Rabu, 25 November 2015

Side Story : Pembakaran versus Pembusukan

YOYOYOYOYOYYOYOYOYYO !!!
What's up, netizen ?
Ooooh yeeeah !
Kembali lagi di sebuah segmen dimana gua akan mengoceh sakarepe dewe tentang suatu topik !
Topik kali ini : ada di judul, baca sendiri aja (malah harusnya udah baca).
.
Masalah terkini dan masih terkini sejak lama : Global Warming.
Penghangatan Global a.k.a Pemanasan Global.
Suhu bumi akan meningkat => ekosistem, bahkan bioma akan terganggu.
Salah satu kontribusi manusia adalah dalam penyuplaian zat-zat yang mempercepat proses alamiah ini ke atmosfer.
Contoh kegiatan nyata : bakar sampah.
Secara spesifik, yang mau gua bacotkan adalah tentang pembakaran sampah tumbuhan (daun kering, daun gugur, batang yang patah, tanaman mati, sampah dapur, dsb).
.
Sampah.
Masalah.
Bakar ? Mengapa tidak yang lain ?
Makhluk hidup ditakdirkan untuk berkembang biak lalu mati.
Mati => membusuk.
Manusia juga akan kembali ke tanah kan ? Kan ?
Pertanyaan : Lalu kenapa dibakar ? Kenapa tidak dibiarkan membusuk saja ?
-Dibakar kan cepat hilang masalahnya.
--Gua setuju. Gua pernah cerita kan kalau gua "suka" main api. Yang gua bakar biasanya sampah plastik atau kertas, yang kelamaan numpuk di kamar. Kadang-kadang murni iseng demi memecah kebosanan semata sih.
--Gua kurang setuju dengan cara pembakaran ini. Kenapa nggak dipotong sampai kecil (mikroskopis, kenapa tidak) terus dimasukkan ke lobang di tanah aja ? Langsung jadi supply zat-zat pertumbuhan tanaman atau sebagian tanaman yang masih hidup.
.
-Dibakar karena gampang atau tradisi.
--Matilah dunia ini. 2015 masih gitu aja dah. ET DAH !
.
-Dibakar karena cuma cara itu yang saya bisa.
--ambil gunting dan/atau pisau atau golok, potonglah sampah tanaman kau sampai kecil, terus timbun di tanah. Kelar bah.
-Susah. Males. Melelahkan.
--Matilah dunia ini, lae !
.
Buat yang belum tahu :
Makhluk hidup yang mati akan membusuk, lalu terurai jadi unsur yang lebih sederhana. Secara religius, makhluk hidup akan kembali ke tanah.
Dengan membakar, makhluk hidup juga kembali ke tanah, mungkin ada unsur yang terbang ke udara, tapi yang pasti karbon yang tersisa akan kita kenal sebagai abu atau arang. Nyampah. Mesti dibersihin. Repot. Melelahkan.
.
Membakar dan membiarkan membusuk secara garis besar adalah sama, kecuali membakar perlu bahan bakar, pemicu api, dan sisa proses terlihat dan mungkin perlu dibereskan. Pembusukan juga, tapi kan bisa disembunyikan dalam tanah untuk menutupi rupa dan aroma yang mungkin tak sedap.
Sampah tanaman kan nggak bau banget (nggak seperti kentut "silent killer", minimal), jadi kenapa tidak ?
.
.
.
Sejauh ini, gua memang tidak mendukung pembakaran sampah tanaman. Dan gua sendiri belum aktif, melakukan proses pembusukan, kecuali mungkin insting kehidupan sosial gua yang membusuk.
Mohon maaf mengenai hal itu.
.
Mayoritas penduduk bumi ini berpendidikan kan ?
Formal, nonformal, informal, sesuai kurikulum dari kementrian pendidikan negara terkait, dari orangtua, dari teman, dari pengalaman hidup, pasti ada pendidikan yang kita alami dan gua mempercayai bahwa pendidikan tentang menjaga lingkungan hidup pasti ada.
Mari kita menjadi lebih baik, lebih ramah lingkungan (sapa setiap tanaman yang kau temui. Ingat budaya 3S !), lebih ASELOLE JOS !
.
Sekian aja.
SELAMAT SIANG SEMUA !!!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar