Selasa, 05 Agustus 2014

My Unfinished Businesses VS My Brain

YOYOYOYOYOYOYOYO !!!
Apa kabar, dunia ! Masih berputar ? Masih ada dinamika ? Mekanika ? Statika ? Kinematika ? Sosialita ?
Masih lengkap semua, pastinya.
.
Kali ini gua mau cerita, singkat aja, tentang hasil perenungan (bukan pertapaan) gua semalem mengenai "hal yang tidak terselesaikan".
Inspirasi gua dapet dari perenungan (pastinya), hasil nonton MTGW kemaren, dan hasil nonton film "The Green Hornet" semalem (sebelum merenung).
.
Gua kepikiran lagi akan hal yang udah gua sebutin diatas. Hal yang tidak terselesaikan.
Banyak hal yang tidak terselesaikan sampai saat ini. Vaksin Influenza. Proses pilpres 2014 Indonesia. Keterlibatan Pra**wo di Insiden Trisakti tahun 1998. Perasaan yang "menggantung" dan "mengganjal hati" yang gua masih terkadang rasakan walau gua coba lupakan (seriusan, bukan puitisasi).
Kenapa ada hal yang tidak bisa diselesaikan ? (bukan sok jadi filsuf) Kita mudah memulai (sulit, sebenernya) tapi sulit mengakhiri. Mimpi gua untuk bikin komik selamanya, bestseller maupun amburadul. Mimpi gua untuk bikin panah (panah beneran, yang kebikin malah mainan senapan dan pedang). Mimpi gua untuk jadi atletis. Mimpi gua untuk "ngomong" ke "dia".
Nggak ada yang kesampean. Semua cuma mimpi, nyata pas tidur doang. Pas bangun, nol. Nol besar.
Dan sialnya, otak gua bisa menghindari stres yang harusnya terasa. Sialan. Lihai juga tuh otak. Dia bisa mikirin hal-hal lain yang merusak fokus utama, masalah utama, yang harusnya diselesaikan. Misalnya, dia bikin gua keinget kenangan lama, kegagalan di masa lalu, keberhasilan di masa lalu yang nggak nyambung, khayalan tingkat tinggi, "mimpi" baru.
Bagus sih, dalam satu hal, karena gua jadi nggak stres, bisa tetep ketawa di saat kritis, bisa tetep ngelawak disaat krisis, bisa tetep polos disaat gua tercemar. Motivasi untuk terus bertahan yang timbul, itulah yang bikin gua kelihatan kuat.
Sialnya, masalah tetep nggak selesai. Cuma dipindah dari folder "prioritas utama" ke folder "Lupain aja dulu, daripada lu nangis". Selesai, tapi tanpa solusi. Lupa sejenak, bingung kemudian. Dan ketika gua mulai bingung lagi, otak gua beraksi lagi. Sial. Lihai juga dia.
Pas mau tidur, tenang, kalem, tensi turun, rileks, eh... dimunculin lagi masalah yang belum selesai. Bisa aja nih si otak.
.
Tapi gua tetep sayang bener sama otak gua ini.
Gua keinget, pas gua diopname pas kelas 1 SMA karena Demam Berdarah Dengue alias DBD alias Haemorraging Dengue Fever (kalo nggak salah, istilah Inggrisnya gitu).
Masuk RS, langsung masuk ICU.
Malam pertama, tetangga sebelah kanan (ranjang sebelah) didatengin keluarga / kolega dan didoain. Besoknya dia ilang, katanya meninggal.
Malam kedua, tetangga sebelah kiri dirawat dokter dengan alat yang besar dan aneh buat gua.
Tiap malemnya, gua mimpi aneh terus. Entah mimpi, entah nyata. Semua serba setengah sadar karena demam tinggi.
Ya kerjaan gua cuma tiduran. Sebentar ditengok sama ibu gua, La Signora Grande. Sebentar muncul anggota keluarga yang lain. Nanti ada tetangga rumah. Abis itu ya sendirian lagi, tidur aja.
Nggak ngerti gua harus ngapain, bakal ngerasa apa, berapa lama disini, perawatan macem apa yang harus gua hadapi, apakah di luar sana ada yang mikirin gua, apakah gua bisa sembuh, entahlah. Semuanya serba nggak jelas buat gua saat itu. Gua cuma bisa tiduran.
...
Tapi disitulah hebatnya otak gua.
Dia memunculkan mindset bahwa "semuanya baik coy. Lu santai aja. Ini dokter dan suster hebat semua. Gua juga nggak tahu lu bakal dirawat berapa lama, tapi ya tunggu aja. Semua ada waktunya. Dikit lagi palingan. Terus lu sembuh deh. Makanya, santai aja. Nikmatin aja hidup. Kapan lagi coba, sekalinya masuk RS langsung ke ICU ? Langka bro ! Lu harus bangga ! Hehehe. Nyantai ya sob. Biar gua yang ngatur."
Dan itulah yang gua lakukan.
Gua menikmati dekorasi ruang ICU, kilau di botol kaca, nyala lampu neon, botol obat, catnya putih doang (bosenin banget), gua kencing pake gelas plastik yang gede banget, yaudah deh.
Gua nikmatin hidup.
Sampe lolos dari ICU pun, gua usahain tetep begitu.
Ada yang nengok, doain gue. Entah waktu itu muka gua kayak apa. Tapi gua berusaha untuk tetep seperti biasa. Ekspresi muka datar cenderung mengintimidasi yang biasa gua tawarkan ke masyarakat. Tapi ya syukurnya nggak ada yang sedih pas jenguk gua. Sayangnya, "dia" nggak sempet jenguk. Katanya sih, "dia" dan beberapa temen lainnya mau jenguk gua pas sore, padahal pas siangnya gua udah keluar RS dan balik ke rumah. Sayang sekali ma broder. Kalo gua inget lagi, gua jadi pengen liat ekspresi "dia" pas liat gua di kamar RS. Kayak apa kira-kira ?
.
Ya gitu deh.
Kembali lagi, postingan penuh cuap-cuap emosional, tetep tanpa solusi. Otak gue. Sial. Lihai juga dia.
Lumayan deh. Dengan nulis ini, keadaan hati gua membaik.
Buat lu yang udah baca sejauh ini dan merasa kecewa, gua mohon maaf.
Sejak gua hidupin blog ini lagi, gua berencana untuk menjadikannya semacam "diary" gua. Tembok yang bisa gua acakadut semau gua.
Maaf kalau bahasa gua suka kacau dan tidak sesuai EYD. Dan gua belum berencana memperbaikinya supaya tidak mengurangi esensinya, yaitu luapan ekspresi semata.
.
Sekian dulu untuk saat ini.
Semoga lain kali postingan gua lebih bermanfaat, penuh solusi, tanpa kontoversi.
Selamat beristirahat untuk saya, "kamu", "kamu", dan kita semua.
.
SAMPAI JUMPA LAIN WAKTU !!!
YEEEAAAAAHH !!!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar