tendang kepala kakak gua. Dia nangis karena kesakitan, ibu gua yang lagi setrika pakaian jadi terpanggil karena ada suara kencang, bapak gua masih kerja di kantor, dan gua pasang pose staredown ala atlet NBA pasca posterizing. Dinamika kehidupan~

Yang bisa gua inget adalah waktu itu gua merasa puas karena akhirnya dendam gua terbalas. Gua nggak mikir soal trauma fisik yang mungkin kakak gua dapat dan fakta bahwa gua pasti bakal dimarahin segera setelahnya. Sejak dulu, gua emang kurang mikir soal dampak jangka panjang dan gua masih mikir kalo konsistensi adalah kunci kehidupan.

Kalau ada hal positif yang bisa gua bagi ke lu yang mungkin masih ada di posisi ini adalah bahwa memperbaiki hubungan dengan saudara itu penting. Selama bertahun-tahun setelah itu, gua masih berantem sama kakak gua karena berbagai hal, tapi disitu kita saling memupuk pemahaman, rasa hormat, rasa persaudaraan, rasa pertemanan, rasa kebersamaan, dan rasa kebanggaan akan satu sama lain. Sekarang, gua akan bilang kalau gua nggak super deket sama kakak gua, tapi kita punya pemahaman yang cukup akan satu sama lain untuk saling mendukung, saling menghibur, dan saling bersaudara di tengah rumitnya kehidupan dan batasan geografis.


Akhir kata, semoga lu nggak berantem dengan frekuensi dan intensitas yang sama seperti yang gua dulu lakukan dengan kakak gua. Kalo udah kejadian, semoga hubungan lu bisa membaik dengan lawan perkelahian lu. Kalo nggak kesampean dan udah terlalu basah, semoga beruntung dan semoga lu mau berbagi dengan gua.

Kalo ada yang mau berbagi cerita di bawah, boleh juga tuh. Di antara beberapa komentar yang gua dapet, ada aja yang dihapus sama pembuatnya. Kalo lu ngiklan di bawah, gua yang hapus komentar lu.


Yoho~

Tidak ada komentar :

Posting Komentar