Sabtu, 05 Desember 2020

gua pengen ngomong tentang seiprit yang lain dari superhero origin story gua x10

 Yo.


Gua lagi nggak ada inspirasi nih, jadinya gua nulis kelanjutan dari postingan nomor 3 aja.

Bukan kelanjutan secara kronologis, tapi untuk melengkapi postingan 3. Lebih tepatnya, postingan ini akan membahas lebih mendalam tentang ketertarikan gua dengan dunia kelistrikan sampe akhirnya gua kuliah supaya bisa kesetrum (spoiler: gua nggak pernah kesetrum pas kuliah. hiks).

Gua jadi makin ragu kalo postingan in bisa dibilang "kelanjutan". Gua males benerin, ah. Mari kita lanjut saja.


Dasar ketertarikan gua dengan dunia kelistrikan datangnya dari Der Weise Vater. Waktu gua dan kakak gua (dan ibu gua diem-diem pas malem) main dengan konsol PS1, kita nggak jauh dari yang namanya banting stik. Teknik ini adalah suatu gerakan yang mulus dengan tujuan meluapkan emosi pemain. Sialnya, konsekuensinya adalah controller yang dipegang akan mencium lantai dengan kecepatan tinggi.

Kalo stik PS udah rusak, sebelum akhirnya beliau ke Grogol (shoutout Grogol wuuhuuu!), Der Weise Vater akan "mencoba" memperbaiki stik itu. Der Weise Vater biasanya bakal ngebuka semua skrup dan ngecek apakah ada sambungan kabel atau titik solder yang copot atau putus. Sebagai lulusan jurusan radio, Der Weise Vater terlatih dalam hal-hal yang kayak gini. Beliau punya 1 tas abu-abu khusus (yang masih dipake sampe sekarang) untuk nyimpen berbagai obeng, tang, dan solder + timah.

Waktu itu, buat gua ini adalah puncak kebermanfaatan manusia. Der Weise Vater "ngotak-ngatik" stik PS adalah salah satu diantara hal terkeren di dunia pada jamannya, menurut gua, selain kartun di minggu pagi. Sialnya, gua nggak pernah diajarin. Kalo gua analisa sekarang, kayaknya Der Weise Vater juga nggak paham aspek teknis dari stik PS, cuma aspek "nyambung atau nggak"nya aja, jadinya wajar kalo gua nggak diajarin dan solusi andalannya tetep pergi ke Grogol.

Black screen. (Sebut saja) beberapa tahun kemudian.

Oh iya gua "suka" banting stik itu pas masih SD. Kali ini, gua udah masuk SMP. DUN DUN DUNN!!! Di SMP gua, ada pelajaran elektronika! Disinilah gua belajar dengan bener, dan pertama kalinya, tentang kelistrikan. Shoutout Pak "Jack" Zakaria dan Pak Soma. Gua akhirnya dikenalin ke rekan-rekan seperti Ohm, Volta, Monsieur Ampere, dan Kirchoff (barusan gua Googling biar nggak salah sebut). Gua akhirnya megang solder dan menyolder komponen ke PCB. Ada masa dimana gua seneng dengan bau plastik pembungkus timah yang kebakar pas lagi nyolder. Mungkin disitulah otak gua keracunan dan mulai jadi gila.

Satu hari, gua lagi nyolder di rumah. Seinget gua, ada tugas elektronika (mungkin lebih ke proyek kecil untuk tiap siswa) antara bikin adaptor sederhana atau radio sederhana. Cuk barusan gua jadi inget kalo di adaptor sederhana yang gua bikin, ada 1 komponen yang salah pasang jadinya nilai gua berkurang. Barangnya jadi dan "tujuan dari rangkaian"nya tercapai alias terverifikasi, tapi karena komponen itu salah tempat, jadinya gua nggak dapet poin penuh karena nggak tervalidasi. Kembali ke topik utama! Waktu gua lagi nyolder (sambil nonton TV kalo nggak salah), gua sempet kehilangan fokus dan akhirnya gua pegang soldernya di tangkai logamnya. Sedap. Kalo lu nggak pernah pake solder, mungkin lu bisa bayangin kalo lu lagi masak dengan panci panas, terus lu pegang bagian logam pancinya, bukan pegangannya.

Gua langsung "hawawawahawa" dong. Larilah gua ke sisi belakang rumah gua (HQ1), dimana gua punya pilihan untuk ke toilet, tempat cuci, kulkas, atau sudut gudang. Karena waktu itu gua sangat bego, di otak gua muncul logika begini: "jari gua rasanya panas! panas asalnya dari api! api dipadamkan dengan air! cemplungin tangan gua ke air = solusi!" Beberapa menit setelahnya, gua udah sadar kalo itu logika yang salah. Jari gua masih perih dan nyut-nyutan banget. Akhirnya gua beralih ke pasta gigi, walaupun kayaknya udah terlambat karena gua udah nyemplungin jari gua ke air dingin selama beberapa menit.

Oiya, yang "kebakar" adalah ruas ujung jari tengah dan manis di tangan kiri gua. Di tengah kepanikan dan kesakitan, gua sentuh jempol gua dan jempol gua nyentuh ruas ujung jari telunjuk gua sehingga ikutan kebakar gua.

Ooh indahnya kebodohan seorang anak~

Di akhir hari itu, gua punya 1 rangkaian elektronika, dan 4 jari yang terbakar dengan, masih sampe sekarang, sidik jari yang rusak. Kalo sidik jari lu ada lengkungan, belokan, lingkaran, swirl, dan sebagainya, maka gua ada ekstra garis-garis lurus pendek yang memotong lengkungan-lengkungan yang ada. Anggeplah sidik jari yang baru pulang dari perang, penuh codet. Mulai dari momen inilah, gua punya hubungan love-hate dengan dunia kelistrikan. Gua suka banget dengan topiknya, gua nggak akan menyesal pernah 2 kali kesetrum (220V dan nggak langsung dari stopkontak, sih), gua suka menghadapi pelajarannya, tapi (mungkin) selamanya gua akan punya luka perang ini di tangan kiri gua.

Tahun 2017, gua bisa dibilang murtad ke dunia aeronautika, sih, tapi gua belum murtad dari Ironman.


Gua milih momen ini sebagai batu kedua (batu pertamanya adalah kelahiran gua) dari superhero origin story gua karena momen ini sudah diabadikan secara resmi di hidup gua. Menurut lu, ada nggak cara yang lebih gokil untuk mengabadikan luka perang gua selain fakta bahwa kalo lu lulus SMP dan SMA harus cap 3 jari tangan kiri lu di ijazah? Gua baru sadar segera setelah jari gua lepas dari ijazah SMP gua dan disitulah momen ini akan selamanya terukir di hati gua. Betapa bangganya (awalnya sih agak kezel) gua melihat goresan-goresan di sidik jari berwarna ungu yang ada di ijazah gua. Terlalu spesial untuk dilupakan.


Sekian.


Yoho~

Tidak ada komentar :

Posting Komentar