.
.
.
.
.
Masih berniat membaca ?
Saya jelaskan sedikit mengenai tulisan saya ini, yang menurut saya cocok dibagikan dalam momen perayaan Natal kali ini.
Hari ini adalah hari Natal; hari yang kita sepakati sebagai hari lahir dari Sang Juruselamat, Yesus Kristus. Hari ini begitu spesial. Kita menyiapkan berbagai hal untuk merayakan kelahiranNya. Tapi apakah yang terpenting ? Pestanya ? Perbaikan diri ? Tulisan saya ini berisi pembahasan mengenai hal tersebut, ditambah beberapa pendapat pribadi saya. Jika mungkin ada yang merasa tersinggung dengan kontennya, silakan menghubungi saya terlebih dahulu sebelum mengamuk di internet / dunia nyata. Sekali lagi terimakasih. Selamat membaca. :D
.
.
.
.
.
MAKNA NATAL
I. Pendahuluan
Natal adalah suatu hari dimana
kita merayakan kelahiran Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus, karena atas
kelahiranNyalah karya Allah atas manusia menjadi tergenapi dan manusia sebagai
umatNya menjadi selamat dari kuasa maut. Karena karya keselamatan yang
dinyatakan oleh Tuhan Yesuslah, kita kembali mampu menjadi anak-anak Allah yang
sesungguhnya dan bisa menjadi warga kerajaanNya di sorga.
Dalam kebudayaan yang kita ikuti,
hari raya Natal jatuh pada tanggal 25 Desember tiap tahunnya. Bentuk perayaan
yang kita lakukan di gereja antara lain adalah ibadah malam pada 24 Desember,
doa tengah malam menyambut tanggal 25 Desember, dan ibadah pagi tanggal 25
Desember. Selanjutnya di rumah, perayaan lain juga dilakukan. Kita sebagai umat
Kristen biasanya menyiapkan sebuah pohon Natal (Pohon Terang); pohon cemara,
asli atau palsu, dengan berbagai hiasan dan pernak-pernik tergantung di
dahan-dahannya dan kado-kado tersusun rapi dibawah rimbunan daunnya. Suasananya
akan sangat hangat dan meriah, penuh dengan sukacita dan kasih. Pertanyaan yang
muncul adalah apakah itulah perayaan Natal yang sesungguhnya ? Dengan segala
perayaan dan pesta ? Atau cukup dengan sebuah ibadah saja ? Apa sebenarnya
esensi dari Natal ?
II. Pembahasan
Sebelum menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita meninjau sejarah perayaan Natal.
Kisah kelahiran Yesus tercatat dalam Alkitab yaitu pada Perjanjian Baru,
tepatnya di Lukas 2:1-21. Pada bagian tersebut, dijelaskan bagaimana kelahiran
Yesus, yaitu di sebuah palungan di Betlehem Efrata, kampung halaman Daud, nenek
moyang Yusuf, sebagai bentuk penggenapan nubuat nabi Mikha (Mikha 5:1-2). Injil
Matius mencatat kedatangan orang-orang majus dari timur, menghadap Raja Herodes
karena mereka telah melihat sebuah bintang -Bintang Betlehem atau Bintang
Natal- tanda kelahiran seorang raja. Mereka akhirnya berhasil menemui Maria,
Yusuf, dan sang Anak, Yesus. Ketika bermalam, mereka mendapat mimpi berupa
peringatan bahwa Herodes akan membunuh bayi Yesus sehingga dalam perjalanan
pulangnya, mereka tidak melapor kembali ke Herodes. Kemudian diceritakan pula
bahwa keluarga Yesus kabur ke Mesir karena Herodes memerintahkan pembunuhan
semua anak dibawah 2 tahun demi menghilangkan “Sang Raja” baru yang telah
lahir. Setelah kematian Herodes, Yesus dan keluarga kembali dari Mesir namun
untuk menghindari raja baru, anak dari Herodes, mereka pergi ke Galilea dan
tinggal di Nazaret. Dari situlah, karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus
dimulai.
Selanjutnya mari kita bahas mengenai
asal mula peringatan Natal. Perayaan Natal, perayaan kelahiran Yesus Kristus,
tidak pernah menjadi satu perintah Kristus untuk dilakukan. Dalam Alkitab
Perjanjian Baru tidak pernah disebutkan adanya perayaan kelahiran Yesus Kristus
dilakukan oleh gereja mula-mula. Jika dilihat dari segi budaya masyarakat
Kristen Israel, perhatian lebih ditujukan kepada hari kematian seseorang
dibanding hari kelahirannya, dimana hari kematianlah yang dirayakan sebagai
hari ulang tahun; kebangkitan Yesus lebih diperhatikan dibandingkan kelahiran
Yesus. Menurut catatan sejarah, perayaan Natal sendiri baru dimulai sekitar
tahun 200 M di Aleksandria (Mesir), dan perayaan tanggal 25 Desember baru
dimulai tahun 221, diprakarsai oleh Sextus Julius Africanus, dan baru diterima
secara global pada abad ke-5. Dewasa ini, umum diterima bahwa pemilihan tanggal
25 Desember adalah karena tanggal tersebut mencerminkan penerimaan ajaran
Kristen ke dalam gereja tradisi perayaan non-Kristen terhadap dewa matahari :
Sang Surya Tak Terkalahkan, dengan menegaskan bahwa Yesus Kristuslah Sang Surya
Agung itu sesuai berita dalam Alkitab (lihat Maleakhi 4:2 dan Lukas 1:78).
Referensi lain menyatakan bahwa pemilihan tanggal 25 Desember adalah sesuai
penafsiran Kitab Hagai mengenai tanggal datangnya Yesus ke dalam rahim Maria,
seperti tertulis dalam Hagai 2:19-20 : “Perhatikanlah
mulai dari hari ini dan selanjutnya – mulai dari hari yang kedua puluh empat
bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah
apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan
pohon ara, pohon delima, dan pohon zaitun belum berbuah ? Mulai dari hari ini
Aku akan memberi berkat!”. Pada ayat-ayat tersebut tertulis “pada hari kedua
puluh empat bulan kesembilan” : tanggal 24 bulan ke-9 (Bulan Kislev) dalam
kalender Yahudi jatuh sekitar tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian
(Masehi).
Sampai saat ini, kapan hari Natal
–hari lahirnya Yesus Kristus- yang sebenarnya maish diperdebatkan. Kita tetap
merayakannya pada tanggal 25 Desember adalah karena sesuai dengan penetapan
hari raya liturgis lain seperti Paskah dan Jumat Agung yang tidak didapat
dengan pendekatan tanggal pasti namun hanya berupa penyelenggaraan kembali hari
raya tersebut dalam 1 tahun liturgi, yang bukan mementingkan ketepatan
tanggalnya melainkan esensi atau inti dari setiap hari raya tersebut untuk
dapat diwujudkan dari hari ke hari dalam segala aktivitas kita.
Kembali ke permasalahan sebelumnya :
apakah Natal harus dirayakan dengan segala perayaan yang biasa dilakukan ?
Sesungguhnya adalah tidak. Memang diantara nilai-nilai yang terkandung dalam
Natal terdapat nilai kebahagiaan, sukacita, kegembiraan atas kelahiran Yesus
Kristus sehingga karya keselamatan Allah menjadi nyata dalam kehidupan manusia
sehingga kita membentuk suatu acara pesta sebagai perayaannya. Namun
kecenderungan manusia sebagai makhluk yang berdosa adalah menyalahgunakan
perayaan tersebut. Kita cenderung lebih mementingkan kemewahan dalam perayaan
Natal. Kita membeli segala pernak-pernik Natal; pohon Natal, lampu warna-warni,
hiasan dinding, pakaian baru untuk ke gereja dan lain-lain dalam rangka
menunjukkan bahwa kita adalah orang yang berkecukupan, bahkan berkelebihan,
kepada masyarakat disekitar kita. Jika benar hal ini yang terjadi, maka
sesungguhnya adalah sangat ironis karena Alkitab sendiri telah mencatat bahwa
Yesus Kristus, Sang Raja, Sang Juruselamat, justru lahir di keadaan yang
sederhana bahkan bisa dikatakan tidak layak. Seorang bayi tidak selayaknya
ditempatkan di sebuah palungan (tempat makan untuk ternak). Penggambaran bayi
Yesus di palungan adalah sebuah penggambaran mengenai kesederhanaan dalam
Natal. Esensi natal, yaitu perubahan menjadi lebih baik, menjadi terang dunia,
menjadi anak-anak Allah yang lebih sempurna dalam mengubah dunia ke arah yang
benar, seperti Yesus Kristus Sang Juruselamat yang telah lahir bagi kita,
itulah yang kita tunjukkan dan wariskan untuk generasi selanjutnya.
III. Penutup
Untuk itu, marilah kita semua, umat
Kristen di segala tempat melakukan perayaan Natal, dengan segala ornamennya,
dengan mementingkan esensinya, sehingga perayaan natal adalah baik untuk
dilakukan karena melalui perayaan tersebut kita dapat menarik perhatian
sekaligus sebagai pendidikan pertama untuk anak-anak kita, para generasi
penerus, dan tentunya menghayati dalam hati masing-masing dari kita bahwa
sukacita atas kelahiran Yesus Kristus akan selalu kita syukuri dari hari ke
hari, tahun ke tahun, generasi ke generasi, sehingga iman dan pengharapan kepada
Allah dapat terus hidup, tumbuh, dan berkembang di dalam dunia. Seperti
tertulis dalam Lukas 2:10-11 : “Lalu kata
malaikat itu kepada mereka : “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan
kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa : Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Haleluya. Amin.
“Natal”. Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. 24 Juli
2014. Wikipedia Foundation.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar