Sabtu, 09 November 2013

A name isn't just to be heard, it is to be seen -Renato Simon Lawalata-

Ya. Kalimat inilah yang sedang menjadi headline di otak gue. Gue lagi mencoba untuk tidak menyikapinya secara berlebihan. Nggak perlu diumbar, nggak perlu dibesar-besarkan. Tapi, harus diselesaikan. Harus diklarifikasi. Kenapa ada orang yang tidak bisa melihat nama? Terlalu malas? Nama itu tidak penting? Masa bodoh dengan nama? Apakah nama tidak penting? Anda ingin dipanggil dengan sebutan yang baik, tapi tidak menyebut nama orang lain dengan baik? Keren banget cuy. Mengenai panggilan, itu relatif. Kedekatan, hubungan, jabatan, dan jenis kegiatan mempengaruhi panggilan secara lisan. Tapi tulisan? Tulisan itu baku. Tulisan itu tidak dapat dipermainkan seenaknya. Ada aturan. Ada ketetapan. Ketika anda mengatakan kalau bicara itu yang penting PD dan maksudnya tersampaikan dengan benar, sementara menulis harus benar, sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Salah sebut nama orang, wajar, apalagi kalau baru kenalan, belum pernah lihat penulisannya. Kenapa masih salah dalam menulis nama orang, yang namanya sudah terdaftar resmi? Males ngecek? Percaya sama perkataan orang yang belum lama mengenalnya? Kenapa nggak ngecek data resminya? Kenapa nggak diklarifikasi ke orang yang bersangkutan? Kenapa? -entri ini tidak bermaksud untuk menyinggung anda yang membaca, karena saya yakin, saya percaya, anda tidak pernah terlibat dalam kesalahan bodoh semacam ini- Selamat siang!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar