Sabtu, 04 Juni 2016

How To Bali Part 3

YOYOYOYOYOYOYOYOYOYO !!!
Things are coming to an end !
Let's get this done !
.
.
Hari terakhir / kepulangan.
Sabtu, 7 Mei 2016.
.
Bangun pagi.
Jam 1 pagi, pintu kamar gua diketuk oleh seseorang. Siapakah gerangan ?
Boom.
Gua buka pintu dan ternyata itu temen sekamar gua yang 1 lagi a.k.a Smart. Ternyata dia nyusul ke warnet bersama Juliet dan Winwin dan tidak ada "paket malam" -paket game online semalaman- dan akhirnya dia kembali ke penginapan. Saatnya kembali tidur.
Bangun pagi menjelang matahari terbit. Sekitar pukul 5 WITA.
Gua mengumpulkan nyawa, membangunkan yang lain, dan bersiap menuju ke Pantai Sanur untuk menikmati suasana matahari terbit. Gua tidak mandi. Tidak ingin. Rasanya sudah cukup rapi dan wangi. Wangi yang tidak begitu sedap sebenarnya.
Kaos. Celana pendek. Motor oke. Helm terpakai. Mari berangkat.
Gua, Raju, Smart, dan Pi akhirnya berangkat. 2 bocah lainnya masih tertidur dan sulit dibangunkan sehingga waktulah yang kami hormati. Kami berempat bergegas ke pantai karena waktu semakin dekat. Gua berusaha memacu motor dengan kecepatan konstan 60 km/jam. Yap. Sesuatu yang tidak pernah bisa gua lakukan di Surabaya. Dan sesungguhnya, gua melakukan banyak hal yang tidak pernah gua lakukan, terutama dalam hal berkendara. Kecepatan tinggi, melawan arus, zig-zag diantara mobil, helm tidak standar, tidak memperhatikan spion. Tapi mari kita lewati semua intermezzo itu.
Akhirnya, Pantai Sanur.
Matahari masih belum tinggi. Masih jingga.
Laut yang tenang, setidaknya jika dibandingkan dengan Pantai Kuta.
Pantai yang belum ramai. Beberapa orang dan keluarga saja.
Damai.
Kepiting di antara bebatuan.
Beberapa istana pasir.
Beberapa payung dan bangku berjemur baru disiapkan.
Tenang.
Kita mengambil beberapa foto dan video, sedikit merenung menghadap laut, dan segera kembali ke penginapan untuk persiapan kegiatan selanjutnya.
.
Sesampainya di penginapan, 2 bocah yang ditinggal masih belum bangun.
Kita coba bangunkan, tapi apalah daya kami dibanding nikmatnya kasur empuk.
Akhirnya, kami berempat ke gerai pusat Joger. Joger Jelek.
Kami memasuki toko, kami mengikuti arah arus yang sudah diatur, kami menggocek beberapa ibu-ibu liar dan anak bermuka bosan, dan BOOM! bagian baju yang luas tetapi penuh sesak. Gua pun melakukan apa yang gua lakukan. Gua keluar dari area itu. Mencari udara segar. Mencari nafas hidup yang hilang.
Gua ambil sepasang sandal (yang ternyata kekecilan, mungkin pas untuk La Signora Grande) dan banyak pin. 6 pin, tepatnya. Sepasang sandal, 6 pin, antrian panjang. PANJANG DAN LAMA CUY. Kaki gua udah serasa kaki kijang akibat berdiri di antrian. Nice.
Gua ke parkiran dan 3 temen gua sudah disana. Nice. Ternyata gua keluar terakhir.
Tanpa panjang lebar kita kembali ke penginapan dan menemukan 2 kawan putra tidur sudah terbangun. Mereka agak kesal karena gak diajak ke Joger. Maafkan kelancangan kami tapi RESIKOMU KARENA SUDAH KE WARNET, KETIDURAN SAMPE SIANG, DAN KEHILANGAN HAK SUARA DALAM PENENTUAN KEGIATAN.
DAN KEYBOARD GUA RUSAK KARENA MENAHAN TOMBOL SHIFT KIRI TERLALU LAMA.
becanda. haha~
Udah siang. Sekitar jam 12. Winwin dan Juliet mandi. Gua, Raju, Pi, dan Smart ke tempat makan yang khas Bali itu. Very very nice meal. Setelah makan, baru kita mandi untuk persiapan jalan-jalan ke tempat selanjutnya. Sentra kera. Pusat peradaban monyet. Kediaman para pemakan kacang.
Sangeh.
Rombongan kembali memacu motor dengan kecepatan tinggi dan ketidakhormatan terhadap peraturan lalu lintas. Kita muda dan berbahaya. Perjalanan kami dipenuhi bibir kering, mata berair, dan anak SMA yang baru selesai ujian akhir dan konvoi ngebut brutal tanpa helm baju corat-coret menjijikan memuakkan hina bodoh TIDAK BERGUNA YAOPO MASA DEPANMU REK OJO KOYOK NGONO LAH ! Dengan bantuan GPS dan insting binatang liar, sampailah Winwin dan Juliet di tempat tujuan, 10 menit lebih dulu dari 4 anak lainnya. Begitu gua dan yang lain sampai di pintu masuk tempat tinggal para kera setelah beli beberapa bungkus kacang di kawasan parkiran, mereka udah sempat ambil beberapa foto.
Saat kami berempat memasuki kawasan pepohonan tempat tinggal para kera, rombongan anak-anak yang mungkin masih SMP mengikuti. Sepertinya sedang ada kegiatan pecinta alam / peduli lingkungan atau semacamnya. Kami berenam berjalan memasuki area dalam pepohonan, dan bocah-bocah itu mengikuti. Dan ternyata bocah-bocah ini sangat tidak nyaman dengan kehadiran kera didekatnya ! MEREKA YANG LAHIR DI BALI AJA TAKUT APALAGI GUA.
Gua sebenarnya tidak nyaman juga, dan berharap segera keluar dari area itu juga. Tapi apalah artinya liburan tanpa keputusan bodoh dan kegilaan lupa umur. Kami masuk semakin dalam, seraya mengikuti 4 cewek berpenampilan menarik dan tampak seumuran yang Winwin kodekan sebagai "Para Wanita Sosialita". Sayangnya, mereka segera keluar dari pepohonan, dan kami semakin masuk ke dalam sarang para primata.
Setelah memeriksa waktu, yang semakin mendekat ke jam 3 sore, jam yang kami sepakati sebagai jam kepulangan kami dari sana, kami berjalan kembali ke pintu masuk kawasan pepohonan. Kami menjumpai seorang penunjuk jalan / pawang kera yang sangat keren. Total badass. 10/10. Dia menjelaskan banyak hal, yang normalnya terjadi di awal perjalanan, bukan di akhir perjalanan seperti ini, tentang para kera, pohon yang mereka tinggali, kawasan ini, teritori kera, bos kera, kera-mas, kera-k telor, kera-pian adalah sebagian dari iman, dan masih banyak kera lagi. Paman ini juga mengambilkan 1 foto kami berenam. Sweet. Dan kamipun meninggalkan para kera dan kegiatan mereka masing-masing. Ciao.
KEMBALI KE NGEBUT DAN BIBIR KERING !!! VAMOS !!!
Jam 4.30. Kami sampai di persewaan motor. Kami hendak mengembalikan motor. Kemarin sih janjinya jam 3.30 sudah kembali, tapi apa daya, para mahasiswa ini terlalu ingin jalan-jalan dan bodoh mengatur waktu. Dengan sedikit bayaran ekstra, terjadi kesepakatan mengakhiri peminjaman ini. Dan kami pun jalan kaki kembali ke penginapan.
Kami segera beres-beres, bersiap kembali ke Surabaya. Ada yang mandi, ada yang makan, ada yang tiduran, ada yang beresin dapur (ibu pengurus penginapan, pastinya).
Jam 6. Gua menggunakan Uber untuk memanggil pengendara kesepian yang butuh perjalanan. Mobilnya datang dan kami berenam resmi check-out dari penginapan. Bukan waktu normal, tapi kemampuan tante dan sepupu gua dalam mengadakan perjanjian penginapanlah yang membuatnya mungkin. Kami segera menuju Terminal Ubung, Denpasar, lagi. Kami bayar mobil Uber itu, kami berjalan masuk terminal, kami didekati calo-calo gak jelas yang tak kenal lelah, tapi begitu Winwin menyebut "sudah janjian dengan Mbak ****" (bukan sensor nama, tapi emang gua lupa namanya), para calo pergi dengan "Oooh... Sudah janjian dengan Mbak **** toh..." dan air mata dalam hati.
Kami bertemu Mbak *****, bayar tiket bus yang lebih mahal tapi langsung ke Terminal Purabaya, Bungurasih, naik bis, dan bersabar menunggu jalannya bis itu.
Di waktu tunggu ini, gua masih sempat mengurus kerjaan organisasi. Yoi. Gua tergabung dalam Abstergo dan mencoba melacak Desmond.
Becanda.
Gua lagi ngurus poster untuk acara himpunan mahasiswa di jurusan gua. Sejak kamis malam hingga sabtu malam ini, belum juga selesai. Tapi setelah beberapa gerakan dan kicauan, akhirnya selesai juga dan gua bisa melanjutkan perjalanan dengan tenang.
Sekitar jam 8 malam WITA. Bus jalan, dan perjalanan pulang kami dimulai.
Setelah beberapa saat, gua tertidur. Masih dalam posisi kaki tertekuk karena ketidakadilan sistem ukuran tubuh.
Posisi tidak nyaman ini hanyalah awal dari perjalanan panjang kembali ke Surabaya.
Dan hari Minggu alias hari terakhir liburan long weekend ini sudah semakin dekat.
...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar