Jumat, 19 Januari 2018

12. The Future

YOYOYOYOYOYOYOYOYOYO!!!
What's up?
Ca va?
Kabar baik?
.
.
MASA DEPAN!
.
Sebuah zaman yang akan datang!
.
Soal masa depan, hal yang bisa gua bagikan adalah rencana gua di masa depan.
Otak : Tapi temanya harus tentang kekhawatiran, bosque.
Gua : HWHAT ?
.
Soal masa depan, hal yang bisa gua bagikan adalah kekhawatiran gua.
Sebagai orang yang selalu berpikir di waktu senggang (serius nih. makanya pas harus mikir, otak gua udah capek duluan) dan bisa dibilang imajinatif, gua sering memikirkan tentang masa depan. Terutama, kemungkinan akan terjadinya hal-hal negatif.
Bangun pagi. Jam berapakah ini? Berangkat jam segini. Nanti gimana kalau telat? Berangkat lebih pagi deh.
Di jalan. Gimana kalau di tikungan itu gua jatuh? Jalannya pelan-pelan deh,
Bawa motor, ngebonceng orang. Gimana nanti kalau jatuh? Gua mesti fokus deh!
Begitulah gua.
Terlalu khawatir? Mungkin.
Makanya gua cuma bisa mengiyakan kata-kata terbijak dari ibu gua, "Nggak usah dipikirin!"
Beautiful.
.
Tapi gua tetep punya beberapa hal yang gua khawatirkan.
Apakah pekerjaan yang bakal tercantum di kartu identitas gua? Sejauh ini, gua tertarik untuk jadi peneliti atau dosen atau pengajar atau yang semacamnya. Kalo dibandingin sama gua pas masih SD, gua sempet tertarik untuk jadi tentara atau pembunuh bayaran. Dan itulah efek kalau anak kecil kebanyakan dikasih film aksi, sci-fi, dan komik detektif!
Aah masa muda yang indah.
Soal "kerjaan mesti sebidang dengan pendidikan", gua sih fleksibel. Sebagai anak teknik (yang jatuh cinta pada dunia sains sejak kesetrum dan megang solder sehingga beberapa ujung jari melepuh), gua sempet tertarik untuk jadi tukang kayu, komikus, atau musisi.
Gua masih suka kepikiran tentang hal lain yang bakal tercantum di kartu identitas gua, yaitu status pernikahan. Pada suatu masa, gua sempet berpikir untuk pindah ke suatu pulau dan gila sendiri sampai ajal menjemput. Terlalu ekstrem? Entahlah. Akhir-akhir ini, gua lebih suka untuk memikirkan asiknya berkeluarga. Menarik sekali.
Lebih dari sekedar status pernikahan, gua juga memikirkan tentang relasi. Keluarga, persahabatan, pertemanan, kenalan, rekan, "cukup tau". Sebagai orang pasif dalam membangun relasi, gua sering berpikir tentang mungkinkah gua pada suatu saat nggak punya kenalan sama sekali. Entahlah. Seenggaknya ini memacu gua untuk minimal menjaga silaturahmi dengan orang-orang yang gua kenal. Lewat blog ini atau Instagram gua, seenggaknya gua berusaha untuk menunjukkan bahwa gua masih hidup. Begitulah.
.
Banyak bet dah yang gua khawatirin.
Pake gua jelasin pula.
Ini karena gua khawatir pembaca nggak akan paham dengan cerita gua.
Begitulah.
Mari gua sudahi saja.
.
Yo.
Ciao!
Au revoir.
Until next time.
SELAMAT MALAM SEMUA !!!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar