Minggu, 25 Maret 2018

Brotherly Comedy

Yo.
Selamat Hari Minggu, bagi yang ingin diberi ucapan selamat.
Buat yang lain, selaw aja, santai.
.
Gua lagi pengen nulis cerita nih.
Hipotesis: pasti bisa bikin merinding, kemungkinan besar nggak lucu.
Yuk lah.
.
Kira-kira 14 tahun lalu.
Seorang bocah kelas 4 SD, kakaknya di kelas 5 SD.
Sebagai kakak beradik yang normal pada jamannya, kita punya hobi berantem.
Bukannya kita saling bermusuhan, tapi pada jaman itu, emang itulah hal yang lagi hits untuk dilakukan. Untuk menjadi kakak beradik yang bersaudara, butuh sedikit pertumpahan darah, keringat, dan air mata, secara harfiah.
Kejadian ini adalah salah satunya.
.
Suatu hari, dikala "penggaris yang kalau dipukul ke tangan bakal melingkar" lagi tren.
Kalau lu kenal, hai, mungkin kita pernah tumbuh di masa yang sama.
Kalau lu nggak kenal, semoga lu bisa menikmati cerita ini.
Gua punya 1, kakak gua punya 1. Ini adalah perkembangan di kehidupan kita karena biasanya mainan kita itu 1 untuk berdua.
Lagi hari sekolah, kalau nggak salah. Sore hari, gua dan kakak gua lagi main di rumah aja. Kita berdua adalah penikmat PlayStation.
Sebagai anak yang pendiam, dan bisa jadi licik dari waktu ke waktu, gua merencanakan sesuatu yang bisa merubah tatanan kehidupan persaudaraan gua.
"Apa jadinya kalau kakak gua lagi lari, terus dia injak penggaris ini? Mungkin nggak sih dia jatuh? Mungkinkah dia tetap berlari?"
Otak gua pun mengambil alih walaupun hati gua sudah berkata, "Jangan! Itu kakakmu!"
.
Gua taruh penggaris punya gua di lantai, antara ruang tamu ke ruang belakang rumah gua.
Kalau lu bingung kenapa ruang tamu (yang biasanya ada di depan rumah) dan ruang belakang rumah gua cuma dipisahin sama 1 pintu, itulah kerennya rumah gua.
Setelah gua taruh penggaris itu, gua panggil kakak gua untuk memulai eksperimen.
Yang gua maksud dengan "panggil" adalah "memaksa dia untuk berpartisipasi dalam eksperimen ini tanpa ada penjelasan sebelumnya".
Yang gua maksud dengan "panggil" adalah "bikin dia kesel supaya dia ngejar gua".
2 putaran mengelilingi rumah, kakak gua belum juga menginjak penggaris itu. Jujur, gua sendiri mulai bingung, terutama karena kakak gua makin deket dan nyaris menangkap gua, tapi belum sadar kalau ada penggaris itu di lantai.
Putaran ketiga, BOOM!
Dia injak penggaris itu dan dia jatuh ke lantai.
Dengan "jatuh", maksud gua adalah dia sangat kaget karena kakinya tiba-tiba disentuh oleh benda misterius yang bisa melilit sampai-sampai dia kehilangan keseimbangan dan jatuh dengan pose tubuh yang cuma bisa gua jelaskan dengan "pose jatuh yang bikin gua diam tanpa kata di tempat".
.
Ketika gua masih terkagum-kagum dengan eksperimen yang berhasil dengan hasil yang memuaskan ini, kakak gua udah bangun dan siap masuk ke mode gulat.
Kita bergulat, saling memukul, dan sisanya adalah sejarah persaudaraan masa kecil kita yang indah dan sekali lagi, penuh keringat, darah, dan air mata.
.
Gitu deh.
Dan sekarang kita udah dapet duit dengan cara kita sendiri.
Nostalgia~
Yoho!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar