Sabtu, 26 Mei 2018

Side Story : Was I Made Like This?

Yo.

Gua lagi terinspirasi untuk cerita nih.
Dalam bahasa yang lebih mudah dicerna : gua lagi pengen nulis banyak.

Seperti yang (mungkin) lu tau, gua punya sifat-sifat buruk.
Gua juga manusia, lho.
Kalau gua boleh sombong sedikit, sifat buruk gua cuma sedikit.
Tapi demi keseimbangan, sifat buruk gua lebih ke "busuk" daripada "buruk".
Tengik.
Mengerikan sampai ke tulang.

Nah.
Salah satu dari kelemahan gua adalah "gua terlalu memperhatikan penggunaan bahasa seseorang, khususnya ejaan".
Gampangnya, gua adalah seorang Grammar Nazi.
Q : AWAWAWAWA NAZI ALERT !!?!?!
A : Lu terlalu muda untuk blog ini. Pulang sana kerjain PR.
Gua memiliki dorongan yang sangat kuat untuk merasakan kesalahan pengejaan dengan sangat emosional.

Sedikit pelajaran sejarah, yang sepertinya belum pernah gua ceritakan di blog ini.
Gua tumbuh di keluarga yang, di sebagian besar waktunya, baik dan nyaman untuk melakukan hal-hal yang positif.
Yada yada yada, kilasan gambar bunga, ikat pinggang tersambit, dan ikan goreng.
Kedua orangtua gua memiliki cara mendidik yang menarik, setidaknya menurut gua.
Der Weise Vater memiliki gaya mendidik "selama kamu ada di dalam batasan yang bisa diterima, silakan lakukan apapun yang baik untuk memperoleh hasil yang baik."
La Signora Grande memiliki gaya mendidik dengan pendekatan 180 derajat, yaitu "jangan begini dan jangan begitu; kalau kamu begini / begitu, nanti kena hukuman."
Seperti yang pernah gua bilang, pasangan yang bisa jadi suluh tauladan anak bangsa.
Sebagai anak yang tumbuh di keluarga super tipikal, gua lebih sering berinteraksi dengan La Signora Grande. Karena itulah, gua lebih mengikuti pendidikan ala beliau.
=> Fakta menarik : gua rasa inilah kenapa gua tertarik ke dunia kuliner, berkebun, dan mengombinasikan sains dengan seni (agar sains bisa jadi sedikit lebih indah).
Kembali ke topik utama.

Karena ajaran beliaulah, gua merasa lebih sering melihat berbagai hal dari sisi negatifnya, dari sisi "jangan"-nya.
Pertanyaan abad ini : Mungkinkah ini penyebab gua menjadi seorang Grammar Nazi?

Komentar gua : Mungkin.
Gua tumbuh dengan ketakutan akan membuat kesalahan.
Sisi positifnya, gua sangat menjunjung tinggi kehati-hatian, kebaikan hubungan dengan sesama, dan penguasaan diri.
Sisi negatifnya, setidaknya yang sudah muncul adalah komentar gua ke beberapa story temen gua di Instagram sering nyebelin.
=> Kenapa Instagram dan kenapa bagian story, cuma kebetulan ada yang bikin gua emosi aja.

Nah.
Gimana nih teori gua?
Ada komentar? Monggo.
Nggak ada komentar? Selaw aja.

Gua cukup bahagia dengan teori ini karena ceritanya menarik, soalnya teori yang lainnya adalah karena gua emang perfeksionis aja.
Meh.

Gitu deh.
Laptop gua sempet ngadat pas nulis ini.
Serius.
Makanya gua rampungkan segera aja.
Yo dah.
Ciao.
Au revoir.

Yoho.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar