Kamis, 27 November 2014

It Is Raining

YOYOYOYOYOYOYOYOY !!!
Wazzup, dude ?
You cool ?
I'm cool, man. So you must, too.
.
Kali ini, disaat hujan turun, gua bakal menceritakan sedikit pengalaman gua dikala hujan.
.
Pernah satu kali, terjadi sebuah peristiwa dramatis, bergenre thriller, tak akan terlupakan, dengan peran utama : gua.
Suatu kali, pas gua SD kelas 5 (kalau nggak salah), gua diajak ibu gua beli tanaman hias. Berhubung gua lagi nggak ada kerjaan, gua setuju ikut.
Berhubung udah sore, dan ibu gua merupakan aktivis "Jalan Sore Hari", ya kita berdua jalan ke sebuah toko tanaman hias yang jaraknya (kira-kira) 7 km.
Akhirnya tanaman terbeli, dan saatnya pulang. Disitulah saat dimana gua dan ibu gua sadar bahwa langit sudah berwarna abu-abu gelap, tanda hujan akan segera turun.
Gua pun memaksa ibu gua untuk naik becak saja (karena males jalan sebenernya) dengan alasan akan hujan. Ibu gua setuju. Kita naik becak deh (yeah).
.
Di tengah perjalanan, baru sekitar 2 km, hujan langsung turun dengan sangat deras. Berangin pula.
Hujan + angin = suara yang mengintimidasi.
Si abang becak langsung pasang tudung becak dan lanjut jalan.
Baru sebentar, tiba-tiba becak berhenti. Berhenti. Berhenti. Berhenti...
INI KELAMAAN ! pikir gua. Sekarang lagi hujan angin, tapi becak berhenti di tengah perjalanan ! Mana abang becaknya ??? Pikir gua dengan panik.
Ibu gua pun memberanikan diri keluar becak, meninggalkan gua sendirian di dalam becak bertudung plastik dengan suara hujan angin yang menusuk ke pusat saraf gua. Gua takut men. Seram kali bah!
Tiba-tiba ibu gua ngajak gua keluar. Gua bawa tanaman yang baru dibeli. Gua disuruh jalan ke seberang untuk nunggu angkot. Ibu gua pun nyusul. Angkot segera lewat dan kita naik. Gua udah kebasahan dan takut, jadi pikiran gua cuma : yang penting pulang dulu.
.
Setelah sampai di rumah, gua pun mendengar "cerita yang hilang", yaitu saat gua nyebrang jalan tanpa ibu gua.
Ternyata si tukang becak kam**et itu masih minta bayaran. Agak si**an menurut gua karena kita belum sampe tujuan ! DAN LU YANG DENGAN SENGAJA MENINGGALKAN GUA DAN IBU GUA DI BECAK DI TENGAH HUJAN, KAM**ET !!!
Sejak saat itu, gua punya ketakutan tersendiri terhadap naik becak di tengah hujan. Takut kekecewaan dan ketakutan itu bakal terulang. Takut gua bakal super emosional kalau menghadapi masalah kayak gitu lagi. Ngeri men.
Semoga nggak pernah kayak gitu lagi.
.
.
.
PS
Berhubung cerita ini mengandung unsur "meninggalkan", gua jadi pengen cerita lagi tentang sebuah kisah dengan tokoh utama gua, dan tokoh pembantu "seseorang".
.
Kisah ini dimulai dengan sebuah acara khusus, non-rutin, dimana gua dan "dia" hadir. Bukan secara spesial dateng berdua, secara terpisah aja. Saat itu, gua lagi suka sama si "dia". Ya lu tau lah gaya gua (bagi yang tau), pasif-relakan-apa-adanya gitu dah.
Acara pun selesai (cepet kali bah!), dan kita, serombongan peserta acara, pulang bareng.
Karena rumahnya pada berlainan semua, kita semua setuju untuk berhenti di 1 titik temu yang kita kenali bersama, baru berpencar dari sana.
Saat turun dari kendaraan, gua dapet giliran terakhir.
Begitu gua turun, eh gua liat "dia" diem di pinggir jalan aja, padahal mayoritas dari rombongan pada pindah ke seberang jalan.
Gua tanya dong, "[Nama panggilan dia], nggak ikut nyebrang ?"
Dia jawab, "Nggak, To. Aku udah janjian sama bapakku."
Gua balas, "Oh okedeh (kan katanya dia udah dijemput sama bapaknya, jadi menurut gua bakal aman dan selamat). Gua kesana ya."
Dan gua pun meninggalkan dia di seberang.
Sendirian.
Gua lebih konsentrasi nunggu bapak gua dateng, tapi sesekali gua perhatiin, kok bapaknya belum sampe juga. Gua tau sih, kalau jarak rumahnya ke titik temu lebih jauh dari rumah gua ke titik temu tersebut. Temen gua aja sampe komentar, "To, kok dia sendirian disana ?" dan gua jawab, "katanya udah mau dijemput". Temen gua itu pun dijemput orangtuanya lebih dulu.
Beberapa saat kemudian, bapak gua dateng. Gua naik ke mobil. Untuk mempersingkat perjalanan, bapak gua putar balik mobil di sebuah putaran yang agak menjauh dari titik temu.
Dan pas gua lewat titik turun gua, gua liat "dia" masih disitu bareng seorang cewek, temen gua juga, yang baru aja nyebrang.
"Dia" masih disitu men. Dari tadi, sendirian men. Bapak gua pun nanya, "Itu temenmu dek ? Kok sendirian aja ?" dan gua jawab, "Lagi nunggu jemputan, katanya udah mau dijemput bapaknya". Bapak gua nanya lagi, "Nggak diajak bareng aja? Kayaknya kasian sendirian." dan gua jawab lagi, "Rumahnya lumayan jauh dan arahnya ke [spot khusus yang menandakan seberapa jauhnya]". Bapak gua pun akhirnya ya tetep jalan.
.
Gua baru nyadar men. Orang yang terakhir bareng dia sebelum temen gua nyebrang adalah gua. Dan gua tinggalin dia men. ASTAGADRAGON! Parah banget coy.
Lebih parahnya lagi adalah gua denger dari temen gua (di kemudian hari), kalau ternyata "dia" nggak langsung dijemput ditempat, tapi naik angkot dulu sendirian men. Gua sempet denger salah satu temen deketnya ngomong, "Eh kemaren si [nama panggilan "dia"] nunggu sendirian ya? Terus dia naik angkot dulu lagi, nggak langsung dijemput."
.
Gawat men. Gua merasa bersalah. Ditambah lagi, di hari itu, dia terkesan kurang prima.
Untuk 1 hari itu, gua nggak berani untuk memulai obrolan sama dia. Malu banget. Emosional coy.
.
.
.
Semoga hal itu nggak bakal terulang lagi.
Gua bakal berusaha semaksimal mungkin untuk nemenin dia. Nungguin sampe dia aman.
Gua harus berusaha.
.
.
.
Sekian dulu ya.
Kuliah pagi coy.
SELAMAT PAGI BUTA SEMUA !!!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar