Sabtu, 30 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Neuf : Friend / Family Member

Yo.

Semalem gua kepanasan sampe bete segala, makanya gua baru inget nulisnya sekarang.
Semoga dimaklumi.
Sedikit pencerahan, karena di postingan sebelumnya gua udah nyebutin beberapa nama temen dan anggota keluarga untuk alasan yang umum, di postingan ini gua akan memberikan argumen yang lebih spesifik dan terkini.
Gua bersyukur atas Der Weise Vater, yang setiap hari selalu menyapa, nanya basa-basi, dan sebagainya. Emang udah hobinya gitu sih dari pas gua masih di Surabaya. Barusan, beliau nanya gua mau dimasakin apa untuk lusa. OH! OH! Menarik sekali!
Gua bersyukur atas grup WA kawanan bidang studi angkatan gua yang selalu aktif memberi jawaban bagi yang bertanya, walaupun jawabannya suka ngeselin. Oke. Walaupun jawaban dari gua suka ngeselin. Nah.
Gua bersyukur atas seorang sahabat yang minta diingatkan akan sesuatu hal, gua ingatkan via pesan singkat, dan dia mengabarkan bahwa dia masih ingat akan urusan tersebut. Efektif. Menyenangkan.

Kayaknya gitu aja deh.
Buat yang hari ini, bakal gua tulis sekitar jam 16 GMT kayaknya.
Yoho~

Jumat, 29 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Huit : Small Things that Happened Today

Yo.

Postingan reflektif memang cocoknya ditulis di malam hari sebelum bobok.
Gua bersyukur atas munculnya niatan dalam diri gua untuk menyetrika pakaian yang sudah kering sejak seminggu lalu. Iye iye. Dua minggu lalu. Sekarang gua bisa mudik dengan tenang.
Gua bersyukur atas waktu gabut gua hari ini. Sebagai batu di ujung ruangan, gua tidak bisa jauh dari waktu gabut untuk menggabutkan diri. Hmmmmmm~ Bedanya, di hari ini gua jadi bisa ngobrol via telepon dengan seorang sahabat. Kejadian yang jarang terjadi + pembicaraan yang menarik = cerita yang menarik. This is why I prepare spare times every day. This is why and how I survive and thrive.
Gua bersyukur atas suhu hari ini yang tidak terlalu panas. Panas sih, tapi nggak kayak beberapa hari yang lalu yang panas bet. Hmmmmm~
Gua bersyukur atas mendung di pagi hari ini. Bangun pagi tidak pernah senyaman ini dalam beberapa minggu terakhir. Hmmmmmm~

Kayaknya gini udah sip.
Ciao.
Yoho~

Kamis, 28 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Sept : Small Things I Use Daily

Yo.

Beliin gua es krim dong.
Oh shite gua jadi inget sama utang es krim gua ke seseorang!
Yang namanya hutang itu harus dibayar! -Pemberi hutang di segala zaman, kecuali gua-
Bukan berarti gua super dermawan sih, cuma gua emang suka lupa aja.
KEMBALI KE TOPIK UTAMA!
Gua bersyukur atas karet gelang untuk keperluan kantor yang gua beli. Perangkat ini sangatlah cocok untuk mengikat rambut gua dan/atau menjadi pseudo-bandana sehingga rambut gua jadi mirip rambutnya Leroy Sane gitu. Nggak mirip sih. Tapi pada momen yang tepat, bisa mirip. Intinya rambut gua jadi nggak nyentuh telinga gua, yang mana bisa geli di momen yang tidak tepat.
Gua bersyukur atas merek pulpen yang terakhir gua beli. Halus~ Lembut~ Menulis jadi menyenangkan~ Tulisan gua tetep jelek sih. Kalau mau ada kerjasama sponsor atau semacamnya, lu tau lah bisa nyari gua dimana (wink).
Gua bersyukur atas set lap warna-warni yang gua punya. Cocok untuk tatakan piring di meja, cocok untuk membersihkan sesuatu, cocok untuk dipakai sekali hingga terlalu kotor untuk dibersihkan dan jadinya gua buang. Emang luar biasa.
Gua bersyukur atas kacamata gua. Sebagai orang yang sempet menolak fakta bahwa gua harus pake kacamata (pertama kali pake kacamata, mata gua berair terus; gua jadi anak SMP paling mengharukan di kelas 2, pada jamannya), kacamata adalah "barang pendukung kehidupan sehari-hari yang paling nggak bisa gua tinggal". Mungkin gua nggak bisa telepon siapapun. Mungkin gua kekunci di luar rumah. Seenggaknya gua bisa ngeliat dengan nyaman.
Gua bersyukur atas map plastik bening yang selalu ada di tas gua di tiap hari sekolah. Pada suatu masa, keberadaan hujan tidak sebanding dengan kepercayaan diri gua bahwa tas gua bisa menahan tetesan air hujan. #NeverAgain #NeverForget

Kira-kira itu sih.
Yoho!

Rabu, 27 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Six : Forms of Expression

Yo.

Gua barusan minum sekaleng soda karena haus.
Bukan sponsor, jadi mereknya nggak akan gua kasih tau.
Gua bersyukur atas orang-orang di sekitar gua yang bisa berekspresi. Serius. Untuk mempersingkat cerita yang panjang, mari kita sepakati bahwa gua adalah seseorang yang tidak bisa berekspresi dengan normal. Oleh karena itu, melihat ekspresi orang-orang di sekitar gua merupakan kesenangan tersendiri dan pengingat bahwa "menunjukkan ekspresi" bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi bentuk kejujuran dan kesadaran yang layak diapresiasi.
Gua bersyukur atas adanya seorang sahabat sejak SMA yang sangat ekspresif. Mari kita omongin dia karena dia nggak tau tentang keberadaan blog ini. Untuk mempersingkat cerita yang panjang, sebut saja orang ini sebagai orang yang sangat gua percaya dan sangat gua hargai. Dia adalah 1 dari 2 orang yang pernah menginterogasi gua (pas baru lulus SMA) tentang cewek yang gua suka di SMA kita. Gua sadar bahwa waktu itu gua menjawab dengan nama cewek yang gua suka urutan 2, bukan yang urutan 1 pada jamannya. Hal ini sampai saat ini masih jadi semacam penyesalan buat gua untuk tidak mengulang pengkhianatan yang seharusnya tidak terjadi ini. Gua emang gitu orangnya.
Gua bersyukur atas para amatir yang menciptakan suatu karya berdasarkan emosi yang dirasakan. Entah kenapa, gua merasa kalau amatir itu bakal lebih jujur aja di karyanya. Favorit gua : puisi yang cikidiw; puisi, tapi kalo lu tau kalau temen lu yang buat itu dan sedikit latar belakang puisi tersebut, lu bakal bilang "Cikidiw! Hahaha!" Kira-kira gitu. Ringan, bisa dibaca sambil numpang lewat, gratis, dan menurut gua lebih terasa jujur aja.
Gua bersyukur atas orang-orang yang berekspresi dengan "melakukan hal-hal biasa secara luar biasa". Ambil contoh dari suluh tauladan gua dalam hal ini, La Signora Grande dan Der Weise Vater. Der Weise Vater, seperti stereotip figur ayah yang baik, suka mentraktir anak-anaknya ketika mereka mendapat sesuatu yang bagus di sekolah. Bedanya, beliau cuma sangat kurang di bagian "menunjukkan rasa bangga" secara ekspresif, setidaknya itulah yang gua rasakan. La Signora Grande, bisa terlihat kalau ada perayaan khusus di rumah: ulang tahun, tahun baru, hari raya, dsb. Tanpa angin dan hujan, makanan jadi lebih lezat, lantai jadi lebih wangi, teguran jadi lebih lembut, dsb. Memang suluh tauladan remaja.
Gua bersyukur atas orang-orang yang bisa mengapresiasi ekspresi gua. Di poin pertama, gua terinspirasi. Gua pun sesekali mencoba berekspresi, di momen yang menurut gua tepat, sebisa gua. Seperti yang bisa diharapkan dari gua, biasanya gua ujung-ujungnya akan bikin lelucon yang sangat tidak lucu untuk para pendengarnya, kecuali diri gua sendiri. Yap, lelucon gua setidaknya bisa menghibur seseorang yaitu gua. Oleh karena itu, kalau ada yang paham lelucon gua dan tertawa, gua akan selalu memberikan aplaus dalam hati. Gua sadar bahwa otak gua dipenuhi ilmu eksakta, sarkasme, sesendok makan satire, 4 sendok semen pertimbangan yang buruk, 100 sendok teh meme, dan 1 miligram relevansi ke audiens.

Kira-kira gitu deh.
Ekspresi memang bukan sesuatu yang gampang terlihat dari gua.
Dosen gua yang sekarang pun ada yang mengakui bahwa "Renato itu selalu serius."
Gua lupa apakah pas SD-SMA pernah ada guru yang bilang itu ke gua, tapi pas S1 itu pernah dan sekarang ada lagi.
Huft.
Emang muka gua susah banget nyantainya.
Tapi 1 hal yang mau gua bilang: Gimana gua bisa nyantai di dunia yang menarik seperti ini?
Yap, keluarlah kita dari topik utama.

Yoho.

Senin, 25 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Cinq : Moment of The Week

Yo.

Gua barusan ngetik "Moment of The Wekk" di judulnya.
Terus gua hapus.
Padahal gua pernah bilang kalo blog ini harusnya bebas suntingan.
Hmmm~ DiGiorno~

Sebelum gua mulai nulis, mari kita definisikan "minggu".
Karena hari ini masih Senin, jadi mari kita sepakati bahwa "minggu" adalah dari Senin kemarin (18/6) hingga hari ini (25/6).
Yuk mari.
Gua bersyukur atas ulang tahun Der Weise Vater yang jatuh pada hari ini. Mantap. Selamat berulang tahun. Gua nggak tahu apa yang mesti gua bilang ke seorang bapak berusia 57 tahun. Selamat melanjutkan menikmati masa pensiun, walaupun kabarnya mau ngajar lagi di almamater. Semoga bisa terus mendukung dua putranya yang secara ajaib bisa berkutat di bidang penerbangan. Semoga bisa terus ngakak bareng La Signora Grande. Gitu dulu deh.
Gua bersyukur atas selesainya kegiatan akademik gua di minggu ini yang ditutup dengan presentasi proyek penelitian periode semester 2 pada hari Jumat kemaren. AKHIRNYA! OH! LIBUR SUDAH TIBA!
Gua bersyukur atas sesi akhir pelajaran Bahasa Prancis gua di hari Jumat kemaren. Lumayan. Gua terpaksa ngomong di kelas. Udah lama nggak sih, jadinya menarik aja. Setelah kelas, ada kumpul-kumpul sambil nyemil-nyemil. Hmmm~ Ada yang bawa panganan khas India yang tampangnya manis-gurih tapi ternyata asin-penuh rempah. Kurang sedap. Ada temen gua yang bawa sebotol Jack Daniel's. Kontroversial, tapi disambut hangat. Menarik sekali.

Gitu dulu deh buat hari ini.
Yoho~

Minggu, 24 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Quatre : Challenge

Yo.

Ada yang punya saran hobi yang bisa dilakukan di tengah kegabutan?
Mohon sarannya, Mas/Mbak.
Gua bersyukur atas tantangan yang sedang gua jalankan saat ini, 30 Days of Gratitude Challenge, karena tanpa tantangan ini, kalimat ini tidak akan terbentuk.
Gua bersyukur atas 30 Days of Writing Challenge. Tanpa tantangan itu, gua tidak akan tertantang untuk menantang tantangan lain yang sangat menantang. Tang tang tang.
Gua bersyukur atas 30 Days of Drawing Challenge. Tantangan itu telah membuka peluang bisnis baru untuk gua dan untuk menumbuhkan insting bisnis, gua pastinya memutuskan untuk menjadikannya sebagai peluang kegiatan sosial non-profit. Gua emang geblek kayak gitu orangnya.
Gua bersyukur atas tantangan yang gua bikin sendiri untuk memotivasi diri dalam menjawab pertanyaan "bisa nggak lu jadi yang paling muda di keluarga lu untuk pergi ke luar negeri?" Hasilnya, gua sekarang terlalu jauh dari rumah dan lebih muda dari kakak gua sebagai pemegang rekor anggota keluarga termuda untuk menerbangkan pesawat ke luar negeri. Sambil menyelam minum air, gua juga jadi anggota keluarga termuda untuk tinggal di luar negeri terlama, dan gua masih punya setahun lagi disini. Huehuehue.

Gitu deh.
Udahan dulu ya.
Yoho.

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Trois : Tradition

Yo.

Gabut telah tiba~
Gabut telah tiba~
HATIKU GEMBIRA!!!!!!!!!!!!!
Udah ah.
Gua bersyukur atas tradisi memberi salam. Mendekatkan, menghangatkan, mengasyikkan.
Gua bersyukur atas aroma dan rasa hidangan dari tanah air tercinta. Rasanya kuah bersantan, aroma daun pandan yang mirip vanilla. OH! SEDAP!
Gua bersyukur atas lagu-lagu daerah Indonesia. Beda rasa, tapi satu genre. Oomph! Gua gak paham juga sama apa yang gua bilang barusan. Intinya, sedap didengar~
Gua bersyukur atas batik. Tapi karena gua menikmati baju yang agak kebesaran, jahitannya mesti pas. BATIK!
Gua bersyukur atas kebiasaan makan sayur. Walaupun gua mulai dengan motif "biar sayurnya cepet habis, dan Mama dan Papa nggak akan marah," tapi gua akhirnya menikmati makan sayur. Sedap. Kecuali mungkin terong, pare, oyong, brokoli sekeluarga, kentang rebus, wortel rebus. Selain itu, sedap. Kangkung #1!!!!

Kira-kira gini dulu deh.
Yoho~

Jumat, 22 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Deux : Story

Yo.

Kegiatan akademik gua di kampus untuk semester ini udah selesai~
Libur telah tiba~
Gua bersyukur atas cerita-cerita dalam hidup gua yang "terlalu aneh untuk menjadi kenyataan", walaupun gua akui bahwa gua hidup untuk mencari cerita-cerita yang terlalu aneh untuk menjadi kenyataan, yang bisa jadi bahan cerita ke berbagai generasi penikmat cerita. Beberapa judul menarik adalah : "Guru Bahasaku Bilang Kalau Aku Terlalu Pemalu III", "Malamku Bersama Yuri Si Parabola", dan "Terlalu Lama Berpikir Di Metro Hingga Lupa Mau Kemana."
Gua bersyukur atas cerita hidup orangtua gua dari kecil sampe akhirnya bisa ketemu. Terlalu menarik untuk terlupakan. Sedikit bocoran: pada jamannya, bosnya Der Weise Vater ngecomblangin doi dengan La Signora Grande. Hmmmmmmm~
Gua bersyukur atas cerita-cerita rakyat Indonesia karena menjadi sumber cerita mistis / fantasi pertama gua. "Malin Kundang", "Hikayat Danau Toba". Spicy~
Gua bersyukur atas cerita-cerita yang disajikan dalam bentuk anime dan manga yang masih saja gua temukan dan masih saja menghibur. Hmmmm~

Gitu dulu deh.
Kalo ada yang mau gua ceritain, tolong cek akun Patreon gua. Link-nya ada di bawah.
Yoho!

Intermezzo : I Hope This Is An Original Joke

Yo.

Q : Which footballer sees Gimli on a daily basis?
A : Clarence... Clarence Seedorf.


Yoho.

PS. Well if you've already seen it from my Instagram account and still doesn't get it, please just let it be.

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-et-Un : Songs

Yo.

BESOK GUA PRESENTASI HASIL KERJAAN PROYEK UNTUK AKHIR SEMESTER 2 !
WOOOHOOOOO !!!
Gua bersyukur atas lagu-lagu kebangsaan yang sedap, patriotik, dan menarik buat gua. Yang paling spesial tentunya Indonesia Raya. Penghargaan khusus buat La Marseillaise dan Star Spangled Banner.
Gua bersyukur atas lagu pop terakhir yang jadi favorit gua : Tear In My Heart. Terimakasih, twenty one pilots.
Gua bersyukur atas lagu rap yang masih jadi yang paling bisa gua nyanyikan : Where Is The Love?. Terimakasih, Black Eyed Peas.
Gua bersyukur atas salah satu lagu paling lembut yang masih senang gua nyanyikan : Same Drugs. Terimakasih, Chance The Rapper. 
Gua bersyukur atas lagu berbahasa Prancis yang gua nikmati : Dommage. Terimakasih, Big Flo & Oli.

Oomph!
Yoho!

Kamis, 21 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt : Individuals

Yo.

Kabar baik?
Baik-baik aja deh.
Gua sangat bersyukur atas La Signora Grande dan Der Weise Vater karena telah menjadi orangtua yang keren abiz. Suluh tauladan anak remaja!
Gua bersyukur atas kakak gua, Rafael, seseorang dengan inisial nama yang sama dengan gua, karena telah menjadi seorang kakak yang baik, yang menunjukkan jalan yang salah dan tidak sebaiknya dilalui oleh seorang adik dengan cara menghidupi jalan tersebut. Panutan!
Gua bersyukur atas teman, sahabat, kawan, bapak-bapak, tante-tante, dan pihak-pihak lain yang sebutannya bermakna sama. Terimakasih telah menemani gua di berbagai fase dalam hidup gua untuk menjadi teman, kritikus, penonton, penasehat, pemberi contoh, dan peran-peran lain yang bisa diperankan. Hmmmmmmmm. Sebaiknya gua nulis semua nama yang kepikiran nih. Okedeh. Secara kronologis, gua mengucapkan terimakasih yang spesial kepada : William, Ivan (Banglit), Dhayu, Dius, Dea, Bima (LKM), Rizal (CaCO3), Randy, Rhodes, Anggit, Nanda, Bonti, Kania, Dali, Nael (Nale), Frans (Dame), Lukas (Patty), Roinaldo, Jonathan (JG), Satrio (Sawi), Rionaldhie, Wisnu, Muiz, Salman, Ghina, Imel, Ngesti, Andin, Rafi (Onta), Hanung, Dhika, Dennis, Hartadi, Harnando, Adriel, Reyhan (Uda), Togi, Brilian, Pius, Erwin, Julio, Rida, Febrian, Robith, Mery Teja, Nafiar, Fahad, Nindya, Fauqi, David, Kevin (KL), Lukas, Irfan, Faza, Kevianda (Kevin), Rio (Roy), Usman, Dzakwan, Alif, Feris, Alfian (Pacul), Hilmy (Banana), Rifqi (Parlay), David Pui, Radhif, Radifan, Rizal SEN, Rhedylla (Utha), Dwi Rifqi (Kiki, Papoy), Andi (Mbah), Ary, Sarah, Aurum, Isma, Ike, Kevin, Henry (Heng-yi), Liu, Ismael, Adam, Dani, Navein, Sagar, Mani, Dev👌, Theau. Shoutout untuk beberapa senior pada beberapa tahap dalam kehidupan pendidikan gua : David, Yohanda, Filiadi, Reza "Pendiri BONI", Hilman, Putrissa, Ajeng, Syauqi, Istiqomah (Nco), Amin, Syarif, Dennis. Shoutout juga untuk beberapa junior : Wira, Taufik, Bambang, Chandra, Wildan. Buat yang merasa namanya nggak kesebut disini, monggo berkoar.
Gua bersyukur atas para guru, mentor, dan pembimbing yang mendidik dan menginspirasi, diantaranya : Bu Maria, Bu Anggit, Pak Harto, Pak Wahyu, Pak Nandang, Pak Asep (AsMuHi), Pak Muhidin, Pak Lilik, Mrs. Iis, Pak Zakaria (Jack), Pak Khisamudin, Pak Japet, Pak Wahyudi, Bu Nani, (Alm) Bu Titik, Pak Noadi, Bu Dedeh, Bu Indra, Pak Maman, Bu Nony, Pak Endro (Edo), Pak Djoko, Pak Wirawan, Pak Istas, Bu Titiek, Pak Gatot, (Alm) Pak Ansori, Pak Dedet, Mme. Mifdaoui, M. de Saqui-Sannes, M. Fournie, Mme. Puech, Mme. Vilaine. Buat yang merasa namanya nggak kesebut disini, monggo berkoar.
Gua bersyukur atas pihak-pihak lain yang mendukung kehidupan gua, terutama di sisi akademik, dengan memberikan fasilitas, hiburan, bantuan, dsb, diantaranya : Pak Budi, Pak Madi, Kak Feri, Kak Bembi, Pak Toha, Mas Anto, dan yang namanya gua lupa, diantaranya tukang gorengan depan SD gua, tukang gado-gado di kantin SMA gua, tukang minuman buah di kantin SMA gua, sekeluarga pemilik warteg seberang SMA gua, sekeluara pemilik warung makanan di deket kampus S1 gua, tukang martabak langganan gua di Surabaya, sekeluarga pemilik kedai makanan pinggir jalan langganan gua di Surabaya, segenap kru penjaga tempat nge-print di deket kampus S1 gua, segenap kru pengurus warung makan porsi besar langganan gua di Surabaya, segenap kru pengurus warung makan sebelah minimarket di deket kampus S1 gua, mas-mas penjaga kedai ayam dan jamur goreng di area minimarket di deket kampus S1 gua, dan beberapa pegawai minimarket di Surabaya yang shift-nya barengan dengan waktu kunjungan gua.

Kira-kira gitu deh.
Kalau ada yang namanya kesebut dan nggak mau disebut, kabarin gua.
Kalau ada yang namanya salah tulis dan mau dibenerin, kabarin gua.
Kalau ada yang namanya nggak ketulis dan mau muncul, kabarin gua.
Kalau ada yang laper, makan.
Gua jadi pengen makan.
Yoho~

Rabu, 20 Juni 2018

30 Days of Challenge, Numero Dix-Neuf : Touch

Yo.

Gua belom tidur hahahahaha
Yuk ah.
Gua bersyukur atas sentuhan dari orangtua gua. Kehangatan La Signora Grande dan kebijaksanaan Der Weise Vater. Oomph! Terlalu manis untuk dilupakan sepanjang masa.
Gua bersyukur atas sentuhan-sentuhan kecil dari sahabat-sahabat gua yang bisa bikin gua luluh dan semangat dalam mengerjakan hal yang diminta. Sebagai orang yang seneng membantu siapapun yang meminta bantuan (dalam kadar tertentu dan syarat & ketentuan berlaku), ada kalanya gua tidak mau membantu orang tersebut. Entahlah, kalo nggak salah sih istilahnya itu "manusiawi". Tapi, kalo ngomongin sahabat-sahabat gua (yang sampai difase dimana gua akan dengan jujur mengakui orang tersebut sebagai sahabat), ada aja hal-hal kecil yang bisa bikin gua tergugah untuk selalu dalam keadaan siap membantu. Entahlah. Gua juga nggak paham. Apa sih yang gua omongin disini !?
Gua bersyukur atas sentuhan wanita dalam hidup gua. Dan sepertinya akan gua hentikan di kalimat itu aja :3

Udahan ah.
Gua sarapan game dulu.
Sarapan nasi kan udah barusan.
Yoho.
 
 

Senin, 18 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Dix-Huit : Art

Yo.

Perkuliahan sudah hampir habis!
Oh!
WOOOOYEEEEAH !!!
Gua bersyukur atas sulaman Perjamuan Malam Terakhir yang dibuat oleh La Signora Grande. Dipasang diatas TV di ruang keluarga, pajangan ini adalah pajangan yang paling sering gua perhatikan, terutama karena iklan. Oomph!
Gua bersyukur atas The Starry Night karya Vincent van Gogh. Biru dan hitam, adem, enak dilihat, teknik melukisnya menarik. Menarik sekali.
Gua bersyukur atas The Scream-nya Edvard Munch karena, hmmmm, memes :O

Gitu aja deh.
Yoho.

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Dix-Sept : KNOWLEDGE

Yo.

Besok Senin!
SEMANGAT!
Tapi kan lebih asik baca manga sambil tiduran seharian...
SEMANGAT!
Gua bersyukur atas pengetahuan tentang kebudayaan: adat istiadat, nilai kesopanan, nilai kesusilaan, kebiasaan, bahasa, dan sebagainya. Sebagai orang yang sulit dekat dengan orang lain, gua bisa melakukan pendekatan "setidaknya gua tau stereotipnya begini". Emang kurang mantap sih, tapi setidaknya gua punya basis tersendiri yang bisa jadi pijakan sementara dan sejauh ini, gua masih bertahan hidup di berbagai tempat dan kondisi.
Gua bersyukur atas ilmu fisika, khususnya bidang elektro. Gua hampir tidak mau menulis kalimat setelah ini, tapi gua harus. Gua menyukai ilmu fisika, terutama bagian elektronya. Kalo lu satu sekolah dengan gua pas SMA, mungkin lu tau bagaimana seorang guru bisa merubah mood kelas dengan drastis. Yap. Uh-huh.
Gua bersyukur atas sejumput pengetahuan musik yang gua miliki. Lumayan. Minimal gua bisa sedikit menghibur diri sendiri. Udah lumayan lama sih sejak gua nyentuh gitar. Hmmmmmm~
Gua yakin gua udah sering nulis hal ini, tapi gua bersyukur atas hal-hal trivial yang gua ketahui. Mungkin hal-hal tersebut remeh, tapi pengetahuannya tidak bisa diremehkan. Uye.
Yoho.

Minggu, 17 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Seize : Body

Yo.

Hari Sabtu.
Gabut seharian.
Coding sejam dan kelar.
Gua belum main PES.
OH!
Gua bersyukur atas rambut gua. Kita sudah berjuang bersama dengan berbagai gaya. Gundul, potongan pendek, potongan "standar", gaya "belum potong", dan gaya "AFROOOOO!!!" yang baru-baru ini kita capai bersama. Oh!
Gua bersyukur atas mata gua. Sebagai penggemar komunikasi visual, gua menyukai tampilan bergambar, banyak warna, dan sebagainya. Mata gua sudah menemani gua selama ini, sampe berkacamata segala, sampe ada bekas-bekas kapiler darah di banyak tempat. Hmmmm~
Gua bersyukur atas telinga gua. Sebagai seorang anak yang punya hobi mendengar apapun, telinga merupakan aset yang berharga. Kalau lu kepikiran, ya, gua kadang-kadang nguping obrolan orang. Mohon dimaafkan kalau lu pernah nyadar kalau gua nguping tapi lu nggak sempet menegur. Sekarang gua lebih suka denger suara angin.
Gua bersyukur atas wajah gua. Gua memang seseorang yang pendiam dan secara umum terkesan selalu serius, tidak ramah, dan sulit didekati. Menurut gua, bentuk wajah gua secara umum menunjukkan kesan "tidak berbahaya, polos" sehingga cukup menetralisir kesan-kesan tidak baik yang akan terpancar. Setidaknya itulah menurut gua. Mungkin ada yang minat berkomentar karena gua cukup yakin soal hal ini.

Gitu deh.
Sebagai penutup, Eslandia 1 - 1 Argentina #SlowClap
Yoho.

Jumat, 15 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Quinze : Season

Yo.

Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan dan yang menikmati liburnya!
KETUPAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAT!!!
Gua bersyukur atas musim hujan. Adem! Basah! Tapi lebih penting adem! Suara hujan yang bikin nyeri-nyeri-serem tapi agak menenangkan. Hmmmmm~ Soal bunyi hujan bikin nyeri-nyeri-serem, mungkin gua ceritain di lain waktu (kalau emang belum pernah gua ceritain di blog ini). Musim hujan!
Gua bersyukur atas musim dingin! Dingin! Dingin banget! Salju! Salju yang tebal! OH! HUJAN SALJU! JALAN KAKI DI TENGAH HUJAN SALJU DEMI SAMPE KE KAMPUS! UWOOOOOOOOOOOOOOOOOOH !!!!

Udah.
Gua senengnya emang suhu rendah.
Alasan gua memilih kuliah di kota yang panas adalah karena biar jauh dari rumah.
Yap!
Yoho.

30 Day of Gratitude Challenge, Numero Quatorze : Sights

Yo.

Semalem gua ekstra mager karena persiapan untuk ujian siang ini.
Gua bersyukur atas bangunan bergaya Eropa yang ada di Indonesia. Sebagian diri gua ingin mengapresiasi karena gaya bangunan ini menarik. Sebagian diri gua ingin berbangga diri karena bangsa gua bisa mengusir penjajah yang membawa gaya bangunan ini. Oh!
Gua bersyukur atas monumen-monumen bersejarah. Tembok besar dengan ukiran-ukiran, berbagai tugu dan variasi dari obelisk, dan semacamnya. Shoutout untuk monumen di Lengkong, monumen peringatan di Legian, dan Tugu Pahlawan.

Gua bingung mau nulis apa lagi.
Serius.
Gua kurang menikmati melihat-lihat bangunan yang menarik; gua melihat semua bangunan yang gua anggap menarik. Gua bakal ngelihat bangunan dengan eksterior kaca yang kinclong = menarik. Gua melihat bangunan yang menghasilkan aroma makanan yang sedap = menarik. Gua melihat bangunan yang terlalu tua = menarik.

Udahan ah.
Yoho.

Kamis, 14 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Treize : Ability

Yo.

Hari ini...
Segala bahan makanan sudah habis dari kulkas gua...
Pembukaan macam apa ini ?!
Mari lanjut saja ke urusan utama.
Gua bersyukur atas kemampuan gua untuk menghibur diri sendiri. Seperti yang mungkin lu tau, gua adalah seseorang yang secara natural pendiam dan penyendiri. Oleh karena itu, masuk akal jika salah satu metode penghiburan gua adalah dengan menyendiri. Bisa gua main sendiri, bisa gua tiduran dan introspeksi, dulu gua bisa merenung (+ roti bakar dan minuman) di atap kampus, dan lain-lain. Bukannya untuk membanggakan kesendirian, tapi gua bisa menghargai kesendirian. Postingan ini jadi sedih dan menyedihkan.
Gua bersyukur atas kemampuan gua untuk mengingat hal-hal trivial. Pada momen yang tepat (dan pastinya sangat jarang terjadi), gua bisa menjadi bank ilmu untuk hal-hal yang remeh. Minimal bisa meningkatkan suasana. Hmmmm~
Gua bersyukur atas kemampuan badan gua untuk berkeringat hampir di segala suasana. Cukup sedikit digerakkan dan KA-POO-YAH! Kelembaban instan! WOOO!
Gua bersyukur atas kemampuan gua untuk menjadi "penghabis makanan" di rumah. Demi menghargai masakan ibu gua dan/atau menghabisi makanan yang sudah dibeli, perut gua akan angkat tangan walaupun tawaran tidak diberikan. Oomph!
Gua bersyukur atas kemampuan gua untuk menahan suhu rendah. Gua rasa ini bukan cuma karena badan gua terlapis sempurna dengan gumpalan lemak sih. Gua rasa gua emang punya ketertarikan sendiri ke suhu rendah. Entahlah. Mungkin bukan "menahan", tapi lebih ke "mengapresiasi".

Gitu deh.
Yoho.

Rabu, 13 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Douze : Texture

Yo.

AH! Minggu ini sibuk sekali dengan segala ujian dan laporan!
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!
Tarik napas dulu deh.
Gua bersyukur atas kain-kain bahan pakaian yang memiliki tekstur yang lembut. Pakaiannya jadi enak dipake = cocok buat gua. Apalagi kalau bahannya yang lumayan tipis dan gampang kering. Hmmmmmm~
Gua bersyukur atas meja yang permukaannya cukup licin dan halus, karena tangan gua jadi nyaman kalau ditaruh. Dengan tangan yang nyaman, gua jadi nyaman mau nulis atau pake laptop. Sedap~
Gua bersyukur atas makanan bertekstur renyah, mungkin berminyak, biasanya berwarna kecoklatan, dan sebaiknya rasanya cenderung gurih/asin. Oomph! Crispy!  

Ah!
Gua jadi laper gorengan dan keinget liburan terus!
Yoho!

Selasa, 12 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Onze : Holiday

Yo.

KENAPA HARI GINI MALAH BAHAS LIBURAN!
OH!
MENGAPA ???
Tapi gua pastinya tetep bersyukur atas adanya liburan musim panas. Pas masa S1, yang mana gua hidup di luar Markas Besar, gua sangat menikmati liburan Juli-Agustus. Bukan cuma karena gabutnya (#CenoLudoDormio) tapi juga karena gua bisa ngumpul sekeluarga, bersama, bersuka ria, tertawa, bercanda-canda, membangun hotel~
Gua bersyukur atas liburan Natal dan Tahun Baru. Oh! Nempel, jadinya makin panjang! Oh! Poin yang penting adalah gua pasti akan kembali ingat (secara inisiatif) tentang kehidupan religius gua. Namanya aja udah bermakna "kelahiran" dan nama gua mengandung makna "lahir kembali", jadinya gua merasa hari Natal itu terlalu spesial untuk tidak direnungkan. Gua bukannya lagi sok asik, tapi emang begitulah adanya. Dan asalkan Tahun Baru itu nggak terlalu berisik, mantaplah prosesi penutupan tahun.
Gua bersyukur atas rangkaian liburan Hari Raya Idul Fitri. Asik bet! Dulu gua sangat menikmati main ke masjid komplek untuk ngelihat penyembelihan sapi. Mungkin tetangga gua ada yang nyembelih kambing. Keluarga gua biasanya motong ayam, terus dibikinin soto atau opor. Ù„ذيذ !!! Oomph! Terus temen-temen jadi pada ngirim pesan salam damai dan permohonan maaf gitu kan. Oomph! Indah sekali!

Yaudah gitu.
Gua jadi makin pengen libur kan :(
Yoho...
 

Senin, 11 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Dix : Taste

Yo.

Hari Minggu~
Besok Senin... tapi gua nggak ada kuliah~ tapi gua mesti ke kampus buat kerja kelompok...
Liek if u cri evrytiem
Gua bersyukur atas rasa manis. Sebagai orang yang punya sweet tooth, rasa manis merupakan rasa yang akan gua terima dengan senang hati. Kue manis! Minuman manis! NONA MANIS! OOOH! MANIS!
Gua bersyukur atas sebotol kecap dan sebungkus bumbu pecel, asli Indonesia tentunya, yang dibelikan oleh tante gua yang sekarang udah berdomisili di Belanda. Rasa rumah banget! OOOH!
Gua bersyukur atas keju yang tidak bau dan tidak "terlalu keju". Diberkatilah keju-keju yang demikian karena sebaik-baiknya keju adalah yang bisa dinikmati oleh La Signora Grande. Gitu.
Gua bersyukur atas vanilla. Oh! Wafer isi krim vanilla kenamaan (maap, bukan sponsor) adalah produk pertama yang membuat gua jatuh hati. Lalu ada susu vanilla. Lalu ada ekstrak vanilla yang bisa masuk ke berbagai kue. Lalu ternyata ada daun pandan, yang merupakan pengganti yang pantas untuk vanilla. Vanilla~
Gua bersyukur atas rasa yang pernah ada-
Otak : Paragraf terakhir berhasil saya potong demi keamanan bangsa dan negara.
Otak : Selamat melanjutkan aktivitas!
Otak : Yoho!
 

Minggu, 10 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Neuf : Place

Yo.

Masih tanggal 9 di tempat gua!
13 menit lagi!
Mari selesaikan dalam 10 menit!
Gua bersyukur atas rumah dinas bapak gua. Markas Besar. Tempat gua tumbuh selama bertahun-tahun. Tempat gua mengenal berbagai pelajaran, permainan, tanaman, masakan, kata-kata kasar, dan masih banyak lagi. Terlalu indah untuk dilupakan~
Gua bersyukur atas sekolah-sekolah yang pernah gua singgahi. TK Strada Santa Maria, SD Strada Santa Maria Tangerang, SMPN 1 Tangerang, SMAN 2 Tangerang, ITS Surabaya Kampus Sukolilo. 12 tahun wajib belajar + 4 tahun pendidikan sarjana = terlalu banyak ilmu untuk tidak diingat. TK dan SD di kompleks yang sama, menuju SMP yang letaknya di seberang jalan, menuju SMA, menuju universitas di ujung pulau, dan sekarang gua di benua yang berbeda. Jauh juga ya perjalanan pendidikan gua.
Gua bersyukur atas pantai. Pasir, laut, panas, angin, MANTAP! Beberapa pantai yang gua sukai adalah Pantai Anyer, Pantai Kuta, Pantai Sanur. Ada 1 pantai lagi sih, tapi gua nggak tahu namanya. Oh oh! Pantai Kenjeran (?). PANTAI!
Gua bersyukur atas kamar gua saat ini. Kotor, pasti. Berantakan, pasti. Nyaman, pasti. Gua tinggalkan, tidak akan. Kamarku, markasku. Oomph!!!
Yoho.

Sabtu, 09 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Huit : Book

Yo.

Harta yang paling berharga adalah buku.
Harta yang paling berharga adalah buku.
Harta yang paling berharga, so pasti KELUARGA.
Tapi, topik hari ini adalah buku.
Kalau lu udah puyeng, mendingan makan dulu baru balik ke blog ini.
Gua bersyukur atas ensiklopedia bergambar. Terima kasih telah menjadi penumbuh minat baca gua. Gua memang masih memilih gambar daripada tulisan sejak pertama kali mengenal buku, tapi ensiklopedia bergambar adalah gerbang menuju peningkatan jumlah tulisan. Menarik sekali~
Gua bersyukur atas buku tulis. Tanpa buku tulis, gua nggak akan pernah belajar menggambar di kelas yang membosankan. Yap, kadang-kadang kelas itu membosankan. Tanpa buku tulis, gua nggak akan pernah nulis-nulis-nulis-nulis-OH! RUMUS MATEMATIKA BARU! (Gua masih nggak yakin kalau rumus ini belum dipatenkan, jadinya gua nggak mau publikasi dulu ah. Lumayan kan kalau nama gua masuk paten). Mungkin kalau lu kenal gua, gua akan kasih rumus ini dengan cuma-cuma.
Gua bersyukur atas buku-buku pelajaran yang pernah gua baca. Terima kasih atas ilmu yang diberikan karena membawa gua ke posisi gua saat ini : Di depan laptop, di meja kerja, di dalam kamar apartemen, di Prancis. Menarik sekali~ Bukan guanya, tentunya. Gua adalah orang yang sangat membosankan dan "tidak jelas", terutama untuk orang umum.
Gua bersyukur atas Inferno-nya Dan Brown dan The Fourth Hand-nya John Irving. Dua novel ini masih merupakan dua-duanya novel yang gua ambil dengan semangat, gua baca dengan semangat, dan gua selesaikan dengan baik-baik.
Gua bersyukur atas buku paspor. Gua nggak mau dideportasi. Nggak sekarang, setidaknya.
Gitu dulu deh.
Yoho~

Kamis, 07 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Sept : Memory

Yo.

Sudah seminggu.
Ku di dekatmu.
Ku menulis di blog itu.
1 dari 3 kalimat diatas adalah tidak benar.
Lanjut aja ah.
Gua bersyukur atas ingatan gua tentang jalan-jalan ke pantai. Maksud gua ya, deburan ombak, hembusan angin, eh udaranya agak asin! Pohon kelapa yang bergoyang~ Kaki berpasir, celana yang basah~ Santai~ Kulit menghitam~ Indahnya negeriku~
Gua bersyukur atas ingatan gua tentang lezatnya masakan ibu gua. Sangat menginspirasi minat memasak gua. Oomph!
Gua bersyukur atas ingatan gua tentang masa wajib belajar dulu. Dari SD swasta yang membangun "karakter membenci mencontek", ke SMP negeri yang membangun "karakter kerjasama psikis dan psikomotoris antarteman sekelas" dan "karakter ingin membantu sesama demi terselesaikannya masalah dan bisa lanjut nyantai". Pendidikan memang indah~
Gua bersyukur atas ingatan gua tentang seseorang. Yap. Udah beberapa orang yang gua sebut sebagai "seseorang" di blog ini. Yang bisa gua maknai dari interaksi yang pernah terjadi adalah gua punya ikatan silaturahmi dengan yang bersangkutan (minimal cukstaw) dan gua belajar cara berinteraksi dengan "seseorang". Gua pengen deh kapan-kapan berjumpa lagi dengan para "seseorang", dalam kegiatan yang sesuai untuk tiap orangnya, tentunya. Biar bisa follow-up kehidupan masing-masing aja sih, minimal. Biar asik lagi, gitu.
Gua bersyukur atas ingatan gua yang sangat selektif dan terbatas dalam hal akademik, lirik lagu, dan pengetahuan trivial. Kadang sangat membantu di aktivitas sosial, tapi pasti membantu menghibur gua dikala kesepian melanda. Entah kenapa, poin ini kayaknya nggak usah masuk di postingan ini.

AWHKWHDWGUAJADIINGETMACEMMACEMKAN
Yoho~

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Six : Nature

Yo.

Kembali lagi ke waktunya menulis.
Musim panas memang luar biasa.
Jam 7.30 malam dan matahariku belum mau pergi.
Indahnya~
Gua bersyukur atas matahari. Panas, hangat, sejuk, gerah, lembab, fotosintesis, pakaian kering. Hmmmmm~
Gua bersyukur atas angin. Angin bisa membawa diriku melayang. Angin bisa membawa bisikan hatiku. Angin bikin adem. Angin membantu baju gua kering setelah keringatan, yang mana pasti terjadi berapapun temperatur udara di luar ruangan. Angin~
Gua bersyukur atas tanaman. Ada yang tumbuh jadi pohon besar yang bikin adem. Ada yang bisa dimakan; sedap! Ada yang bisa jadi hiasan yang aduhai. La Signora Grande mensponsori paragraf ini.
Gua bersyukur atas binatang. Ada yang cocok untuk digambar oleh anak kecil, ada yang sangat nggak cocok untuk digambar oleh anak kecil karena bisa merusak kepercayaan diri seorang anak #TheStoryOfMylife. Ada yang bisa jadi piaraan. Ada yang bisa jadi makanan. Gua nggak ada maksud terselubung untuk menempel 2 kalimat barusan #kebetulan.

Gitu deh.
Yoho.

Selasa, 05 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Cinq : Sound

Yo.

Postingan ini tepat waktu.
Yey!
Cuss dah.
Gua bersyukur atas album kompilasi hembusan angin dan dedaunan, ombak di tepi pantai, serta sungai dan air terjun : Suara Alam. Oomph! Merdu sekali!
Gua bersyukur atas karya Wage Rudolph Supratman, Lagu Indonesia Raya. 24/7 membanggakan dan asik dinyanyikan. Oomph!
Gua bersyukur atas para musisi, para komposer, para produser musik, dan pihak-pihak lain yang terlibat yang males gua sebutin satu persatu. Terima kasih atas karya yang dicurahkan ke masyarakat awam seperti saya.
Gua bersyukur atas bunyi kipas angin di kamar yang sepi ini. Seperti kata Kapten Tsubasa*, "Kipas angin adalah teman." Oomph!
 Gua bersyukur atas bunyi jentikan jari, suara-suara dari mulut untuk meniru suara instrumen musik, suara siulan gua yang masuknya cuma ke nada burung perkutut (serius), suara sepatu gua di setiap langkah, suara gunting kuku begitu kukunya terpotong, suara derit pintu dan lantai dan daun jendela, dan suara-suara lain yang biasanya tidak dihargai. Terima kasih telah mengisi hidup gua yang seringkali penuh kekosongan. Oomph!

Yok dah.
Yoho.
*dengan dramatisasi seperlunya

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Quatre : Food

Yo.

YAP!
GUA LUPA KEMARIN!
Gua bersyukur atas fakta bahwa lu bisa menempatkan nasi, ikan cuek goreng, tumis kangkung, dan sambel di piring yang sama. Menu legendaris dari rumah. Hmmmmm~
Gua bersyukur atas fakta bahwa lele bisa dimasak mangut, ditemani nasi, tumis kangkung, dan tahu goreng tepung. Menu legendaris luar rumah. Hmmmmmm~
Gua bersyukur atas adanya waffel instan yang cukup dihangatkan aja. Jajanan ini emang gua banget :')))
Gua bersyukur atas tanaman vanilla, karena rasa vanilla itu merupakan rasa yang terlalu menarik untuk dilupakan, terutama kalau dipasangkan dengan es krim atau susu.
Gua bersyukur atas adanya minuman soda warna coklat pekat yang bukan sponsor dari blog ini, karena minuman ini tidak pernah gagal untuk memperbaiki suasana hati dikala gundah menerjang.

Gua jadi laper kan.
Yoho.

Minggu, 03 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Trois : Colour

Yo.

Sekarang gua lagi nunggu makan malem mateng, jadi gua mau nulis deh.
Gua bersyukur atas warna abu-abu di langit hari ini, karena kalau cerah pasti panas banget. Di kamar gua ada kipas angin, tapi lagi gua pake untuk bantu keringin pakaian di kamar mandi dan kalo kena kipas angin seharian, gua bakal masuk angin. Semoga sekalian hujan sih, biar makin adem.
Gua bersyukur atas rambut warna biru muda, merah tua, ungu, biru tua, hijau, dan merah yang jago main basket #KurokoNoBasket .
Gua bersyukur atas warna hijau, yang merupakan warna yang paling adem di mata #540nm #00ff00 .

Yoho.

Sabtu, 02 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Deux : Technology

Yo.

Gua baru selesai makan malem.
Abis ini, gua mau langsung ke mode istirahat.
Sebelum gua males beneran, sebaiknya kita selesaikan urusan hari ini.
Gua bersyukur atas pabrikan laptop, pabrikan smartphone, developer media sosial, perusahaan telekomunikasi, dan pihak lain yang terlibat yang tidak bisa gua sebutkan satu persatu, karena atas media yang sediakan, gua bisa melakukan panggilan video dengan teman-teman dan sahabat-sahabat di Indonesia yang lagi buka puasa bersama dan yang lagi di Taiwan yang lagi jalan ke pasar untuk membeli jajan. Historis, sedap, 10/10 mau lagi.
Gua bersyukur atas oven microwave dan kulkas dan jasa pengiriman, karena dengan bantuannya, gua bisa menikmati bumbu kacang legendaris asli Indonesia (bener! yang ada di pikiran lu itu bener! yang itu!) yang tersedia dengan melimpah di area tempat tinggal Tante gua di Leidschendam. Nostalgia. Sedap. Hmmmmm~
Gua bersyukur atas mesin foto instan yang ada di deket supermarket tempat gua biasa belanja. Gua bisa belanja, terus bikin pas foto untuk urusan imigrasi. Parfait. That is how lives are build. That is how love is cemented into people. 

Yoho.

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Un : Smell

Yo.

Gua baru inget kalau ada yang satu ini.
Mari kita selesaikan segera.

Di tengah hari yang sangat, sangat diam dan sunyi ini, gua cuma mau bilang:
Gua bersyukur atas aroma dari makan malam gua, yaitu semangkuk mie kuah, yang membangkitkan selera gua untuk menghabiskannya walaupun gua sedang dalam kondisi yang "main aja nggak semangat", yang mana itu sangat gawat dan sangat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Gua bersyukur atas aroma tempat tidur gua, yang nggak ada aromanya. Bagus. Gua udah beberapa hari ini tidur keringetan. Kombinasi musim panas dan badan kurang fit memang sangat menggugah keringat. Untungnya sprei gua masih bertahan hidup.
Gua bersyukur atas aroma dari hoodie gua, khususnya di bagian lengan yang sering terekspos keringat. Hari ini nggak ada wangi-wangi mencurigakan, jadinya bisa langsung gua pake dengan nyaman untuk keluar kamar pas beli makan siang dan ngambil paket dari tante gua ke kantor administrasi apartemen.

Yoho.

Me Unsolved

Yo.

2 hari yang lalu, gua bangun pagi dalam keadaan normal.
Selesai kelas, lengan kiri gua pegel tanpa alasan jelas sampai hari berakhir.
Kemarin, gua bangun dengan lengan masih pegel, dan sedikit kurang baik karena memang ada ujian di pagi harinya,
Selesai ujian, badan gua makin gak enak.
Deket makan siang, badan gua gak enak banget.
Pagi ini, gua bangun dan langsung merasa lemes.
Sampai deket makan siang, gua masih belum asik.
Euh.

Yoho.