Rabu, 16 Desember 2015

Straightening Up My Priorities

YOYOYOYOYOYOYOYOYOYYOYOYOYO !!!
Apa kabar ?
Ibu bapak sehat ?
Bahagia ?
Ganteng ?
Semuanya aja udah. Bungkus.
.
.
Postingan ini mungkin harusnya masuk ke bagian Side Story, tapi masuk ke kronologi kehidupan gua hari ini. Postingan ini akan disebut : Side Life.
Otak : Hancur sudah, Bos.
Gua : Yap. Tidak akan kuulangi lagi.
Otak : Tobat, Bos. Besok ujian.
Gua : Mari selesaikan ini dengan tempo sesingkat-singkatnya.
.
Gua 100% sadar besok ada ujian jam 10, tapi gua juga sadar mana hal yang harus dikedepankan dalam hidup dan dalam hal ini, gua memutuskan bahwa menyebarkan pesan yang menurut gua benar dan baik ke generasi selanjutnya adalah lebih penting.
Maafkan aku, dunia akademik. Abis ini akan kulanjutkan pemantapan-sebelum-ujian-ku.
.
Lanjut.
.
Jadi, hari ini dimulai dengan normal.
Nggak ada ujian hari ini...
Bangun agak telat...
Laptopan...
Tidur-tiduran...
Jajanan... ya lu dapet gambarannya.
.
Siang, gua memutuskan untuk nge-print bagian dari e-book yang gua gunakan dalam perkuliahan suatu matakuliah yang akan diujikan besok (open hardcopy soalnya. Lumayan lah buat pegangan.).
Gua berjalan ke tempat print, eh ternyata rame.
Gua makan siang dulu, kenyang, baru ke tempat print itu lagi.
Ada yang pake, ada yang pake, ada yang pake...
WAW ! Ada yang kosong tuh di pojokan !
Gua kesana lah (logic, bro). Di komputer sebelahnya ada yang pake, seorang abang-abang (lelaki tak dikenal) dengan seorang mbak-mbak (perempuan tak dikenal juga) yang cuma nontonin doang.
CUMA NONTONIN DOANG. Catet bos.
.
Gua menyadari sepenuhnya bahwa gua bukan orang terbaik dalam penerapan etika dan cara bersikap dalam masyarakat umum, tapi gua masih tetep nggak terima fakta bahwa si wanita yang cuma nontonin temennya itu duduk di bangku yang sejatinya adalah untuk komputer yang akan gua pakai dan wanita itu tidak sekalipun menawarkan bangku itu ke gua, padahal dengan jelas gua sedang menggunakan set komputer di sebelahnya.
Dan gua menyadari bahwa wanita ini sempat menengok ke arah gua, dan yaudah gitu aja.
Mungkin dia mengira gua nyaman dengan posisi yang agak berlutut itu.
Kenyataannya, gua nyaman dengan posisi itu. 100% tanpa masalah. Oke-oke aja. Celana gua nggak sobek, kaki gua nggak kram, sendal gua nggak putus. Aman terkendali.
Tetapi tetap, otak gua bertanya-tanya dan menanamkan suatu bahan pikiran yang menjadi motivasi gua untuk akhirnya menulis postingan ini : Wahai wanita yang tidak ingin dan tidak akan gua hina untuk sekedar bangku plastik, kenapa anda tidak menawarkan bangku itu kepada manusia ini ?
.
Gua ingin sekali bisa menerima kejadian ini dengan lapang dada.
Maafkan dia demi ketenangan hatimu, bukan demi dia.
Hidup bukan dunia simulasi dimana semua aturan berlaku 100% tanpa ampun.
Semakin kamu sabar, kamu tidak semakin lemah, kamu justru meningkatkan level kesabaranmu.
Ya.
Gua tau itu semua.
Kata-kata idealis itu merupakan salah satu motivasi gua untuk menjadi kurang ekspresif, karena ekspresi gua cukup eksplosif, tentu saja termasuk kemarahan gua yang sangat ingin gua pendam.
Gua akan menerima kejadian ini seperti angin lalu.
Apakah pernah terjadi ? Apakah hal itu benar-benar masalah ? Cukup gua yang tau dan ingat.
.
Tapi gua tetap akan mengatakan ini, demi masa depan yang lebih indah.
Gua mohon, bagi siapapun yang membaca tulisan ini, mari kita (iye, gua juga ikutan) bersama-sama menjadi lebih baik dan menjadikan dunia ini lebih baik (keinginan indah semua manusia kan ?).
Kita tidak sempurna, tapi kita bisa menuju kesana. Akan ada titik yang dekat dengan kesempurnaan. Titik yang kita idam-idamkan. Tidak akan sempurna, tapi cukup dekat dengan itu. Kita akan mencapai titik itu, salah satunya dengan memberikan apa yang menjadi hak orang lain. Lebih benar dan baik lagi, kita akan mencapai titik itu, salah satunya dengan mewajibkan diri kita untuk menjadi malaikat kecil yang kurang berharga yang membawa senyuman kedalam wajah anak kecil yang balonnya baru saja terbang terbawa angin. Satu jentikkan jari, kita hilang, BODO AMAT !
Gua sudah pernah menyebutkan ini beberapa kali (entahlah, gua nggak itung), tapi ayo, bersama-sama, kita jaga mimpi anak kecil ini. Biarkan ia tumbuh dengan harapan dan mimpi yang indah. Lebih tepatnya, mari kita jaga dan rawat anak ini dengan harapan dan mimpi yang indah.
.
.
Yoi banget.
Tapi apa daya, gua bukan penceramah, gua bukan seorang pemerhati lingkungan, gua bukan orang terpandang, gua cuma seorang mahasiswa yang catatannya belum lengkap padahal besok ujian open book yang sedih karena gua tidak berbuat apa-apa terhadap kejadian yang gua alami dan sekarang gua cuma bisa curhat di blog / diary yang isinya semau gua ini.
.
Cintai orangnya, benci kelakuannya.
Atau cintai orangnya, ubah kelakuannya ?
SELAMAT MALAM SEMUA !!!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar