Rabu, 07 Januari 2015

Side Story : Seputar Aviasi Indonesia

YOYOYOYOYOYOYOYO !!!
Piye kabare rek ?
Wes lama gak bikin postingan.
Agak kaku nih.
Semoga tetep asik dah.
.
.
.
Kali ini gua mau bahas tentang sekelebat hal yang gua ketahui dari seorang narasumber terpercaya. Mungkin bakal ada konten yang subjektif, jadi ya silakan dinikmati aja :-D.
.
Indonesia memiliki daratan yang terpencar-pencar dalam bentuk pulau-pulau, yang kalo digabung, bakal lumayan gede. Tapi ya kenyataannya, kita punya banyak pulau, artinya banyak garis pantai, dan pulau-pulaunya terpencar, yang artinya kita punya banyak laut. Tapi apa cuma laut aja ? Kita juga punya banyak ruang udara.
Ruang udara ? Emang udara ada kepemilikan tertentu ?
.
Yang gua tau sih gitu. Setiap negara merdeka di bumi ini memiliki kekuasaan atas ruang udara yang ada di dalam batas-batas wilayahnya. Dari batas di darat, ditarik tegak lurus ke angkasa. Disitulah, pada saat ini, pesawat-pesawat lewat di "lajur udara" yang sudah disepakati bersama secara internasional.
Contohnya, yang gua tau kalau di BSH alias SHIA alias Bandara Soetta, ada lajur utara yang lewatnya ke Tanjung Priok. Kira-kira gitu.
.
Selain itu, di ruang udara ini, makin tinggi lagi adalah tempat tinggalnya satelit. Palapa, misalnya.
Namun bukan tidak mungkin ada satelit mata-mata diantaranya. Sempet heboh kan tuh, pas dikira ada satelit mata-mata dari Amerika yang mengawasi Indonesia. Tapi bukan itu yang bakal gua bahas.
.
Gua akan menyoroti kualitas penerbangan di Indonesia.
Kita punya 3 bandara tersibuk yaitu Soetta, Juanda, dan Ngurah Rai. Nasional dan internasional.
Ada nama-nama lain, misalnya Kuala Namu, Adi Sucipto, Adi Sumarmo. Banyak banget bandara yang ada di Indonesia.
Tapi apakah semuanya terurus dengan benar ? Apakah perawatannya baik dan kontinu ?
Sumber gua menyatakan bahwa ada yang tidak, kebanyakan bandara yang tidak dibawah naungan BUMN. Ada yang kalibrasi (cek akurasi alat) kalau ada alokasi dana aja. Ada yang petugasnya udah kadaluarsa sertifikasinya. Ada yang lingkungan bandara bergabung sama desa. Kacau.
Ini sangat menyedihkan bro.
Seolah-olah, inilah yang menyebabkan kita bakal senantiasa jadi negara berkembang. Masih dalam fase perkembangan. Belum matang, salah satunya di bidang penerbangan ini.
.
Ada lagi masalah lain, yaitu tergabungnya bandara komersil dengan militer. Ada, nggak semua.
Kan bahaya. Gimana jadinya kalau tiba-tiba ada darurat militer, tapi komersil lagi jam padat ? Kan susah itu pesawat tempur mau terbang. Gantian bro. Dan menurut gua, kesannya bakal nggak enak untuk para turis, ngeliat diseberang ruang tunggu di bandara ngeliat pesawat tempur lagi diberesin.
.
Nah, ada yang bukan masalah dari penyedia layanan tapi dari pengguna.
Penumpang pesawat Indonesia banyak yang alay.
Susah banget kayaknya untuk beberapa orang buat matiin hp saat di dalam pesawat, baik sebelum take-off maupun setelah landing.
Masalah lain, banyak juga yang belum ngerti mengenai turbulensi. Turbulensi itu peristiwa dimana angin berputar keatas (maap kalau salah, gua belum cek wikipedia). Turbulensi itu penyebab, akibatnya pesawat goyang. Masih ada yang menganggap bahwa turbulensi itulah saat pesawat goyang. Gua bilangin, jangan alay. Tolong.
Ada lagi, saat dimana karena kurangnya pengetahuan, konsumen ribut menyalahkan bandara saat pesawat telat dateng / berangkat (ngetopnya dibilang "delay"). Menurut gua, yang harusnya jadi bulan-bulanan pertanyaan dan omelan konsumen adalah maskapai, bukan bandara. Bandara nyediain tempat, maskapai sewa tempat dan jalanin pesawat disitu. Analoginya kayak kantin sama penjual makanan di kantin. Kalau belum ada makanan / bermasalah sama makanan, yang harusnya diprotes kan penjual makanan, bukan yang bikin kantin. Gitu lho. Kalau protes harus tepat, jangan asal cuap-cuap.
.
Kekurangan bakal selalu ada. Susah banget bikin efisiensi yang 100%. Semua serba relatif, susah bikin yang absolut dengan usaha yang kecil.
Begitu pula dengan penerbangan Indonesia dewasa ini, belum optimal.
Padahal, menurut gua, kita punya potensi besar di penerbangan (dibawah kelautan sih, buat gua).
Dengan penerbangan, transportasi dan distribusi bisa cepat dan murah. Bisa juga jadi sarana pariwisata yang bagus, terjun payung misalnya (kan titik-titik pemandangan yang cakepnya udah pasti banyak).
Masih banyak lagi deh kebaikan yang bisa diwujudkan <= blogger kehabisan ide
.
.
.
Sekian dulu buat kali ini.
Semoga kebaikan dan kebenaran selalu bersama kita. Aamiin.
Selamat malam semua !!!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar