Kamis, 25 Desember 2014

The Essence of Christmas

Postingan kali ini adalah tulisan gua dalam memenuhi tugas matakuliah agama Kristen Protestan, jadi bagi yang sensitif terhadap urusan agama, merasa ini kristenisasi terselubung, takut iman kalian teracuni konten tulisan ini, dengan segala hormat saya persilakan untuk tidak lanjut membaca postingan ini. Terimakasih.
.
.
.
.
.
Masih berniat membaca ?
Saya jelaskan sedikit mengenai tulisan saya ini, yang menurut saya cocok dibagikan dalam momen perayaan Natal kali ini.
Hari ini adalah hari Natal; hari yang kita sepakati sebagai hari lahir dari Sang Juruselamat, Yesus Kristus. Hari ini begitu spesial. Kita menyiapkan berbagai hal untuk merayakan kelahiranNya. Tapi apakah yang terpenting ? Pestanya ? Perbaikan diri ? Tulisan saya ini berisi pembahasan mengenai hal tersebut, ditambah beberapa pendapat pribadi saya. Jika mungkin ada yang merasa tersinggung dengan kontennya, silakan menghubungi saya terlebih dahulu sebelum mengamuk di internet / dunia nyata. Sekali lagi terimakasih. Selamat membaca. :D
.
.
.
.
.


MAKNA NATAL

I. Pendahuluan
            Natal adalah suatu hari dimana kita merayakan kelahiran Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus, karena atas kelahiranNyalah karya Allah atas manusia menjadi tergenapi dan manusia sebagai umatNya menjadi selamat dari kuasa maut. Karena karya keselamatan yang dinyatakan oleh Tuhan Yesuslah, kita kembali mampu menjadi anak-anak Allah yang sesungguhnya dan bisa menjadi warga kerajaanNya di sorga.
            Dalam kebudayaan yang kita ikuti, hari raya Natal jatuh pada tanggal 25 Desember tiap tahunnya. Bentuk perayaan yang kita lakukan di gereja antara lain adalah ibadah malam pada 24 Desember, doa tengah malam menyambut tanggal 25 Desember, dan ibadah pagi tanggal 25 Desember. Selanjutnya di rumah, perayaan lain juga dilakukan. Kita sebagai umat Kristen biasanya menyiapkan sebuah pohon Natal (Pohon Terang); pohon cemara, asli atau palsu, dengan berbagai hiasan dan pernak-pernik tergantung di dahan-dahannya dan kado-kado tersusun rapi dibawah rimbunan daunnya. Suasananya akan sangat hangat dan meriah, penuh dengan sukacita dan kasih. Pertanyaan yang muncul adalah apakah itulah perayaan Natal yang sesungguhnya ? Dengan segala perayaan dan pesta ? Atau cukup dengan sebuah ibadah saja ? Apa sebenarnya esensi dari Natal ?
II. Pembahasan
            Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita meninjau sejarah perayaan Natal. Kisah kelahiran Yesus tercatat dalam Alkitab yaitu pada Perjanjian Baru, tepatnya di Lukas 2:1-21. Pada bagian tersebut, dijelaskan bagaimana kelahiran Yesus, yaitu di sebuah palungan di Betlehem Efrata, kampung halaman Daud, nenek moyang Yusuf, sebagai bentuk penggenapan nubuat nabi Mikha (Mikha 5:1-2). Injil Matius mencatat kedatangan orang-orang majus dari timur, menghadap Raja Herodes karena mereka telah melihat sebuah bintang -Bintang Betlehem atau Bintang Natal- tanda kelahiran seorang raja. Mereka akhirnya berhasil menemui Maria, Yusuf, dan sang Anak, Yesus. Ketika bermalam, mereka mendapat mimpi berupa peringatan bahwa Herodes akan membunuh bayi Yesus sehingga dalam perjalanan pulangnya, mereka tidak melapor kembali ke Herodes. Kemudian diceritakan pula bahwa keluarga Yesus kabur ke Mesir karena Herodes memerintahkan pembunuhan semua anak dibawah 2 tahun demi menghilangkan “Sang Raja” baru yang telah lahir. Setelah kematian Herodes, Yesus dan keluarga kembali dari Mesir namun untuk menghindari raja baru, anak dari Herodes, mereka pergi ke Galilea dan tinggal di Nazaret. Dari situlah, karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus dimulai.
            Selanjutnya mari kita bahas mengenai asal mula peringatan Natal. Perayaan Natal, perayaan kelahiran Yesus Kristus, tidak pernah menjadi satu perintah Kristus untuk dilakukan. Dalam Alkitab Perjanjian Baru tidak pernah disebutkan adanya perayaan kelahiran Yesus Kristus dilakukan oleh gereja mula-mula. Jika dilihat dari segi budaya masyarakat Kristen Israel, perhatian lebih ditujukan kepada hari kematian seseorang dibanding hari kelahirannya, dimana hari kematianlah yang dirayakan sebagai hari ulang tahun; kebangkitan Yesus lebih diperhatikan dibandingkan kelahiran Yesus. Menurut catatan sejarah, perayaan Natal sendiri baru dimulai sekitar tahun 200 M di Aleksandria (Mesir), dan perayaan tanggal 25 Desember baru dimulai tahun 221, diprakarsai oleh Sextus Julius Africanus, dan baru diterima secara global pada abad ke-5. Dewasa ini, umum diterima bahwa pemilihan tanggal 25 Desember adalah karena tanggal tersebut mencerminkan penerimaan ajaran Kristen ke dalam gereja tradisi perayaan non-Kristen terhadap dewa matahari : Sang Surya Tak Terkalahkan, dengan menegaskan bahwa Yesus Kristuslah Sang Surya Agung itu sesuai berita dalam Alkitab (lihat Maleakhi 4:2 dan Lukas 1:78). Referensi lain menyatakan bahwa pemilihan tanggal 25 Desember adalah sesuai penafsiran Kitab Hagai mengenai tanggal datangnya Yesus ke dalam rahim Maria, seperti tertulis dalam Hagai 2:19-20 : “Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya – mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima, dan pohon zaitun belum berbuah ? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat!”. Pada ayat-ayat tersebut tertulis “pada hari kedua puluh empat bulan kesembilan” : tanggal 24 bulan ke-9 (Bulan Kislev) dalam kalender Yahudi jatuh sekitar tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian (Masehi).
            Sampai saat ini, kapan hari Natal –hari lahirnya Yesus Kristus- yang sebenarnya maish diperdebatkan. Kita tetap merayakannya pada tanggal 25 Desember adalah karena sesuai dengan penetapan hari raya liturgis lain seperti Paskah dan Jumat Agung yang tidak didapat dengan pendekatan tanggal pasti namun hanya berupa penyelenggaraan kembali hari raya tersebut dalam 1 tahun liturgi, yang bukan mementingkan ketepatan tanggalnya melainkan esensi atau inti dari setiap hari raya tersebut untuk dapat diwujudkan dari hari ke hari dalam segala aktivitas kita.
            Kembali ke permasalahan sebelumnya : apakah Natal harus dirayakan dengan segala perayaan yang biasa dilakukan ? Sesungguhnya adalah tidak. Memang diantara nilai-nilai yang terkandung dalam Natal terdapat nilai kebahagiaan, sukacita, kegembiraan atas kelahiran Yesus Kristus sehingga karya keselamatan Allah menjadi nyata dalam kehidupan manusia sehingga kita membentuk suatu acara pesta sebagai perayaannya. Namun kecenderungan manusia sebagai makhluk yang berdosa adalah menyalahgunakan perayaan tersebut. Kita cenderung lebih mementingkan kemewahan dalam perayaan Natal. Kita membeli segala pernak-pernik Natal; pohon Natal, lampu warna-warni, hiasan dinding, pakaian baru untuk ke gereja dan lain-lain dalam rangka menunjukkan bahwa kita adalah orang yang berkecukupan, bahkan berkelebihan, kepada masyarakat disekitar kita. Jika benar hal ini yang terjadi, maka sesungguhnya adalah sangat ironis karena Alkitab sendiri telah mencatat bahwa Yesus Kristus, Sang Raja, Sang Juruselamat, justru lahir di keadaan yang sederhana bahkan bisa dikatakan tidak layak. Seorang bayi tidak selayaknya ditempatkan di sebuah palungan (tempat makan untuk ternak). Penggambaran bayi Yesus di palungan adalah sebuah penggambaran mengenai kesederhanaan dalam Natal. Esensi natal, yaitu perubahan menjadi lebih baik, menjadi terang dunia, menjadi anak-anak Allah yang lebih sempurna dalam mengubah dunia ke arah yang benar, seperti Yesus Kristus Sang Juruselamat yang telah lahir bagi kita, itulah yang kita tunjukkan dan wariskan untuk generasi selanjutnya.
III. Penutup
            Untuk itu, marilah kita semua, umat Kristen di segala tempat melakukan perayaan Natal, dengan segala ornamennya, dengan mementingkan esensinya, sehingga perayaan natal adalah baik untuk dilakukan karena melalui perayaan tersebut kita dapat menarik perhatian sekaligus sebagai pendidikan pertama untuk anak-anak kita, para generasi penerus, dan tentunya menghayati dalam hati masing-masing dari kita bahwa sukacita atas kelahiran Yesus Kristus akan selalu kita syukuri dari hari ke hari, tahun ke tahun, generasi ke generasi, sehingga iman dan pengharapan kepada Allah dapat terus hidup, tumbuh, dan berkembang di dalam dunia. Seperti tertulis dalam Lukas 2:10-11 : “Lalu kata malaikat itu kepada mereka : “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa : Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Haleluya. Amin.



Daftar Pustaka
“Natal”.  Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. 24 Juli 2014. Wikipedia Foundation.
            28 November 2014. <http://id.wikipedia.org/wiki/Natal>.

           

Tidak ada komentar :

Posting Komentar