Kamis, 30 Maret 2017

Planning On A Comedy Career

YOYOYOYOYOYOYOYYOYOYOYOYOYOYOYOYO !!!
Bon soir !
Semua hidup, sehat, dan bahagia ?
Bersyukurlah kalau lu merasakan minimal satu diantara 3 hal itu. Simple aja.
.
.
Hari ini gua di kos seharian.
Tentunya diselingi sarapan dan makan siang dan mungkin makan malam (saat nulis ini gua belom makan malam).
Ditengah penyembuhan luka, gua melakukan introspeksi sambil menghibur diri dan belajar Bahasa Inggris via seri This Is Not Happening yang diunggah ke channel YouTube-nya Comedy Central dan gua mendapat pencerahan bahwa komedi harus datang dari kehidupan pribadi sehingga yang membawakan materinya akan menjiwainya.
.
Oleh karena itu, gua akan mencoba menceritakan sedikit cuplikan kehidupan gua disini yang menurut gua akan sangat menginspirasi pembacanya ke arah yang, semoga, lebih baik.
.
.
__________________________________________________________
Kisah ini terjadi ketika gua di kelas 1 SMA.
Sebelum melanjutkan, gua harus menceritakan sedikit latar belakang pendidikan gua sebelum sampai SMA.
.
Gua bersekolah tingkat SD di sebuah sekolah swasta berbasis yayasan keagamaan (nggak akan gua jelaskan lebih lanjut supaya tidak menyinggung pihak yang mungkin tersinggung). 6 tahun di SD melahirkan gua yang menganggap mencontek itu hina, berbohong soal kejadian di sekolah ke orangtua itu hina, dan laporan akademis seseorang 100% bergantung pada dirinya sendiri.
SMP, gua masuk ke sekolah negeri dan minggu pertama sekolah normal (pasca masa orientasi), BOOM! Brainstorming! Mind = BLOWN!
Untuk lebih jelasnya, gua masuk ke kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pertama di SMP negeri yang gua masuki. Angkatan pertama, cuma ada 2 kelas dan gua masuk di salah satunya.
Dan gua tetep mengalami brainstorming dan tersentuh secara religius dan filosofis di minggu-minggu awal sekolah.
Beginilah rasanya pindah dari sekolah swasta berbasis yayasan keagamaan ke sekolah negeri.
1 frase untuk menyimpulkan : Life-changing.
Masuk ke SMA, sekolah negeri juga, gua sudah tercerahkan dan hidup dalam kehidupan baru ini selama 3 tahun di SMP.
.
Balik ke SMA.
SMA gua, seperti SMA negeri lainnya, punya seragam batik dengan motif khusus. Yang paling unik dari batik SMA gua adalah warnanya, yaitu cuma hitam dan putih. Hitam dan putih. Simpel. Kain batiknya bisa difotokopi kalau perlu. Bisa ditambal pake spidol hitam kalau perlu. Simpel.
Warna ini saingan sama warna seragam batik SMA negeri tempat kakak gua bersekolah.
Batik SMA gua berwarna hitam dengan corak batik warna putih, sementara batik SMA kakak gua berwarna putih dengan corak batik warna hitam. Simpel. Mudah dibedakan. Sama kayak bedain zebra jantan dan betina aja. Sangat sederhana dan mudah.
.
SMA, tahun pertama, ujian tengah semester kedua.
Sebagai SMA yang normal, sekolah gua masih mengharuskan siswanya untuk mempelajari semua bidang minat di tahun pertama, yang artinya gua belajar mata pelajaran IPA dan IPS, selain mata pelajaran umum.
.
Gua sedang mempersiapkan untuk ujian Sosiologi yang akan diadakan esok paginya, sesi ujian ketiga. Dan seperti anak yang terkenal pandai menghafal dan secara umum pandai di kelas lainnya, yang sedang mengalami krisis identitas masa remaja, saat itu gua berpikir "Males ah belajar sore ini".
Kesalahan pertama. Sosiologi adalah pelajaran hafalan dengan segala definisi dari berbagai tokoh di dalamnya. Setelah itu gua belajar untuk pelajaran lainnya atau main game Pokemon di laptop.
.
Esok paginya, gua berangkat ke sekolah dengan seragam batik zebra itu, karena memang jadwalnya.
Sebelum ujian sesi pertama, gua sudah di kelas, gua memutuskan untuk mengulang pelajaran yang akan diujikan di sesi pertama, seperti remaja normal lainnya. Masuklah waktunya ujian dan seinget gua berjalan sukses.
Masuk ke sela sesi pertama dan kedua, gua memutuskan untuk mengulang pelajaran untuk sesi kedua dan ujiannya pun seinget gua berjalan aman-aman saja.
Masuklah ke sela sesi kedua dengan ketiga dan sesi ini bersamaan dengan waktu istirahat sehingga jedanya lebih lama. Keputusan gua : makan siang di kantin kampus dan ngobrol dengan teman selama masa jeda.
Kesalahan kedua. Gua belum menghafalkan apa yang akan diujikan untuk Sosiologi nanti.
Sambil mempersiapkan perlengkapan untuk ujian Sosiologi, gua baru baca lagi buku pelajarannya dan ASTAGA! Gua baru sadar betapa banyaknya materi yang belum gua hafalkan. Jangankan hafal, bahkan belum gua baca!
Dan pada saat itulah, gua mencoba menggumpalkan semua brainstorming yang gua alami sejak awal SMP menjadi 1 perbuatan nyata yang menyangkal kepercayaan gua yang sudah terbangun sejak SD.
GUA AKAN MENCONTEK.
Gua akan menyembunyikan buku gua di kolong meja dan menjawab pertanyaan yang tidak bisa gua jawab dengan melihat jawabannya di buku ketika pengawas ujian tidak melihat.
Untuk beberapa saat, apalah arti kejujuran, mari kita lulus dari ujian ini apapun caranya.
Kesalahan ketiga. Gua belum pernah mencontek (true story). Gua tidak punya pengalaman sama sekali untuk melakukan teknik ini. Kepala gua hijau. Newbie. Noob. 0 exp.
.
Untuk memperkeruh keadaan, pengawas yang masuk adalah seorang bapak, guru Ekonomi. Bapak ini berpenampilan normal, dengan daya tarik utama di kumis hitamnya yang tebal, aksen Sunda yang khas dan kental, dan kebiasaan mengerjai kelas, atau siswa tertentu, kalau ada yang berulah saat pelajaran atau ujian.
Pengawas kedua terbaik untuk kondisi gua.
Pengawas terbaik pertama adalah guru Sejarah yang oleh siswa dijuluki sebagai "mata elang". Lu tau lah guru seperti itu.
Sedikit salam dan semoga bahagia bagi kedua guru itu di kehidupan yang mereka jalani saat ini. Terima kasih telah mewarnai kehidupan SMA gua.
.
Jadi begitu keadaannya.
Dan gua menemui soal yang sulit, yang tidak gua hafalkan jawabannya. Semacam definisi kata tertentu menurut tokoh tertentu.
Jawabannya ada di buku. Bukunya ada di kolong meja gua. Tangan kiri gua bisa menulis, tangan kanan gua bisa membuka buku. Menunduk sedikit, baca, tulis jawaban di lembar jawaban.
Rencana yang sempurna.
Ketika pengawas tidak melihat, mari kita lakukan. Cepat dan tepat. Persiapannya sudah manis.
Beberapa saat kemudian, Bapak pengawas bersandar di pintu kelas, memandang keluar kelas. Momen yang tepat. Misi dimulai.
Gua menarik buku ke pangkuan gua. Gua membuka lembar per lembar, mencari jawaban.
Sialnya, diluar kendali gua, jawabannya sulit ditemukan. Gua nggak tau jawabannya ada di halaman berapa. Lebih hebatnya lagi, ternyata gua melakukan semua ini sambil keringatan, kepala menunduk total, muka panik, dan berisik. Gua sangat berisik sampe temen gua yang posisinya di baris sebelah, beberapa meja ke depan dari posisi gua, menengok ke belakang karena ada bunyi berisik dan geradakan.
Setidak-profesional itulah gua. Seperti yang gua katakan sebelumnya, gua newbie dalam hal ini.
Secara sederhana, gua kayak pertama kalinya pake toilet duduk ketika seumur hidup gua pake toilet jongkok. Berantakan. Gua nggak tau harus apa ketika sesuatu terjadi.
.
Jadi begitulah.
Temen gua ngetawain gua yang kebingungan.
Jawaban belum ketemu semua.
BOOM! Bapak pengawas kembali ke meja guru.
Secara biologis, gua berusaha bertahan hidup dan pada saat yang indah itulah, tulang belakang gua mengirimkan sinyal refleks ke tangan kanan gua untuk mendorong buku Sosiologi gua kembali ke dalam kolong meja. DENGAN CEPAT DAN KERAS. Temen gua bisa mendengar bunyi buku gua yang memukul bagian dalam meja ketika gua dorong ke dalam karena dia segera nengok dan ketawa lagi ketika gua melakukannya.
Sungguh sempurna. 100% adegan sitkom.
Dan pada saat itulah juga, sang bapak pengawas memulai aksi usilnya. Beliau mulai senyum-senyum mencurigakan dan mulai bernyanyi dalam Bahasa Sunda. Setelah beberapa saat, beliau mulai mencoba melucu. Beliau mulai "ceramah" tentang mencontek, kejujuran, dan sebagainya.
Kesimpulan dalam 2 kata : UJIAN. GAGAL.
Di meja, gua cuma bisa diam, berkeringat, berdoa sambil menutup mata.
Gua pasrah atas apa yang akan terjadi. Apa yang terjadi, terjadilah. Gua bahagia karena gua masih hidup. Dan kalimat barusan menjadi kalimat yang gua pegang sampai saat ini. Filosofi hidup paling utama.
.
Ujian itu selesai dengan gua tidak menjawab 2 soal sama sekali dan 1 nomor tidak terjawab secara lengkap dan gua yakin jawabannya juga nggak tepat. Cuma ada 6 soal di ujian Sosiologi itu dan dengan tepat, nilai gua adalah 50 ketika hasil ujian dibagikan.
Dan yang hebat adalah gua tidak merasa sedih sama sekali, setidaknya bukan karena nilai 50 itu. Gua terlalu sedih karena nggak sempet berinteraksi akrab dengan cewek yang gua suka pada saat itu karena dia sibuk ujian, dan gua sibuk menyesali momen kegagalan mencontek gua sehingga nggak ada interaksi sampai ujian selesai plus beberapa hari setelahnya. Mungkin emang karena gua super pemalu dan payah aja sih.
Pada saat itu, gua merasa nilai 50 adalah nilai yang pantas gua dapatkan.
Orangtua gua mempertanyakan nilai ini, tapi berhasil gua jelaskan dengan "hafalannya banyak, jadi kecampur-campur di pikiran gua" sambil kakak gua ngetawain gua di belakang.
Temen-temen gua di kelas lain mempertanyakan nilai ini, dan gua jelaskan hal yang sama dan dipercaya.
Temen-temen sekelas gua menertawakan kegagalan gua dalam mencontek. Sangat tragis.
Gua bersumpah pada saat itu untuk tidak akan mencontek, setidaknya dengan metode itu, lagi sampai selama-lamanya. Mencontek dengan melihat buku adalah payah dan hina dan tidak terpuji dan merupakan penyebab kemunduran bangsa dan penyebab Pemanasan Global dan merupakan alasan utama mengapa rasisme masih ada di dunia ini. Intinya, mencontek berbuahkan kehancuran dunia.
.
Dan itulah inti dari pengalaman gua ini.
Dalam kehidupan, lu mungkin pernah berbuat bodoh. Lu mungkin pernah berbuat kesalahan yang menuntun lu ke keburukan dalam hidup. Lu mungkin pernah meremahkan sesuatu yang menurut lu "gampang" dalam hidup.
Tapi pada saat itulah lu bakal dikerjain oleh sebuah kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan manapun. Pada saat itulah, Tuhan atau Dewa atau apapun yang lu percayai akan mengerjai lu habis-habisan sampe lu menyesal dan menjadi manusia yang baik dan benar.
.
Pelajaran yang paling berharga yang gua dapatkan dari pengalaman ini adalah jangan pernah mencontek. Jangan pernah mencontek ketika lu nggak berpengalaman. Jangan pernah mencontek, dan ketahuan sama pengawas ujian, dan hasil akhirnya nilai lu jelek.
.
.
Sekian untuk saat ini.
SELAMAT MALAM SEMUA !!!

10 komentar :

  1. WOW! May I ask something? a lot sih sebenernya wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo!
      Silakan bertanya sebanyak-banyaknya.
      Mau via blog ini, medsos, dll, silakan pilih sendiri.
      Ditunggu ya pertanyaannya :D

      Hapus
  2. I'll ask here.
    Gua mau tanya siapa yang ngetawain lo pas nyontek? wkwkwk ini kelas 10 kan, tapi kok gua ga inget sama sekali yah wkwkwk
    Daaann gue sangat kepo dengan "cewek" itu yg di SMA, bcause you wrote it several times tapi gue gabisa tebak siapa hahahahaha oke ini kepo banget sih
    btw, sorry for bad respon kemaren di line gue beneran lagi liburan wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. I'll answer here then.

      1. Yap. Ini pas kelas 10. Yang nyadar gua nyontek di tempat adalah tidak lain dan tidak bukan, seorang Wisnu Hidayad.

      2. "Cewek itu" ? Gua belum mau sebut nama, tapi FYI gua suka dengan 3 cewek berbeda (1 orang di tiap tahun di SMA), jadi mungkin bisa dispesifikkan tahun keberapa dan mungkin gua akan sebut nama. Mungkin.

      Hapus
  3. Gue kira rio :( yg ditulis disini itu yang tahun pertama? yang itu aja wkwkwk yg lain menyusul

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak-anak yg lain tau setelah kejadiannya selesai. Wisnu yg ngeliat gua di tempat.

      Dan untuk orang yang gua suka di tahun pertama SMA, dia adalah lu, Ghina.

      Hapus
  4. Hah? Ko bisa wkwkwkwkwkwk :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho kenapa nggak?
      Sekarang gua udah lupa sih kenapa huehuehue

      Hapus
    2. Pengen tau lah kenapa wkwkwk

      Hapus
    3. Menurut ingatan gua, poin yg menariknya adalah waktu itu lu sering ikat rambut ke belakang, sampe dahi lu yang mengkilat itu terekspos (yap. gua masih inget panggilan 'jidung' itu karena gua yang membantu menciptakannya).
      Ikatan rambut semacam itu mirip banget sama yang ibu gua lakukan di rumah, dan menurut gua itu menarik.

      Hapus