Senin, 07 Desember 2020

gua pengen ngomong tentang pengalaman pertama gua bermain poker x12

 Yo.


Cak gua sebaiknya nulis ini cepet-cepet dan mulai makan malem sambil nonton anime.


NOSTALGIA!

Mungkin bagi lu, main poker adalah hal biasa karena sejatinya poker adalah permainan kartu.

Bagi gua, pengalaman ini adalah sesuatu yang luar biasa dan, pastinya, mengubah hidup gua ke arah yang (waktu itu belum) lebih baik.


Kejadiannya pas gua SD kelas 4. Gua di kelas 4C yang letaknya di pojok gedung yang deket dengan toilet. Yang gua inget sih, aromanya biasa aja. Mungkin waktu itu, hidung gua rusak. Gua gatau juga.

Kembali ke topik utama. Gua di 4C. 1 ruangan menjauh dari toilet, kelas 4B. 1 ruangan lebih jauh lagi, kelas 4A. Itulah tiga kelas 4 yang ada di SD gua. Bukan SD yang paling gede, tapi SD yang menanamkan beberapa nilai penting dalam hidup gua. Waktu itu, bisa dibilang kalo kelas 4C, kelas gua, adalah kelas dengan jumlah "anak berandal" paling banyak. Bukan berarti di kelas lain nggak ada, tapi paling banyak ada di kelas gua.

Definisi "anak berandal" disini adalah anak yang sering ngobrol di kelas dan ketauan guru (kalo nggak ketauan, nggak dihitung), ada cerita kalo mereka pernah bolos dengan sengaja, nilainya kurang bagus, atau secara umum nggak akan disarankan oleh orangtua untuk dijadiin temen di sekolah.

Mungkin menurut lu, anak-anak ini bukan kelompok terbaik untuk diikuti. Menurut gua waktu itu, ada beberapa anak berandal yang akan gua bilang sebagai temen terbaik gua. Waktu itu, seinget gua, di kelas gua ada 2 anak yang pernah nggak naik kelas dan 1 anak yang merupakan adik dari seorang anak yang pernah nggak naik kelas, yang waktu itu punya kecenderungan ke arah sana juga. Kalo lu kenal gua di dunia nyata, mungkin lu bertanya-tanya kenapa gua bisa berteman dengan anak-anak seperti ini. Singkatnya, waktu itu mereka adalah anak-anak yang sebelumnya temenan dengan kakak gua (sebelum akhirnya mereka nggak naik kelas, sebelum akhirnya gua jadi kenal juga sama adik dari salah satunya yang memang seangkatan dengan gua) dan mereka pernah melindungi gua pas ada "insiden" waktu gua kelas 3 (setahun sebelumnya). Gua akan cerita tentang "insiden" ini di sesi postingan nostalgia ini. Mungkin bukan postingan setelah ini, tapi gua akan cerita.


Kembali ke cerita utama. Suatu siang sepulang sekolah, gua punya waktu sebelum jemputan sekolah dateng dan kita cabs. Gua keluar dari kelas gua dan mulai jalan ke arah parkiran. Pas gua lewat kelas 4B, gua liat lewat pintunya yang kebuka, kalo ada temen-temen "berandal" gua lagi ngumpul di satu meja. Mereka ngeliat gua, gua diundang, dan karena gua nggak ada alasan untuk nolak, gua datengin meja itu. Ternyata, mereka lagi main kartu. Waktu itu, gua udah kenal permainan kartu lewat tante-tante gua. Kalo gua lagi main ke Jakarta, kalo sekalian nginep, kita biasanya malem-malem ngobrol sambil main 41, kartu setan, atau tepok nyamuk; permainan kartu klasik untuk keluarga.

Kali ini, mereka main sesuatu yang disebut "gabruk", sesuatu yang baru buat gua. Waktu itu, gua belom kenal poker. Gua bahkan belom pernah denger namanya, kalo nggak salah. Mungkin gua pernah nonton film dewa judi (gua cuma inget adegan pas dia mesti gigit dan makan kartu di tangannya), tapi gua cuma paham kalo dia lagi "main kartu". Di momen itulah, gua jadi kenal kalo kartu akan lebih bernilai kalo masuk ke formasi pair, threes (atau three of a kind), full house (kalo nggak salah sih, waktu itu gua diajarin kalo namanya threes-pair karena emang itu kombinasi threes plus pair), dan kombinasi yang paling bikin sakit hati, alias pembunuh joker sebagai kartu terkuat, yaitu piting alias four of a kind. Kayaknya waktu itu kita mainin seri (straight) juga, tapi flush nggak. Gua kenal flush setelah gua masuk SMP.

Yang gua inget, sebagai rookie yang baru pertama kali main, sebelum akhirnya gua udahan karena jemputan udah dateng dan gua dipanggil, gua menang dengan piting ke temen yang ngajarin gua. Luar biasa. Mulai dari momen inilah, gua mengenal permainan poker dan fakta bahwa tiap daerah punya istilah dan peraturan masing-masing. Ada yang nyebutnya emang poker. Gua dateng dari daerah yang nyebutnya gabruk. Ada yang nggak pake joker, dan 2 adalah kartu terkuat. Ada yang selain adu kuat nilai kartu "sampahan" atau "satuan" (yang nggak bisa masuk ke formasi apapun), bisa juga adu kuat "daun" atau suit kartunya. Indahnya keberagaman.


Yang cukup spesial juga dari momen itu adalah fakta bahwa anak-anak dilarang bawa kartu ke sekolah dan kalo ketauan guru, kita akan dihukum dan kartunya disita. Cuma waktu itu gua lebih peduli ke serunya permainan baru ini dan kita nggak kepergok guru. Untungnya.

Shoutout untuk Deni, Yodi, dan Chandra brothers, Andreas & Denis.


Yoho~

Tidak ada komentar :

Posting Komentar