Rabu, 13 Desember 2017

I Should Be Studying For An Exam, But Instead I Do This

YOYOYOYOYOYOYOYYOYOYOYOYYO !!!
Kabar baik, saudaraku?
Kabar baik, kawan?
Kabar baik, masyarakat?
KEMBALI LAGI KE BLOG YANG SANGAT TIDAK MOOD-FRIENDLY KARENA KONTRIBUTORNYA SANGAT PAYAH DALAM MENULIS !
WOOOHOOO !!!
.
.
Jadi, barusan gua nonton video stand-up comedy a la Amerika Serikat di YouTube.
Ceritanya gini, gitu, dah. Singkat dan padat.
Intinya, salah satu pesan moral yang dibagikan adalah: Jangan main menghakimi orang berdasarakan stereotip aja.
Sedap.
Beautiful.
.
Jadi, ijinkanlah saya menceritakan pengalaman saya dalam hal ini.
Kita mulai dengan kesimpulan yang gua dapat setelah menjalani hidup sejauh ini: Anak bandel adalah teman yang baik.
.
Mari masuk ke pelajaran sejarah.
.
Sekolah Dasar.
Gua mulai berinteraksi dengan "anak bandel" ketika masuk kelas 3 atau 4 SD. Waktu itu, ada temen kakak gua (yang 1 angkatan sekolah di atas gua) yang nggak naik kelas dan jadi sekelas sama gua. Dia tau kalau gua adalah adik dari kakak gua. Jelas. Sepanjang gua sekolah SD, ada 4 atau 5 orang yang tadinya sekelas sama kakak gua dan jadi sekelas sama gua karena nggak naik kelas.
Pengalaman yang menarik adalah ketika gua sempet "bertengkar tanpa alasan jelas dan diakhiri dengan tangisan" dengan temen sekelas gua. Seinget gua pernah gua ceritain.
"Anak bandel" ini nyari kakak gua dan ngebawa kakak gua ke kelas gua dan BOOM! Masalah selesai.
They come in clutch on that one!
Gua diajarin main poker oleh "anak-anak bandel" ini. Suatu hari, jam pulang sekolah, gua masih nunggu jemputan. 3 temen gua lagi mangkal di kelas yang udah kosong, main kartu.
Gua lewat, eh gua diajak main. BOOM! Gua kenal gabruk a.k.a poker a.k.a capsa (dan nama lainnya).
Gua pernah liat temen bandel gua ini, pas lagi main bola (jam pelajaran olahraga). Dia nendang bola dengan super kenceng (dia ekivalen ke Kojiro Hyuga [buat lu yang nggak kenal sama tokoh yang satu ini, salam kenal wahai milenial]) dan bolanya kena ke kaki anak cewek temen sekelas gua. Hal yang unik adalah adanya jeda beberapa detik dari bola super kenceng kena kakinya (BOOM!) dan dia jatuh dan kesakitan dan nangis. Gua ingat dengan sangat jelas ada sekitar 3-5 detik, anak cewek ini mematung, dan semua anak cowok yang menyaksikan kejadian itu diam tanpa kata. Keren banget.
.
Dari anak-anak bandel ini, gua belajar tentang cara main kartu (ini poin yang paling berkesan sampai saat ini), cara bersenang-senang dengan nyaris melanggar aturan, dan pentingnya melindungi adik dari temen lu.
.
Sekolah Menengah Pertama.
Gua kan tadinya dari sekolah swasta ya. Gosip yang gua tau, anak yang paling bandel di sekolah pernah nipu orangtuanya dengan ngaku pergi ke sekolah, tapi malah main dingdong seharian, selama beberapa hari sampe akhirnya ketahuan. Simpel.
Gua masuk SMP negeri.
Swish!
Gua langsung menyerap semua budaya anak bangsa yang belum gua sentuh.
Gosip, cerita, hikayat, legenda tentang anak-anak bandel bertebaran diman-mana.
"Katanya sepulang sekolah, ada yang 'bergaul' di kelas pojok sana"
[kalau lu nggak paham makna kalimat diatas, mohon cari tau segera dan sikapi dengan bijak]
"Katanya dia udah nggak perawan"
"Eh dari sudut sini, bisa ngintip anak cewek pas ganti baju di dalem kelas (abis pelajaran olahraga) lho"
Buat gua, yang lulusan sekolah SD swasta yang disokong yayasan rohani, oh la la!
So spicy! Enticing!
Gua juga jadi bisa punya musuh bebuyutan karena ledek-ledekan nama orangtua. Gua yang mulai, dan sekarang gua sudah sangat memahami gimana kejadiannya waktu itu. Sialnya, ini anak masuk ke kategori anak bandel (tapi pinter, jadinya kampret) dan gua jadi kena batunya di hari-hari selanjutnya.
Gua pertama kalinya punya temen-temen yang otaknya super encer, dan hobinya adalah main dan kalau ngobrol pasti seputar mainan. Gua mengusulkan untuk membangun istilah "bajingan akademik".
Contoh dalam kalimat : "Eh si bajingan akademik ini kerjaannya main terus, tapi nilai Fisikanya 95. Kan kzl."
Dalam hal obrolannya, gua nyambung. Dalam hal penguasaan dunia akademiknya, gua di level yang lebih rendah.
.
Dari sini, gua belajar tentang realita di dunia pendidikan, tanpa sensor, tanpa lampu warna-warni dan kelap-kelip bintang, dan tentang gimana caranya jadi jagoan akademik plus jagoan dalam permainan.
.
Sekolah Menengah Atas.
Masih di sekolah negeri. Kali ini, sekolah yang posisinya pas disamping stadion kebanggaan kota.
Baru masuk kelas 1, ketua kelas gua adalah Dewa Tidur dengan skill mencontek yang, pada jamannya, sangat luar biasa. Belum pernah gua menemui siswa dengan strategi ujian "tidur di 15 menit pertama, bangun, tengok belakang dan mulai menulis!"
Sepanjang gua SMA, gua sekelas dan temenan sama Dewa Game MT, anak motor, anak yang setahun lebih muda tapi terkenal playboy, dan sebagainya.
Kelas 3 SMA, hobi anak-anak cowok di kelas gua adalah cari anak cewek yang sekelas, yang lagi lengah, dan dengan eksekusi yang terukur dan terencana: buat dia duduk di bangku, angkat bangkunya, bopong setinggi bahu, parade sejenak, taruh di lorong sekolah di depan kelas lain. Smooth. Rekor kita adalah ngangkat temen kita (anak cewek, sekelas, pada waktu itu diakui sebagai yang bobotnya paling berat di antara anak-anak cewek lain di kelas) di meja. GOKIL!
Gua sendiri, menurut pendapat gua, pernah "memasuki dunia per-bandel-an, tapi lewat jalan yang salah". Kejadiannya pas gua kelas 1 SMA, kalau nggak salah pas semster 2. Pelajaran sejarah. Suatu hari, ada ujian. Blas bles blos, cus. Hasil dibagikan, dari nilai yang paling rendah.
Menuju urutan akhir, mayoritas diisi oleh "siswa/siswi yang terkenal sebagai jagoan akademik", yang mana pada saat itu, gua termasuk di dalamnya.
Nama terakhir, gua. BOOM! Bangga. Bahagia. Berbinar-binar.
Guru gua bilang, dan gua inget betul perkataannya:
"Ini Renato sebenarnya dapat nilai 100", kata guru gua.
[kelas mulai gaduh di frekuensi rendah (bisikan halus merajalela)]
"Tapi, karena Renato kurang aktif di kelas, saya beri tantangan. Kalau dia bisa aktif selama pelajaran hari ini, saya tetapkan nilainya 100. Kalau dia tidak aktif, saya kurangi nilainya."
Gua diam tanpa kata, tapi gua memberi gestur mengiyakan.
Selama pelajaran, gua diem aja seperti biasa. NAILED IT! Gua cuma menjaga kode etik perusahaan aja.
>>>Nggak juga sih. Gua cuma udah kebiasaan aja dengan cara belajar seperti itu sejak SD. Sampai sekarang pun, gua masih nggak aktif di dalam kelas *kecuali terpaksa, sesuai permintaan guru/dosen*
Seinget gua, nilai gua jadi 97.
..................................................................................................
BTW, kalau ada yang baca cerita ini dan merasa "Kok gua kenal ya?" dan merasa "Kok ceritanya kayaknya nggak gitu?", tolong ceritain ke gua gimana kenyataannya. Gua cuma menulis yang gua inget aja.
..................................................................................................
BTW lagi.
Shoutout untuk Guru Sejarah yang telah mengubah hidup gua, yang memercikan sedikit nafsu untuk mulai angkat suara dalam hidup, yang mengubah hidup gua ke arah yang lebih baik sampai saat ini.
Shoutout untuk beliau, yang unik, yang menarik, yang spesial, yang tidak tertandingi di bidangnya, Sang Guru Sejarah, Bu Titik.
*kalau nggak salah, itulah nama beliau
...................................................................................................
.
Dari sini, gua belajar tentang berbagai keterampilan yang bisa dikuasai untuk menjadi "bandel" selain jago dalam permainan, gua belajar tentang indahnya kerjasama yang rapi dan terukur, dan bahwa menjadi bandel bisa menjadi pemersatu sehingga suasana lingkungan menjadi ramah dan damai.
.
Pendidikan Sarjana.
Pindah daerah.
Banyak nilai-nilai hidup baru.
Banyak kebudayaan baru dari temen-temen baru dari daerah yang berbeda-beda.
Bandelnya juga beda-beda.
Semester 1, kegiatan pembinaan keagamaan oleh senior. Kelompok gua ditangani oleh seorang senior yang sejurusan yang juga aktivis kampus. Kewajibannya ditangani dengan sangat baik, dan memasuki semester 2, dia nggak bisa lanjut jadi pembimbing kelompok gua untuk alasan yang bisa kami terima. Suatu hari, ada acara kumpul bareng dan disitu, seorang senior yang merupakan ketua tim pembimbing, mengatakan, "Ya. Saya udah tahu kok kalau pembimbing kalian nggak bisa lanjut. Nanti kami akan carikan pembimbing lain. Karena sepertinya nggak ada pembimbing lain yang sejurusan sama kalian, mungkin nanti kami carikan dari jurusan lain yang lokasinya dekat."
Kita selaw. Ngikut aja.
Fakta menarik : sampai saat ini, gua nggak tau siapa pembimbing baru buat kelompok gua.
Fakta menarik 2 : Kita sekelompok kompak untuk tutup mulut dan membiarkan air mengalir, berhubung masing-masing ada niat untuk aktif di kegiatan non akademik lainnya.
Lompat jauh ke semester 7. Karena syarat jumlah sks gua sudah memenuhi, gua ambil Tugas Akhir. Gua dan 2 kawan menghubungi calon dosen pembimbing yang kita idolakan (karena keren bet), dan beliau angkat jempol untuk membimbing kita bertiga. Setelah sekian lama mencari "topik", akhirnya gua coba angkat obrolan mengenai topik yang nantinya bakal gua mainkan dan habisi ke calon dosen pembimbing ini. Was wes wos, disetujui. Was wes wos, proposal TA selesai.
Karena ada "peristiwa yang menggoyahkan hidup" (detailnya bakal gua ceritain lain kali dah), gua memutuskan untuk nggak lulus 7 semester. Akhirnya, TA gua "terbengkalai" di semester 7. Gua bimbingan cuma 3 kali, itu pun baru untuk menyelesaikan program yang mau gua pake untuk eksperimen. Masih jauh dari bahagia.
Masuk semester 8. Hal pertama yang gua lakukan adalah ketemuan dengan dosen pembimbing untuk revisi proposal TA. Hari senin itu, gua bertemu beliau jam 10 pagi. Fakta menarik : Batas akhir pengumpulan proposal TA untuk semester itu adalah hari itu, jam 1 siang.
Begitu gua angkat obrolan soal ganti proposal, gua bisa melihat dengan jelas bahwa beliau kaget. Dengan penjelasan yang sedap dan persiapan yang mantap, proposal baru gua ditandatangani dan langsung gua kumpulkan ke bagian administrasi.
Sambil mengerjakan TA, hobi gua adalah jalan-jalan. Serius. Gua bukan senior yang patut dicontoh oleh para adik kelas, terutama dalam hal pengerjaan TA sehari-hari. Mau lagi bahagia mengerjakan atau mumet berat plus muka kusut, gua nggak tahan lama ngerjain TA di lab. Setelah beberapa jam (atau sambil tunggu simulasi), gua bakal jalan-jalan keliling kampus (kampus-Tugu Pahlawan-ujung MERR, untuk beberapa variasi rute), paling lama sampai 1 jam. Cuma keliling aja, tanpa tujuan. Kalau nggak jalan-jalan, gua main PES di laptop (yang ini nggak bisa sambil jalanin simulasi). Main sendiri, main berdua, main turnamen 4 orang, turnamen 6 orang, turnamen 8 orang, semua sudah dimainkan.
Akhirnya, dari target gua untuk selesain TA dalam 2 bulan, jadinya selesai dalam 4-5 bulan (sampai sebelum sidang, revisi, dsb).
Tetep, yang paling penting, gua menyelesaikannya dengan bahagia dan bangga.
.
Dari sini, gua disadarkan bahwa kehidupan non akademik itu penting. Punya relasi yang bagus itu sama pentingnya dengan punya prestasi, punya kerjaan, atau punya duit. Khususnya di semester 7-8, gua dapet ilmu ekstra tentang cara bersahabat dengan dosen.
Lebih khusus lagi di semester 8, gua belajar untuk memperbaiki sikap gua terhadap wanita dan cara beraktivitas di kedai kopi kenamaan + karaoke.
Nggak lulus 7 semester, buat gua, adalah salah satu keputusan termanis dan terindah yang pernah gua buat.
.
Belum lulus S1, gua udah keterima untuk lanjut studi di Prancis.
Desember 2016, gua daftar ke sekolah + ke pemberi beasiswa.
Akhir Januari 2017, permohonan beasiswa gua dikabulkan.
Maret 2017, gua diterima di sekolah tempat gua mendaftar.
Juli 2017, gua sidang TA S1.
Minggu kedua Agustus 2017, seluruh urusan administrasi Tugas Akhir selesai.
Minggu ketiga Agustus 2017, seluruh urusan administrasi kelulusan selesai.
Minggu keempat Agustus 2017, gua sampai di Toulouse.
Gua nggak ikut wisuda S1 karena udah mulai kuliah. Katanya sih nama gua dipanggil pas upacara wisuda, dan nggak ada kepanikan/kebingungan. Nice.
.
.
Dan disinilah gua, ngetik di laptop, di dalam kamar, dikala udara di luar suhunya gak lebih dari 5 derajat Celsius.
Asik? Relatif.
Mudah? Relatif.
Nggak susah? Ya, dengan sangat jelas.
Bangga? Jelas.
Kangen? 1, keluarga. 1,5, Sang Putri. 2, teman-teman, dan selanjutnya.
.
.
Pesan gua untuk yang mau dititipi pesan adalah: Jadilah bandel. Jadilah nakal. Bandel dan nakal tidak sama dengan jahat dan salah.
Seperti kata pepatah dalam Bahasa Inggris, "When life gives you lemon, take a big bite and enjoy the level of badassery you just achieved. Kudos to you."
Ciao.
Au revoir.
SELAMAT SIANG SEMUA !!!
.
NB. Postingan ini mulai gua tulis jam 11 malam kemarin (ketika gua seharusnya mempersiapkan diri untuk ujian pagi ini, yang mana sudah gua selesaikan dengan bahagia), dan baru gua selesaikan barusan, jam 1.25 siang (waktu lokal).

Tidak ada komentar :

Posting Komentar