Minggu, 28 Desember 2014

A Little Bit of Salt In The Wound

YOYOYOYOYOYOYOYOYOY !!!
Selamat pagi (tengah malam) semua !
Bagaimana ? Siap menyambut tahun baru ?
Wunderbar!
.
.
Kali ini gua mau membahas tentang "sedikit" anomali, gangguan, ketidaksesuaian, pengalih perhatian yang cukup berarti dalam kehidupan akademik dan sosial gua.
.
Jadi, akhir-akhir ini gua meningkatkan porsi berpikir tentang masa depan (biasanya minim banget), yang mana menyangkut gua bakal ngapain setelah kuliah, apakah gua bakal bisa kuliah di luar negeri, berapa gaji gua (kejauhan loncatnya bos) (berisik coy), dan kira-kira berapa lama gua bisa bikin perusahaan sendiri (et dah kejauhan bos) (santai mas).
Yang paling mengganggu gua adalah mengenai pasangan hidup gua (kan nggak disebutin diatas, bos) (suka-suka, ini mah postingan gue).
Seperti yang lu (mungkin) tau (melalui postingan-postingan sebelumnya), gua ada hati (ajegile) sama "seseorang", wanita pastinya, yang sering gua sebut dengan "dia" atau "si dia".
Beberapa waktu (bulan, tepatnya) terakhir ini, gua udah nggak ada kontak apapun sama "dia". Bisa gua maklumi, mungkin karena kesibukannya, atau ya (kemungkinan terbesar) namanya hubungan yang tos-tosan (high five, chief) alias bertepuk sebelah tangan (Aaawww) (shut up!). Tapi ya, menurut gua, setidaknya, seharusnya "dia" membalas kontak dari gua. Sebagai sesama makhluk sosial aja, minimal. Karena nyatanya, temen-temen gua, yang cowok, yang menurut gua juga sibuk, mungkin sama sibuknya dengan "dia", membalas kontak gua. Tidak selalu tepat waktu, tidak selalu dibalas, tapi kemungkinannya lebih besar. Cukup mengganggu.
.
1 tahun (2 semester) pertama gua kuliah, pikiran gua masih sangat terfokus pada "dia", bahkan cewek yang dianggap menarik oleh temen-temen sekampus gua pun jadi tidak semenarik "dia" di mata gua. Unik, gua rasa. Walaupun gua sadar bahwa gua memiliki kecenderungan susah move-on, tapi 1 tahun itu waktu yang sangat lama. Gua sadar pertama kali suka sama cewek adalah saat SMP, kelas 2. Dan di tahun ke-3, gua bisa melupakannya, tanpa sadar, hilang begitu saja. Tapi kali ini, tanpa sadar, 1 tahun tetep nggak bisa lupa. Fakta ini membawa gua kepada 1 pencarian, dimana gua menemukan beberapa teori (belum terbukti, buat gua) yang menyatakan bahwa jika seseorang memikirkan seseorang yang lain secara terus menerus, tanpa sadar, maka sesungguhnya seseorang yang lain itu juga sedang memikirkannya. Timbal balik. Feedback. Tidak secara fisik, tapi spiritual. Emosional. Dan menurut gua, sangat manis, karena ada kemungkinan, sekecil apapun, itulah yang terjadi pada diri gua (Aaawwww).
.
Memasuki semester 3 (saat ini sudah di akhir), gregetnya hilang. Gua tidak se-intens sebelumnya dalam hal memikirkan "dia". Gua tidak se-galau sebelumnya. Entah pastinya kenapa. Tapi menurut gua ada 2 kemungkinan, yang terkecil yaitu 'koneksi' antara gua dan "dia" sudah habis, termakan jaman, dan yang terbesar, gua merasa ada semacam "jaminan" atau "kepastian" akan hubungan gua dengan "dia" sehingga gua merasa ada keamanan tersendiri. Beberapa hal saat liburan lah yang mempengaruhi analisa gua tersebut. Acara-acara eventual dan nostalgis, yang paling besar pengaruhnya.
Badan gua belum bosan memikirkan "dia", tapi otak gua sudah "mengamini" apapun yang akan terjadi. Usaha berbenturan dengan kepasrahan. Ketidakpastian. Ambiguitas keputusan. Perencanaan yang diingkari dalam eksekusinya.
Dan itu rasanya nggak enak. Galau, nggak. Bingung, nggak. Sedih, nggak. Ragu-ragu, sangat. Ini adalah saat dimana dunia tidak hitam-putih, tidak 0-1, tidak benar-salah, tapi "mungkin", "kayaknya", "abu-abu", "naik-turun". Gua bingung harus bersikap apa saat ini.
.
Saat ini yang bisa gua lakukan adalah bersikap netral mengenai hal ini.
Gua harus mengutamakan keberhasilan akademik semester ini. Gua masih ada EAS terakhir dan pengumpulan laporan resmi praktikum terakhir (semester ini). Gua masih harus mempersiapkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang sudah dijadwalkan di depan mata. Yang sudah terekam di otak gua. Yang hitam-putih, dengan konsekuensi jelas dan nyata.
Dunia abu-abu yang mengganggu ini ? Untuk baiknya (buat gua) saat ini ya ditinggal dulu, lanjut lagi pas liburan.
Harapan gua, di liburan nanti, ada kesempatan, sekecil apapun, gua bisa interaksi sama "dia". Minimal demi memenuhi hakikat zoon politicon. Endingnya sih ribet, mesti kompromi antar 2 pihak, tapi prosesnya, ya itulah yang bisa gua nikmati saat ini.
.
.
.
Sekian dulu buat kali ini, ditengah kengawuran jam aktif badan gua ini.
Selamat tidur, bagi yang belum tidur.
Selamat beraktivitas, bagi yang baru bangun.
SELAMAT PAGI SEMUA !!!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar