Minggu, 30 Desember 2018

Microwave Cooking : Cake (?)

Yo.
.
Saya kembali lagi.
*efek suara SpaceToon*
Kalau lu nggak ngerti apa yang gua maksud di baris sebelumnya, kita nggak seumuran.
.
Kembali ke topik utama!
Gua akan mengabarkan (?) cara membuat kue dengan pemanggang gelombang mikro !
*efek suara Doraemon ngeluarin alat*
.
Sebelumnya, gua mohon maaf karena gua tidak menulis apa yang gua lakukan.
Jadi, resep ini tidak akan seperti resep pada umumnya.
Jadi mungkin lu bertanya : "TERUS KENAPE LHO NGESHARE GINIAN HEEHHHHH ???"
*Konten blog ini memang begini*
.
Peralatan :
1. Mangkuk "aman untuk masuk ke pemanggang gelombang mikro"
2. Garpu
3. Mangkuk serbaguna
4. Piring saji
5. Alat makan
.
Bahan (jumlah yang harus ditambahkan akan disebutkan di bagian selanjutnya) :
1. Tepung serbaguna
2. Baking powder
3. Gula putih
4. Gula vanilla
5. Ekstrak vanilla
6. Garam
7. Susu sapi pasca-pasteurisasi, sepertinya kandungan lemak 100%
8. Telur ayam
.
Langkah-langkah :
1. Cairkan mentega sejumlah "itu kayaknya untuk dioles ke 3 tangkap roti" bersama gula vanilla sejumlah "biar ada rasa-rasa", ekstrak vanilla sejumlah "tetes... tetes... tetes... wow ada yang tertuang!", dan garam sejumlah "sejumput, tapi dikurangi sedikit karena kayaknya terlalu banyak" di mangkuk serbaguna. Masukkan ke pemanggang gelombang mikro dalam pengaturan daya maksimal selama kira-kira 2 menit. Jangan sampai menteganya terbakar!
.
2. Campurkan gula putih sejumlah "demi rasa manis, sesuai selera" ke campuran tersebut. Aduk dengan garpu sampai campurannya homogen. GUA NGGAK PUNYA ALAT PENGOCOK (a.k.a whisk), OKE !!?!?!
.
3. Tambahkan telur ayam 1 butir, aduk lagi sampai campurannya homogen.
.
4. Tambahkan baking powder sejumlah "dikit aja kali ya, gua gak paham soalnya!" dan tepung serbaguna sejumlah "campuran ini akan masih terlihat cair dan tidak pantas untuk dipanggang" sambil terus mengaduk campuran dan berdoa supaya tepung yang dimasukkan tidak terlalu banyak. Aamiin. Setelah selesai, tinggal campuran sejenak sambil terus berdoa.
.
5. Cairkan mentega sejumlah "untuk 1 tangkap roti" di mangkuk "aman untuk masuk ke pemanggang gelombang mikro" (kira-kira 40 detik di pemanggang gelombang mikro dalam pengaturan daya maksimal). Setelah cair, putar mangkuknya di tangan untuk meratakan mentega cair ke seluruh sisi mangkuk. Kalau mangkuknya panas, jangan lupa dipegang dengan kain!
.
6. Tuangkan campuran "adonan yang terlalu cair" yang diperoleh di langkah ke-4 ke mangkuk "aman untuk masuk ke pemanggang gelombang mikro". Jangan sampai tumpah-tumpah! Kalau tumpah, bereskan segera!
.
7. Panggang "adonan tak sampai" tersebut di pemanggang gelombang mikro selama kira-kira 8 menit di pengaturan daya maksimal. Kuncinya adalah meninggalkan pemanggangan selama kira-kira 5 menit hingga campuran terlihat "menyerupai kue, tidak mengembang lagi, tidak ada gelembung yang tidak stabil di permukaannya, tetapi rasanya belum matang karena tidak ada warna kecoklatan sama sekali." Jika sudah mencapai fase ini, panggang lagi selama sisa 3 menit yang dianjurkan.
.
8. TA-DA !!! "Kue tak sampai" sudah selesai!
Rasanya belum matang? Coba sentuh permukaannya. Kalau masih ada bagian yang cair, panggang lagi dengan interval 1 menit dengan pengecekkan di sela-selanya hingga permukaannya sudah memadat dan terasa agak kering.
.
Jangan lupa biarkan "kue tak sampai" untuk mendingin sebelum disajikan di piring saji dan dinikmati dengan alat makan.
.
BOOM!
Proper lazy and improvised cooking! 
Kalau ada yang mau ditanyakan lagi, misalnya foto produk akhir dan merk pemanggang gelombang mikro yang gua gunakan, monggo hubungi gua.
Yoho~

Kamis, 27 Desember 2018

End of The Year Joke 2018

Yo.

The aircraft manuefacturer just made a new 100% underwater airplane.
What is it?
The Boeing Salmon 4 Salmon.

Now, I'll be on my way out.
Yoho.

Sabtu, 15 Desember 2018

I Moved To Get My Name Pronounced Correctly

Hai.
.
Nama gua adalah -apa?
Nama gua adalah -siapa?
Nama gua adalah -cekit cekit- SLIM SHADY.
.
Kalau lu nggak paham yang barusan, kita pasti nggak seumuran.
Atau tontonan gua emang terlalu aneh.
Atau yang semacamnya.
Gua emang aneh dari akarnya.
.
NAMA.
Kenalan butuh nama.
Nama gua Renato.
Tapi menurut beberapa orang pada saat-saat tertentu, gua bukan gua.
Kadang-kadang gua Renanto.
Tapi yang paling sering, gua jadi Renata.
Hai.
.
A != O.
A ~= O.
A =/= O.
.
Maybe I'm still salty because at least once in each level of education, I am Renata.
Maybe I'm just happy that here, no one ever say my name wrong.
Yoho~

Selasa, 04 Desember 2018

I Am Afraid

Yo.
.
Gua baru saja menyelesaikan nonton sebuah serial anime untuk kedua kalinya.
Kayaknya 1 atau 2 tahun lalu, gua posting review-nya kesini.
Sekarang, gua terinspirasi untuk nulis lagi.
.
Sebelumnya, yohoho.
Udah lama nih gua nggak muncul kesini.
Kabar baik?
Makan sehat?
Tidur nyenyak?
Semoga semuanya deh. Amin.
.
Dan postingan ini pun akan memasuki area gelap.
Bagi yang tidak ingin hari-nya jadi rusak, monggo minggat. Ini peringatan satu-satunya.
Kalo masih niat baca, ya apalah daya saya yang nulis ini.
.
.
Gua tonton lagi serial anime itu.
Masih menarik.
Udah lama banget, jadinya walaupun gua inget sebagian besar ceritanya, tapi gua masih menikmati hal/emosi/detail kecil yang disajikan. Menarik sekali.
.
Langsung saja ke persoalan utama: Gua setuju dengan salah satu kalimat yang disampaikan salah satu karakter di anime ini.
.
.
Di episode 21, teman dekat dari tokoh utama ngomong sesuatu yang kurang lebih intinya begini, "Saya sadar dan sangat bersyukur karena [nama cewek] mencintai saya, tetapi saya tidak ingin jawaban saya merubah saya ke diri saya yang dulu. Saya merasa takut ketika memikirkan hal tersebut".
.
Cheesy
"Ecieeee yaelah!"
.
.
Gua cukup setuju dengan makna kalimat tersebut.
Entah kenapa, gua merasa kalau itulah yang gua rasakan selama ini.
Gua cukup yakin kalau gua mulai menceritakan kisah-kisah masa lalu gua, maka cuma akan terbaca sebagai "cuk lu cuma nyama-nyamain aja, selow dong bro", sehingga sebaiknya gua nggak usah cerita melulu.
Kalau lu pengen cari tahu, banyak kok ceritanya di blog ini. Berkelimpahan. Bergelimang.
Kalau lu merasa "ni orang ngomong apa sih???" Selamat datang di blog ini. Salam kenal.
.
Sebagai anak yang tumbuh dengan predikat "pendiam dan pemalu" terpasang di dahi gua tanpa ada motivasi dari luar dan dalam untuk merubah salah satu atau keduanya, gua tumbuh dengan keinginan terpendam untuk "menjaga status quo".
"Asalkan gua tetep di posisi yang sama, dunia akan tetap sama, dan berbahagialah semuanya". Itulah mimpi besar yang tidak terutarakan. Sepertinya begitu. Koreksi dan kritik diri sendiri memang sulit dilakukan.
.
"Kalau gua menyatakan kalimat sakral yang umumnya ingin dikatakan oleh para remaja pada masanya, dunia bakal berubah; gua bakal berubah dan perubahan sepertinya bukan ide yang bagus".
Ide yang sangat mengundang untuk gua, pada masanya.
Tapi apalah artinya kebiasaan kalau nggak dilakukan secara rutin selama minimal 21 hari.
Menghidupi ide ini selama bertahun-tahun, bahkan sampai sekarang pun, mungkin bukan ide yang bagus di jaman yang lalu.
Dari yang gua inget, ada 2 kesempatan dimana ada secercah keinginan untuk "merubah status quo" dalam diri gua. Sekali pas SMA kelas 3, dan sekali pas kuliah S1 semester 7. Sekarang sudah 2018. Ocehan gua bisa dibilang cuma jadi tangisan penyesalan seorang kakek karena nggak memutuskan untuk melakukan hal besar di masa mudanya.
Dan mimpi untuk diselamatkan oleh seseorang pun kayaknya udah terlalu jauh.
Apalah artinya ingin diselamatkan kalau keinginannya nggak diumumkan ke pihak-pihak yang bisa menyelamatkan? Nggak ada, kan?
Bahkan Tuhan yang Maha Mengetahui isi hati manusia pun sebaiknya kita ajak bicara lewat doa-doa kita. Pernyataan itu penting.
Tulisan ini pun sepertinya bakal berakhir di blog ini, di postingan ini.
Sebagian dari sel-sel tubuh gua nggak ingin seperti itu, tapi sebagian yang lain cuma ingin menghela napas dan berkata "Ya sudahlah. Inilah haluan dunia".
.
.
Hmmmmmmmm.
Mungkin gua cuma laper aja.
Mungkin gua cuma semakin haus aja.
Mungkin gua cuma merasa tidak pantas karena masih belum keluar dari sekolah sejak masuk pertama kali di usia 5 tahun.
Entahlah.
Hidup itu rumit kalau dipikirkan.
Dingin.
Yoho~

Minggu, 04 November 2018

Twas Once A Week Without Courses

Yo.

Seminggu libur berakhirlah sudah di hari esok.
Indah? Cukup.
Menyenangkan? Cukup.
Menenangkan? Cukup.
Menjernihkan pikiran? Sangat. Saking jernihnya gua lupa gua lagi kuliah apa.

Eh minggu besok nggak ada kuliah seminggu.
Kok gitu?
Administrasi! MENGAPA!? Kok sangat menyenangkan sih :)

Yoho~

Jumat, 02 November 2018

Social Media Rant

Yo.

Gua sadar gua nggak populer di dunia media sosial.
Gua dengan sadar menjaga status quo tersebut.
Gua ingin menjaga media sosial gua setenang-tenangnya pada masanya, sebisa mungkin tanpa perlu menghapus postingan-postingan lama.
Masa-masa SMA adalah saat yang sangat berat untuk kehidupan media sosial gua. Saking beratnya, sebaiknya tidak ada yang diangkat lagi ke masa kini. Serius. Jangan. 
Masuklah gua ke salah satu poin dari postingan ini.
Gua penasaran gimana caranya akun-akun super acak bisa kadang me-retweet gua.
Ini udah kejadian beberapa kali, dan semalam gua dapet 1 lagi.
Tolong.
Gua mau tetep dibalik bayang-bayang.
Kalimat barusan bunyinya sedih banget, tapi ya gitu. Media sosial itu gua bikin supaya temen-temen gua bisa menemukan gua di internet. Sesekali gua posting sesuatu sebagai tanda bahwa gua masih hidup. Gitu aja. Mungkin blog ini nggak masuk kategori tersebut karena walaupun ini media sosialisasi (mayoritas 1 arah sih), tapi blog ini fungsinya adalah sebagai diary dan catatan hal-hal aneh, bukan tempat memamerkan kehidupan. Tapi kalau lu baca ini, lu bisa mengartikan kalau gua lagi memamerkan hidup gua sih. Intinya, blog ini nggak masuk kategori "media sosial", menurut gua. Yang nggak sependapat bisa ditahan emosinya. Silakan lanjut membaca jika ingin.

Kembali ke bahasannya.
Masalah utama adalah orang-orang yang tidak dikenal ini, yang kadang-kadang muncul di tab notifikasi gua karena me-retweet gua, biasanya bukan akun yang baik-baik.
Yap. Analisa lu tepat.
Sebagai orang yang terlalu menghargai pengetahuan trivial, gua selalu mengecek siapa yang me-retweet gua. Dan beberapa adalah akun yang tidak untuk konsumsi publik. Mari kita sebut begitu.
Gua nggak ngerti gimana postingan gua bisa masuk ke laman akun mereka. Gua nggak ngerti cara kerja penyebaran tweet oleh yang empunya Twitter itu gimana. Apakah gua masuk ke bagian trending, atau ke bagian-bagian tweet yang temanya sama, gua nggak paham dan gua berharap nggak masuk kesana.
Biarkan gua tenang mengawasi dunia pertemanan gua saja.

Hal yang sama juga terjadi di salah satu akun Google Hangout gua.
Bukannya gua niat untuk punya akun ini, tapi gua punya email (untuk suatu urusan) dan akun Hangout-nya otomatis dibuat sama Mbah Google. Kalaupun gua yang bikin / aktivasi sendiri, gua nggak niat melakukan itu.
Udah ada 5 akun misterius (yang sekali lagi, tidak layak untuk konsumsi publik), yang mengirim pesan ke gua.
"Apakah ini kesempatan untuk mengerjai orang jail lagi?" Itulah yang gua pikirkan.
Sialnya, nggak ada yang ngebales pancingan gua. Berkuranglah inspirasi konten media sosial gua.
Huft.
Tapi tetep aja, gimana caranya akun-akun hwarakadah macam itu bisa menemukan akun gua?
Gua pake email itu untuk urusan kirim gambar antar smartphone ke laptop (dan sebaliknya), urusan online game, dan (kalau nggak salah) untuk daftar ke beberapa situs yang memberikan info yang gua butuh, tapi gua mesti masukin email (intinya, "email yang bisa dikorbankan inbox-nya").
Mungkinkah ini kebijakan dari situs-situs tersebut yang memungkinkan email gua "disumbangkan" ke situs-situs yang bukan untuk konsumsi publik?
Mungkinkah ini karena akun-akun misterius ini mengirim acak dan kebetulan aja akun gua mendapat pesannya? Kalo beneran, hoki juga sih. Walaupun, 5 akun itu bisa jadi artinya setelah akun kedua, nggak ada yang kebetulan.
Mungkinkah ini karena akun-akun misterius ini melacak trafik tertentu di internet dan terbukalah alamat email gua? Kalo beneran, maka gua salut dan gua mau diajari caranya. Saya mohon, guru!

Huft.
Sosial media itu kadang-kadang melelahkan.
Untungnya informatif.
Walaupun info yang gua ingin lihat malah jarang / nyaris nggak pernah muncul dalam waktu dekat ini sih.
Huft (x2).

Semoga kehidupan medsos lu nggak seperti gua ini.
Sepi. Sekalinya nggak sepi, ada kemungkinan yang terlibat itu pihak yang tidak diinginkan.
Asem. Kayak tanaman asem dibungkus belimbing wuluh, dengan kuah perasan jeruk nipis asli.
Lekker.
Yoho~
 

Selasa, 30 Oktober 2018

Great Vibes

Yo.

Masa yang gelap.
Masa yang dingin.
Masa dimana rasa saling memiliki dihargai tinggi.
Masa yang membakar emosi.
Masa yang menguji nurani.
Panggilan telepon kepada seorang sahabat terkasih jadi hiburan yang berarti.

Yoho~

Senin, 29 Oktober 2018

May Love Be In Our Lives

Yo.

Gua bangun pagi.
Berita pertama: ada pesawat jatuh di dekat Karawang, Jawa Barat.
Respon: Semoga korban-korbannya selamat, maksimal luka-luka.
Terus gua berusaha melanjutkan hidup sambil berusaha tetap tenang dan jaga omongan seandainya ada yang nanya ke gua soal kejadian itu dengan membawa alasan "kan lu belajar aeronautika".
Sedikit klarifikasi: Gua jadi siswa di sekolah aeronautika, tapi nggak fokus ke bagian kontrol atau aerodinamika, jadinya gua mungkin cuma bisa memberi penjelasan seadanya dari info yang beredar.
Untungnya nggak ada yang nanya sejauh ini.
Sekarang gua paham tanggungjawab dadakan yang mungkin dirasakan oleh Der Weise Vater setiap ada kejadian serupa.

Hari berlanjut.
Gua mampir ke minimarket untuk beli buah, bawang, sabun mandi, dll.
Gua balik ke kamar, makan siang, internetan santai.

Mampirlah kita orang ke Twitter.
=> #Pray dkk beredar
Respon gua: very nice 

=> Beredar tangkapan layar grafik kecepatan dan ketinggian terbang pesawat yang jatuh dan pesawat yang melalui rute yang sama yang jadi viral.
Respon gua: Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm terima kasih atas informasinya, tapi gua rasa para kolega dan keluarga korban nggak perlu tau informasi nanggung kayak gini. Apalah arti grafik itu kalau tanpa ada kejelasan kabar sahabat/kerabatnya.

Mampirlah beta ke Instagram.
=> #Pray dkk beredar
Respon gua: very sympathetic

=> Salah satu temen S1 gua bikin Instastory dengan konten seperti berikut.
Panjang pesawat: X m
Kecepatan pesawat saat jatuh: Y m/s
Kedalaman laut: Z m
Caption tambahan: Secara logika sih nggak akan selamat, tapi jika Tuhan berkehendak nggak ada yang nggak mungkin
-konten dengan perubahan secukupnya tanpa merubah makna-
Respon gua: WHAT IN THE FREAKING FREAK, DUDE !?!? Ada kepentingan apa pula kau menyebarkan konten kayak gitu !? Lu ngasih info yang di mata gua sangat menjurus ke "yap! gitu lho itungannya! tapi gua gatau juga sih hehe!" VERY VERY NOT COOL! NOT COOL IN THE SLIGHTEST OF SLIGHT GESTURES! Story itu nggak ada artinya! Selama beberapa saat, gua nggak ngerti apa motivasi dia untuk bikin postingan ini. Selama beberapa saat tersebut, gua memikirkan standar moral lingkungan pertemanan pemuda 20 tahunan di Indonesia saat ini. Postingan itu = "nggak banget deh" buat gua.
Mana gua kenal anak ini selama kuliah S1 pula. Kan jadi ada perbandingan-perbandingan sepak terjangnya di kuliah sampai ke postingan ini. Huft. Otak gua jadi nginget yang nggak-nggak.
Apapun yang terjadi ke postingan itu sekarang, komentar gua dalam 1 kalimat adalah:
"F U, U F'in P of Shhhhhh. It was not cool, it was not cool."
Huft.
Pertama kalinya di minggu ini, gua liatin story orang dengan niat mencari informasi kehidupan kawan-kawan, kok malah jadi begini.
Yoho.

Joyeux Toussaint 2018 !

Yo.

Gua pribadi nggak merayakan Toussaint a.k.a Hari Raya Semua Orang Kudus a.k.a All Hallows Even sih, tapi selamat bagi yang merayakan dan menikmati liburnya!
Gua menikmati liburnya dan kemungkinan nggak akan inget untuk ngucapin lagi, makanya gua ucapin duluan aja.

Terus gua nganggur deh seminggu ini.
Rencana gua sejauh ini:
1. Bertahan hidup
2. Mencoba aktif berkomentar di medsos
3. Main PES
4. Main game online (Robocraft dan/atau RS:6)
5. Bikin/edit video lagi
6. Ngerjain tugas Bahasa Prancis
7. Merenung tentang Research Project semester ini
Gitu deh.

Kalo ada yang punya saran kegiatan tambahan, monggo.
Kalo ada yang punya ide tentang konten edisi spesial seminggu ini, lebih monggo lagi.

Gua makan malem dulu.
Yoho~

Rabu, 17 Oktober 2018

Romance Talk 2018 #1

Yo.

Akhirnya gua nulis ini.
Bangun pagi.
Sudah ngopi.
Ngopi bukan karena gua "nggak ngopi, nggak afdol", tapi karena gua punya kopi dan gua pengen minuman manis. Ada bedanya.
Sudah mandi.
Sudah siapin menu makan siang dan malam.

Saatnya menulis.

Kali ini, sepertinya gua akan nulis tentang sejarah perjalanan kehidupan romansa gua.
Dengan sejarah, maksudnya cerita secara kronologis.
Dengan perjalanan, maksudnya gua seringnya hanya diam dan merenung sendiri.
Dengan kehidupan, maksudnya ya, hidup.
Dengan romansa, maksudnya mungkin gua merasa rasa-rasa yang tidak pernah diungkapkan.

Bab I. Masa Pra Sekolah (1995-2000)
Nggak ada apa-apa tuh.
Nggak ada kisah-kisah "oh, bayi ini udah akrab sama bayi lainnya".
Di taman kanak-kanak, gua masih mikirin main dan puzzle dan bak pasir dan ayunan aja.

Bab II. Masa SD (2001-2006)
Secara teknis, nggak ada.
Secara praktis, mungkin gua pernah suka dengan beberapa cewek. Kira-kira sebagai berikut.
=> Secara akrab, gua merasa pernah akrab dengan seorang cewek karena kita adalah geng di 1 jemputan yang sama. 4 bocah yang seangkatan, rumahnya di 1 komplek. Pas kelas 1 SD, kita naik jemputan secara eksklusif karena pulangnya duluan dibanding angkatan yang lebih tua. Pas kelas 2 SD, kita naik jemputan secara eksklusif karena sekolahnya mulai lebih telat dari angkatan yang lebih tua. Sering ketemu, ya akrab dah.
=> Gua inget juga pernah suka dengan seorang teman sekelas. Lagi-lagi, sering ketemu jadi pemicu utama. Gua udah lupa sih namanya siapa.
=>  Gua inget pernah tertarik dengan seorang kakak kelas. Aye. Ilustrasi: Siang hari, waktunya pulang sekolah, jemputan sekolah masih parkir di tempat parkir di lingkungan sekolah. Gua nunggu di dalam mobilnya, sambil melihat keluar jendela. Duduklah di bangku yang ada di sisi, seorang siswi SMP yang tidak diketahui namanya. Gitu deh. Semacam penyegar di tengah hari yang panas dan membosankan.
Di akhir kehidupan SD swasta, gua memutuskan untuk lanjut ke SMP negeri. Dengan kata lain, hilang sudah kontak dengan kawan-kawan yang mayoritas lanjut ke SMP yang dikelola yayasan yang sama. Sempet ada kemungkinan gua lanjut sekelas dengan seorang temen cewek, tapi dia nggak keterima jadinya ya sudah.

Bab III. Masa SMP (2007-2009)
Secara teknis, nggak ada.
Secara praktis, pernah ada 1.
=> Secara akrab, gua pernah akrab dengan beberapa temen cewek yang sekelas. Polanya makin jelas kan. Gua emang gitu orangnya.
=> Gua pernah suka dengan 1 temen cewek sekelas, waktu itu di kelas 2. Sekelas, duh. Momen yang paling terkenang adalah suatu pagi, sebelum acara kunjungan ke sekolah lain yang perjalanannya makan waktu sekitar 1 jam. Gua udah standby di gerbang depan sekolah bersama beberapa temen sekelas. Bro gua saat itu, bisa dibilang juga sebagai pasangan bromance gua selama SMP, sebut saja LKM, belum sampai. Begitu pula dengan cewek yang lagi gua suka ini. Pas si cewek ini masuk ke sekolah, beberapa temen gua bilang "Eh, itu si LKM dateng", sebagai candaan ke gua. Tanpa angin dan hujan, gua merespon dengan "Eh kok LKM jadi cantik?" BOOM! Roasting pun dimulai. Kekacauan pagi itu membuahkan (1) sedikit trauma dalam diri gua untuk berurusan dengan hal-hal romantis (2) perang "nama bapak" di kelas gua yang dimulai oleh gua dan seorang teman sekelas. Liar.
Akhir dari SMP, dari orang-orang yang bisa gua sebut sebagai temen, cuma ada 1 orang temen cowok yang sempet sekelas yang lanjut ke SMA yang sama. *angin berhembus*

Bab IV. Masa SMA (2010-2012)
Secara teknis, masih nggak ada.
Wajib belajar = masa jomblo. Liar.
=> Kelas 1 SMA, gua sempet suka sama temen sekelas. Gua pernah nulis tentang ini di blog ini. Petunjuk lebih lanjut, gua nulis di blog ini, tapi bukan berupa postingan. Gitu deh. Kalau tertarik, selamat mencari. Di masa ini, gua jadi kenal dengan cewek yang akan gua suka di kelas 2.
=> Kelas 2 SMA, cewek itu jadi sekelas sama gua. Di kelas ini, karena atmosfer pertemanan di kelas sangat kuat (menurut gua), gua jadi lebih akrab dengan beberapa orang, termasuk beberapa temen cewek. Pada masa-masa ini, gua mulai keranjingan SMSan dengan temen-temen. Momen yang cukup terkenang adalah gua pernah rajin ngirim SMS cerita lucu (buatan sendiri atau yang gua dapet di internet) atau pantun (sekonyol-konyolnya ini, kenyataan tetap kenyataan) ke beberapa temen cewek. Sangat memalukan? Nggak juga. Dulu gua melakukannya dengan serius, pemikiran matang, dan bangga. Lucu? Banget. Menurut gua ini kualitas sketsa komedi atau standup comedy.
=> Kelas 3 SMA, gua sekelas lagi dengan temen cewek yang gua suka di kelas 1 dan kelas 2. Dualisme? Pada saat-saat tertentu, ya, tapi secara keseluruhan, gua masih suka sama temen cewek yang dari kelas 2. Salah satu momen yang terkenang adalah kita sekelas pernah nonton film Habibie & Ainun sepulang sekolah di kelas pakai proyektor [Habibie & Ainun = top 10 film terbaik yang pernah gua tonton, top 2 film paling mengharukan yang pernah gua tonton]. Kita sekelas terharu, pastinya. Gua menahan tangis, tapi akhirnya turun juga karena gua ngeliat bro-bromance gua nangis [Fakta: seorang bro butuh bro-nya untuk bisa menunjukkan emosi non-bro]. Waktu itu, temen cewek ini duduk di sebelah gua gitu. Menarik sekali.
Bab V. Masa Kuliah Strata 1 (2013-2017)
Secara teknis, masih nggak ada.
Semakin terkikis, semakin terlupakan.
=> Masa-masa orientasi. Secara natural, akan ada seorang cewek seangkatan yang "paling menarik, yang juga dikagumi oleh para senior". Deket nggak. Akrab nggak. Berlalu tanpa ada apa-apa.
=> Masa-masa pra bidang minat. Selama kuliah, gua menyebut diri gua kupu-kupu malam. Kuliah-pulang-kuliah-pulang, tapi malam hari aktif untuk kegiatan non studi (main bareng temen atau organisasi jurusan). Begitulah sehari-hari.
=> Masa-masa bidang studi. Di bagian awal, gua mulai mengenal beberapa temen sekelas dengan lebih dekat, termasuk temen cewek. Sekelas, bahas tugas, ya sering ketemu deh. Seiring waktu berlalu, gua dan temen-temen makin sering main bareng. Kita pernah ke bioskop bareng. Kita pernah ke karaoke [karo kowe] bareng. Kita pernah begadang di lab bareng. Kita saling merayakan ultah satu sama lain dengan perayaan kecil + kue berlilin. Pada masa-masa inilah gua jadi suka dengan seorang temen cewek. Gua pernah nulis tentang ini di blog ini juga. Momen-momen terkenang diantaranya gua beberapa kali ngebonceng dia, pernah sekali nemenin makan malem, dan gua pernah dia culik ke kedai kopi. Terlalu menarik. Terlalu menarik.
Kesimpulan
Kalau lu mengikuti cerita ini dengan seksama, maka lu akan ikut menyadari bahwa sampai akhir cerita, gua masih gua banget.
Gua belum bisa mengangkat pembicaraan yang mungkin menarik untuk diangkat.
Gua belum bisa mengatakan yang ingin gua katakan.
Gua belum bisa menyatakan yang ingin gua nyatakan.
Akhirnya, nggak ada yang berlanjut sampai ke tingkat selanjutnya, terutama karena perpisahan. Mungkin kita masih berteman, tapi ya akhirnya "dicukupkan" sampai disitu aja.
Dan sepertinya karena luka lama dan pembawaan alami gua, dipupuk dengan sekian lamanya gua nggak pernah meruntuhkan tembok penghalang itu, gua semakin tumpul dalam hal romantika.
Entahlah. Mungkin gua cuma ingin ada yang bisa disalahkan. Kemungkinan besarnya itu sih. Gua belum ada dorongan untuk berubah dan lingkungan tidak mendukung. Tuh kan gua malah menyalahkan yang lain lagi.

Begitulah cerita gua.
Yoho~

Jumat, 12 Oktober 2018

From Real-Time Systems to Real Life

Yo.

Sistem yang real-time itu bukan soal really fast.
Sistem yang real-time itu 100% tentang really, really on schedule.
Ketepatan.
Bukan kecepatan.

Menurut pepatah, performa sistem terhadap ketepatan waktunya bisa diklasifikasikan.
Hard, soft, firm, best-effort harus dinyatakan.

Hard real-time adalah ketika sistem didesain sama sekali nggak boleh bekerja melebihi deadline-nya.
Telat = bencana.
Contoh: komputer yang ada di pesawat.

Soft real-time adalah ketika sistem didesain untuk boleh melewati deadline-nya, dengan catatan performanya akan berkurang.
Telat = meh.
Contoh: aplikasi streaming.

Firm real-time adalah ketika sistem didesain untuk boleh melewati deadline-nya. Sistemnya cuma nggak akan menghasilkan respon apa-apa.
Telat = Lho? LHO???
Contoh: GPS.

Best-effort adalah ketika sistem didesain untuk kerja tanpa deadline. Asalkan ada respon, bersyukurlah.
Telat ? Apaan tuh?
Contoh: Aplikasi e-mail.

...
Eh barusan gua ngomongin materi kuliah atau ngomongin orang?

Yoho~

Rabu, 10 Oktober 2018

Interview Workshop

Yo.

Gua belom sempet nulis yang mau gua tulis.
Saat ini, cerita ini lebih penting.
Cerita pertama di kuartil akhir 2018 yang bikin gua langsung mikir, "GUA HARUS CERITAIN INI!"
Kenapa gua malah ceritain ini ke blog dan bukan ke orang?
Sike, I have tweeted this shite.
Kalau lu ada komentar selain susunan bahasa tentang kalimat diatas, maka terima kasih atas konsentrasinya.
Gua emang gitu orangnya.
.
Yuk mari.
.
Hari ini gua ada kuliah sampai jam 17:30 waktu lokal.
Hari ini gua ada pelatihan singkat wawancara ala Eropa mulai jam 17:30.
Ngeri? Betul.
Gua telat ke pelatihannya.
Gua masuk ruangan, orang HR dari salah satu perusahaan multinasional + peserta yang lain udah rapi. Udah cakep di posisi masing-masing. Udah pada ngobrol pula.
Tikitikitikitikitikitiw. Duduklah gua.
...
Tiba saatnya gua yang perkenalan diri.
Pernah nggak lu ke wawancara, tapi nggak nyiapin mau ngomong apa?
Nggak? Bagus! Selain itu praktek yang normal dan disetujui masyarakat, lu juga bukan gua.
Gua pun mulai bercerita. Was wes wos.
Sangat logis kalau lu beranggapan kalau gua nggak bercerita dengan maksimal.
Komentar yang gua terima, dengan perubahan, kira-kira gini:
1. Hindari bilang kalau "lu tertarik dengan bidang ini karena bapak lu kerja di bidang tersebut"
=> kurang pantas untuk dikatakan. pemilihan katanya dibikin yang lebih cuchok meong
2. Poin yang menarik ketika lu bilang kalau "dari pengalaman magang sebelumnya, gua jadi kenal lingkungan kerja sesungguhnya; gimana ngomong ke pegawai, gimana ngomong ke orang subcon, gimana ngomong ke manajer"
=> gurih, cocok untuk menunjukkan kalau kita ada potensi beradaptasi ke lingkungan kerja beneran
3. Jangan kelamaan ceritain sesuatu, terutama kalau itu cuma poin penjelas
=> ngabisin waktu
4. Jangan ngomong kecepetan
=> telinga HR harus dihargai
5. Hubungan antar poin, antar pengalaman, antar "dulu" ke "sekarang" itu penting.
=> nice segue = nice story = this I like

Gitu deh.

1 poin penting lain yang mesti gua ceritakan adalah fakta bahwa kalimat gua yang satu ini dinilai tidak masalah.
Kira-kira gini: One of the main reason for me to come to Europe is because I like the temperature. In Indonesia it is hot and here, it is cold. I am also very interested in the food. I am interested in culinary stuff.

I said it, and I survived.

Gitu.
Yoho~

Rabu, 03 Oktober 2018

Just A Question ?

Yo.

Gua mungkin kembali jadi diri gua yang dulu lagi.
Singkat kata (walaupun belum ada penjelasan), gua kepikiran untuk nyeritain hal-hal yang belum gua ceritain disini.
Tak disangka dan tak dinyana, gua kepikiran untuk nulis cerita cinta gua.
Nggak bagus, nggak indah, nggak bikin gregetan, tapi mungkin menarik dan bikin jijik.
Kalau nggak ada yang nolak, maka gua bakal tulis dalam beberapa hari lagi. Mungkin besok sih.

Yoho~

Sabtu, 22 September 2018

Procrastination, But Sad

Yo.

Gua masih belum kecanduan dari yang satu ini.

Menunda.
Hmmmm~
Terlalu manis untuk dilupakan.

Oh!

Hari ini gua nggak kuliah seharian karena gua bangun dalam keadaan nggak enak badan.
Praktik ini udah gua mulai sejak memasuki tahun ketiga kuliah S1.
Bukan soal "nggak kuliah karena nggak enak badan," tapi lebih umum lagi ke "nggak keluar kamar karena nggak enak badan."
Sialnya, alasan terbaik yang bisa gua berikan adalah "gua butuh istirahat."
Dan sangat tidak mungkin gua bilang "sejak mulai sekolah dulu, gua nggak boleh absen karena nggak enak badan sama ibu gua."
Gak banget kan?
Begitulah.

Terus sekarang gua minimal punya 1 tugas tambahan, 1 tugas yang belum gua nyatakan dan rampungkan, 1 pikiran untuk dipikirkan, urusan kuliah umum, urusan rencana setelah lulus, dan lain sebagainya.

Haha.

Seenggaknya gua nemu Benedict Cabbagepatch di Google.
Lol.

Yoho~

Senin, 17 September 2018

Today Is The 17th

Yo.

Hari ini gua gak ada kuliah.

Bangun jam 5.30 pagi.

Anime (disela sarapan jajanan + teh manis dingin) sampai jam 11.

Makan siang.

Anime sampai jam 16.

NGERJAIN TUGAS CODINGAN SECARA TERTULIS DENGAN CEPAT TEPAT DAN AKURAT, SEMOGA SIH sampai jam 17.15

Nulis di blog ini sampai sekarang.

Rencana:
Mungkinkah abis ini saatnya melanjutkan tugas yang lain? Mungkin.
MAKAN MALAM mungkin jam 18.
Nunggu matahari terbenam sampai sekitar jam 22.
Gitu.

Besok bangun jam 5.30 lagi. Biar asik aja.

Yoho~

Rabu, 05 September 2018

BACK TO SCHOOL, BEYBEE

Yo.

Saya masih sekolah.
Doakan saya lulus tepat waktu.

Mau lulus cepat, gak bisa karena dibatasi regulasi kampus.

Mau lulus lambat, gak bisa karena uang beasiswa cuma sampe setahun ini aja.

Yoho~

Sabtu, 25 Agustus 2018

2018 Mid-Year Inspiration

Yo.

Ilustrasi:
Seorang mantan anggota beret hijau KNIL => berlayar => pegawai BUMN => kakek gua

Seorang pemuda yang gagal tes masuk sekolah pilot sampai 3 kali => masuk ke sekolah teknik radio penerbangan => bapak gua

Seorang pemudi nelayan yang pernah bersukarela nggak naik kelas pas SMA demi menemani temannya yang tidak naik kelas => ke Jakarta untuk lihat bis tingkat => suster => ibu gua

Seorang anak pertama yang bermimpi menjadi astronom atau arsitek atau psikolog => aktivis segalanya pas SMA => gagal masuk ke semua bidang yang diimpikan dan gak mau kuliah => jalan 3 tahun jadi kopilot di maskapai nasional sambil nyicil rumah

Seorang anak yang merupakan satu-satunya anak kedua di rumahnya => EH ELO KIDAL YA??? => kuliah ke ujung pulau demi jarang dikunjungi orangtua, demi mengerjakan skripsi "alien" => belom bosen kuliah sampai ke benua lain dengan beasiswa yang didapat

Komentar:
Mungkin hidup lu saat ini asem, tidak bahagia, tidak memuaskan, tidak ada tujuan.
Mungkin saat ini lu jadi males baca postingan ini karena udah bosen dikuliahin soal pentingnya membenahi hidup.
Mungkin saat ini lu udah siap ngeklik tanda X di tab ini karena kalimat sebelumnya itu emang lu banget.

Gua cuma mau bilang aja kalau keluarga gua itu penuh cerita perjuangan. Kita bukan keluarga yang selalu aman dan nyaman. Bahkan, nama keluarga gua pun bukan penghargaan yang bisa dibanggakan, tapi kebetulan yang mesti disyukuri aja.
Kalau keluarga gua bisa bertahan sampai seperti ini, mungkin lu juga bisa.
Monggo dicoba.

Komentar pribadi:
Gua aja sampe sekarang masih belom yakin mau ngapain selanjutnya. Gua juga masih mencari, masih jalan-jalan, masih keliling-keliling, masih memilih dan memilah.
Kalo gua bisa, lu juga bisa. Setidaknya itulah yang gua percaya.

Kesimpulan:
Mohon maaf kalau postingan ini tidak jelas.
Blog ini memang dijiwai oleh semangat spontanitas emosional dan gaya tulisannya adalah tidak berstruktur. Silakan ke blog laon kalau ingin tulisan yang bermutu.

Yoho~

Jumat, 17 Agustus 2018

17 Agustus 2018

Yo.

Akhirnya gua nulis lagi.
Mungkin ini saatnya gua kembali nulis secara rutin lagi dan menyudahi hiatus yang tidak pernah gua umumkan.
Gitu.

17 Agustus!
Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia! WOOOOOOO!!!
Mungkin gua nggak seharusnya teriak. Sekarang masih jam 6 pagi dan gua masih di dalam kamar.

17 Agustus!
Terakhir kalinya gua merayakan hari ini secara formal adalah pada saat kelas 1 SMA. Waktu itu, kelas gua jadi perwakilan dari sekolah gua untuk upacara bendera di alun-alun kota. Seinget gua sih gitu.
Berarti, itu 8 tahun yang lalu. Atau 7. Diantara itu lah pokoknya.
Terakhir kalinya gua ikut kegiatan perayaan di daerah perumahan gua adalah saat kelas 5 atau 6 SD. Waktu itu, gua ikut pawai keliling komplek. Gua pakai baju polo hijau yang kebesaran dan bisa dibilang cukup dekil.
Intinya, sudah sangat lama sejak terakhir kali gua aktif menikmati perayaan di hari ini.
Secara pasif, gua selalu menikmati hari liburnya.
Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa gua adalah orang yang tidak tepat untuk berkata-kata yang bagus dan memotivasi di hari ini.
Walaupun begitu, gua tetep akan nulis sesuatu yang bisa jadi akan ke arah sana, karena ini blog gua dan gua bisa nulis apa aja.

17 Agustus.
Hari Kemerdekaan.
Kita bisa ngomongin arti dari kemerdekaan disini, tapi udah ada KBBI untuk itu.
Jadi mari yang kita omongin adalah interpretasi dari gua.
Kemerdekaan.
Merdeka.
Bebas (?)
Bebas berbatas (?)
Bebas tanpa batas (?)
Merdeka.
Mandiri.
Merdeka.
Bebas mengatur diri sendiri.
Sip.
Menurut gua, gua belum merdeka secara utuh.
Gua belum merdeka dari rasa takut, rasa malu, rasa tertekan, dan kesendirian. Nggak setiap hari sih.

Mungkin kita semua, seenggaknya sampai angkatan gua, diajari untuk membawa nama keluarga di pundak kita. "Kamu punya marga ini. Orang-orang akan melihat kehidupan keluarga ini dari kehidupanmu." Melihat keluarga, maka tak lepas dari suku dan budaya.
Melihat keluarga gua sendiri, kadang-kadang gua merasa cuma sebagian orang yang berusaha menjaga nama keluarga secara aktif. Mungkin tidak terlihat dari luar, tapi begitu gosip dalam keluarga sudah mengalir, banjir, bosku. Masih ada oknum-oknum yang bisa dibilang, "meninggalkan bekas sepat dan asam di mulut selesai dibicarakan."
Kadang-kadang gua merasa, untuk apa gua melakukan apa yang sudah gua lakukan selama ini.
Mencoba selalu berkelakuan baik di sekolah.
Mencoba mendapat nilai yang sebagus-bagusnya di setiap kesempatan hingga akhirnya dapet ranking 1 pertama kali ketika kelas 2 SMA.
Melaksanakan kuliah dicukupkan di semester kedelapan, dengan dibumbui aktivitas organisasi jurusan di tahun ketiga dan mengurus kegiatan praktikum di lain kesempatan.
Sarjana tanpa wisuda. Langsung berangkat ke luar negeri untuk lanjut S2. Ngeri.

Kadang-kadang, gua berpikir disaat harusnya nggak mikir. Ngeri.
Dan hasil pemikiran gua adalah, "untuk apa gua melakukan semua ini kalau suku gua masih dikonotasikan sebagai kumpulan preman di satu sisi, dan kumpulan penyanyi di sisi lain."
Kadang-kadang, gua berpikir apakah alasan gua selalu melakukan hal-hal yang "aneh dan tidak jelas" adalah supaya gua menjadi cerminan yang baru dari keluarga gua? Mungkinkah gua berjuang sejauh ini adalah supaya ketika orang-orang memikirkan suku dan/atau keluarga gua, maka mereka akan menyadari bahwa ada sisi lain yang tidak umum, tidak populer, tapi jelas terlihat dan perlu diakui?
Q: Apakah gua adalah seseorang yang mau menanggung banyak hal di bahunya?
A: Kalau nggak ada yang mengajak gua bicara, ya.

Mungkin postingan ini harusnya diberi judul "17 August Rant" atau semacamnya.
Mungkin orang yang baca postingan ini akan berkomentar "ini anak ngomong apa sih???"
Mungkin tulisan gua emang belum memiliki struktur yang tepat, yang sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan.
Mungkin kalau gua ditanya secara langsung tentang hal-hal diatas, gua akan bilang "nggak usah dipikirin", "selaw aja", atau gua cuma bisa diam dan tersenyum.
Mungkin gua cuma pengen nulis ini karena gua merasa butuh nulis ini.
Mungkin gua cuma ingin merasakan sedikit kelegaan dan kemerdekaan di hari yang spesial ini.
Mungkin gua cuma ingin diingat sebagai seorang teman.
Mungkin gua cuma ingin diingat.
Entahlah.
Nggak usah dipikirin~

Yoho.

Kamis, 26 Juli 2018

Brain Food

Yo.

Studi kasus.

Fakta:
Anda sedang berjalan di pinggir sebuah kanal. Pintu masuk ke kawasan apartemen anda tinggal 100 meter lagi.
Di depan anda, sekitar 110 meter, terlihat ada 2 orang kulit hitam dan salah satunya sedang kencing dengan menghadap ke arah kanal.
Lebih jauh lagi, ada sebuah kapal wisata bergerak menuju anda dengan kecepatan sekitar 5 meter per detik, penuh dengan penumpang orang-orang kulit putih.

Hipotesis:
Dengan asumsi anda menjaga kecepatan berjalan, maka anda akan sampai di pintu kawasan apartemen dalam 10 detik, sekitar 2-3 detik lebih dahulu dari kemungkinan terjadinya peristiwa orang-orang di kapal melintasi orang yang sedang kencing tersebut.

Pertanyaan:
Apa yang akan anda lakukan?

Yoho~
PS. Saya sudah memilih.

Rabu, 25 Juli 2018

My Power Will Be More Than 9000

Yo.

Jadi, begini.
Gua udah masuk 2 minggu ngikutin terapi akupuntur.

Akupuntur.
Diambil dari Bahasa Inggrisnya, acupuncture.
Puncture nyangkutnya ke bagian ditusuk-tusuknya.
Acu disini diambil dari istilah accu untuk kendaraan.
Kalau lu percaya kalimat diatas, lu perlu sekolah lebih lama.
Acu disini pastinya bukan kependekan dari accurate karena jarumnya kemana-mana.
Kalau lu percaya kalimat diatas, lu nggak kenal selera humor gua.
Acu disini adalah kamu. Kamu disini adalah acu.
Sebaiknya gua hentikan bahasan definisi ini.

Akupuntur.
Jadi ya gitu.
Beberapa jarum khusus ditancapkan secara strategis di beberapa titik yang tidak bisa gua sebutkan satu persatu. Dan sampai sebelum gua ngalamin sendiri, pengetahuan gua cuma sampai disini aja.
"Anda Tidak Akan Percaya Apa Yang Terjadi Selanjutnya!!!"
Stafnya masangin kabel-kabel dengan ujung jack capit.
Generator dinyalakan.
BOOM.
Sinyal periodik dengan voltase tertentu mulai mengalir.
"Nyut nyut!" Itulah yang dirasakan oleh bagian tubuh gua dimana jarum-jarum ditempatkan.
"...." Itulah yang gua katakan. Kalo berisik kan, gak sopan ke petugas-petugasnya.
Kalau lu menganggap kisah ini bohongan, maka lu mungkin menganggap gua melebih-lebihkan atu mengada-ada. Untuk itu, gua mau klarifkasi: emang gua lebih-lebihkan di bagian-bagian tertentu, tapi prosedurnya beneran.
Kalau emang ternyata nggak bener, berarti gua kena hipnotis atau kliniknya pake pembersih lantai dengan halusinogen yang terlalu kuat.

Akupuntur.
Gua nggak tau apakah terapi ini manjur atau tidak.
Gua nggak tau apakah gua bakal beneran jadi Super Saiya setelah terapi ini selesai.
Yang gua tau adalah badan gua dipasangi jarum-jarum secara strategis, terus gua disetrum.
Gitu deh.

Yoho~
PS. Ini bukan postingan promosi. Jangan tanya gua ke klinik mana atau biayanya berapa. Gitu.

Senin, 23 Juli 2018

Say Hi

Yo.

Blog ini sudah mati terlalu lama.
Mungkin nanti gua akan nulis lebih banyak cerita disini.

Yoho~

Jumat, 13 Juli 2018

Highlight of The Day

Yo.
Duduk di depan kipas angin ketika perut penuh adalah bunuh diri.
Duduk di depan kipas angin setelah mengosongkan usus adalah kenikmatan.
Yoho.

Kamis, 12 Juli 2018

A Few Random Things

Yo.

Gua masih gak yakin mau bikin postingan berstruktur selama liburan ini, jadinya nikmati dulu lah tulisan gua yang sangat tidak berujung ini.

[Sedikit Pencerahan]
Kalau lu tau isi kepala gua, yang mana tidak banyak yang bahkan ingin tahu, maka lu akan tahu bahwa gua sering memikirkan hal-hal negatif dalam rangka menghindari hal tersebut. "Kalau gua nggak belajar, gua akan sedih saat ngerjain soal", "kalau gua kurang hati-hati disini, gua bakal jatuh dari motor dan melukai orang yang gua bonceng", dan "kalau gua gak masuk kelas, pasti nanti ribet ngejarnya", dan sebagainya jadi makanan sehari-hari gua. Intinya, hampir semua pikiran yang bakal merusak santainya hidup gua akan gua pikirkan.
Gua masih terus mencari penyebabnya; kenapa gua senang memikirkan hal-hal yang tidak enak dipikirkan dan dibayangkan. Akhir-akhir ini, gua kepikiran "mungkin karena orangtua gua lebih mengajarkan untuk 'jangan ini, jangan itu' dan 'kalau kamu begini, akan dihukum seperti ini'.
Beberapa hari yang lalu, gua mendapat opsi jawaban yang lain: mungkin karena orangtua gua sering menitikberatkan hal-hal negatif dalam sisi hal yang sedang dibicarakan. Lagi naik mobil, mobil yang tukang selap-selip dibahas. Lagi nonton TV, ketidakpercayaan ke politisi dibahas. Lagi menyiangi sayuran, kenaikan harga dibahas. Hmmmmmmmmmmmmmmmmm~
Apapun alasan sebenarnya, yang pasti gua merasa bahwa menyalahkan orangtua atas hal yang gua lakukan adalah tidak baik dan tidak pas. Seburuk-buruknya isi pikiran gua, kalau gua tetep menghasilkan pemikiran-pemikiran semacam itu, mungkin suatu sisi diri gua ingin terus melakukannya. Entahlah.

[Sedikit Kecemburuan]
Kenapa kakak gua bisa bebas keliling kota dengan mobilnya sementara gua mau ke stasiun kereta terdekat aja masih susah dikasih izin untuk bawa motor sendiri?
Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Gitu dulu ah.
Yoho.

Minggu, 08 Juli 2018

Same Shite, Different Response

Yo.

Tong kosong nyaring bunyinya.
Daripada blog ini kosong, mari kita isi dengan isi-isian.

[SAYA SUDAH S2]

BAB 1. Bikin SIM Lagi

Pak Polisi : Renato
Renato : Yo, Bro.
Pak Polisi : (data pribadi)
Renato : Betuls.
Pak Polisi : Pekerjaan?
Renato : Pelajar, Pak?
Pak Polisi : SMA mana?
Renato : Kuliah, Pak.
Pak Polisi : Lho berarti mestinya mahasiswa.
Renato : Siap, bosque.
Pak Polisi : Kuliah apa?
Renato : Aeronautika.
Pak Polisi : APAAN TUH? *ngedip mata sebelah*
Renato : Tentang pesawat gitu deh.
Pak Polisi : Dimana tuch?
Renato : Di Prancis, Pak.
Pak Polisi : Sumpeh lo???
Renato : Ciyus
Pak Polisi : *manggil temen sebelahnya* Cuy cuy, ini anak kuliah sarjana aja sampe ke Prancis.
Renato : S2, Pak.
Pak Polisi : WADADAW!
Bu Polisi : Nilainya bagus kali.
Pak Polisi : S1 dulu dimana?
Renato : ITS, di Surabaya.
Pak Polisi : Negeri tuh?
Renato : So pasti.
Pak Polisi : Yaudeh. Jangan makan mulu dong lu!
Renato : Siap, Kapten!
...

BAB 2. Selesai Ibadah

Seorang kenalan : Selamat Hari Minggu.
Renato : *senyum, balas jabat tangan*
Seorang kenalan : Sekarang gimana?
Ibunya Renato : Sekarang S2, di Prancis.
Seorang kenalan : Wajegile.
Renato : *senyum*
Seorang kenalan : Hmmmmmmmm Prancis, ya... Disana, makannya gimana? Biasanya makan apa?
Renato : Paling kentang.
Seorang kenalan : Hmmmmm kentang... Nasi ada?
Ibunya Renato : Beras ada kok disana
Seorang kenalan : Hmmmmmmmm ada beras disana...
Renato : *masih senyum-senyum aja karena katanya konsistensi itu penting*
...

SELESAI.
*lagu penutup*

Yoho.

Rabu, 04 Juli 2018

A Nominal Day In HQ

Yo.

Gua lagi bosen, jadinya gua nulis ini aja deh.

[MAKAN SIANG]
La Signora Grande memasak, lalu istirahat.
Der Weise Vater mengambil makan secukupnya.
La Signora Grande mengambil makan secukupnya + menu kemarin yang dihangatkan.
Gua mengambil makan secukupnya. Serius.
Kakak gua nggak ada karena lagi terbang entah kemana.

[JAJANAN]
La Signora Grande : Jangan sering-sering jajan, dong.
Der Weise Vater : *ngangguk*
La Signora Grande : Ini ada kue lebaran dan buah dan keripik dan... dan...
Der Weise Vater : *tidur siang*
Gua : *makan jus jambu yang beku di kulkas padahal nggak ditaruh di freezer. MAKAN JUS JAMBU*

[WAKTU GABUT]
Der Weise Vater : *masih tidur siang*
La Signora Grande : *main hp sampe jago*
Gua : *laptopan*
Kakak gua : *nggak keliatan karena belum pulang karena masih terbang*

[MALAM HARI]
Der Weise Vater dan La Signora Grande berdebat karena nonton TV.
La Signora Grande : Pulangkan saja~
Der Weise Vater : Nanti jadi nelayan lagi, gitu?
La Signora Grande : Emang gitu sih! Huft!
Der Weise Vater : Emang mamamu ini dulunya duyung, terus siripnya papa potong.
Gua : *diam saja*
La Signora Grande : *pasang muka sebel*
Kakak gua : *baru pulang* YUK DEK MAEN PS BARENG!

Yoho~

Minggu, 01 Juli 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Trente : Talent / Skill

Yo.

Yes akhirnya gua bohong lagi.
Sekarang jam 10.24 waktu lokal dan gua baru mulai nulis.

Berhubung gua udah pernah nulis tentang kemampuan gua, mungkin kali ini gua tulis tentang bakat / kemampuan yang sedang gua kembangkan saat ini. Bisa juga ada yang pengen gua tulis aja sih.
Gua bersyukur atas pendidikan pemrograman yang sudah gua terima sampai saat ini. Berkat sekolah, gua sudah pernah menggunakan beberapa bahasa pemrograman dengan berbagai aplikasi / IDE. Sekarang, gua jadi semakin peka dalam hal "ooh bahasa ini itu mesti begini atau begitu", "ini format coding-nya begini", "mungkin bisa diakali pakai cara ini", dan sebagainya. Singkat kata: semacam sense of programming. Beberapa contoh yang bisa gua syukuri adalah gua suka gregetan kalau temen gua ada yang nulis programnya dengan tabulasi yang nggak cocok. Oomph!
Gua bersyukur atas meningkatnya toleransi gua ke keterlambatan. Hobi gua kan emang berangkat ke suatu tempat pada waktu tertentu supaya gua sampai minimal 30 menit sebelum acara utama dimulai. Akhir-akhir ini, gua sampai di tempat sekitar 5 menit sebelum acara dimulai. Hmmmm~
Gua bersyukur atas kemajuan kehidupan teknologi gua. Gua makin banyak pake aplikasi di smartphone gua. Internet banking termasuk yang paling penting. Aplikasi transportasi umum, penting. PUBG mobile, two chicken dinners in two games, beybee! #noob
Gua (sepertinya) bersyukur atas konsistensi tata krama berkirim pesan yang masih gua anut. Sederhana aja sih: nama (+ gelar, jika ada) diawali huruf kapital, usahain balas pesan sesuai suasana yang sudah terbentuk, tulis pesan sejelas mungkin tanpa adanya kemungkinan makna ganda, jangan takut minta maaf, dan ikuti tren berbahasa yang beneran bakal dikatakan di dunia nyata aja (wkwkwkw, kuy, lol, dsb).

Yap.
Kira-kira gitu.
Dengan demikian, berakhirlah 30 hari tantangan ini.
Akhirnya tamat juga.
Mulai besok, kembalilah kita ke konten tanpa kerangka. Bukan berarti sebulan ini kontennya punya kerangka yang jelas, sih. Spontanitas yang terlalu dipikirkan masih jadi unsur utama blog ini.
Ada komentar? Ada saran? Bagian komentar blog ini masih sepi, kok. Kalaupun gak ada, blog ini bakal tetep hidup, sih.

Gitu deh.
Malam ini juga malam terakhir gua tidur di Toulouse.
Besok kita mulai liburan ini dengan resmi! WOOOYEAAAAH!
Sampai jumpa lagi di tengah perjalanan gua atau mungkin sekalian di HQ-ID aja.
Yoho~~~

Sabtu, 30 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Neuf : Friend / Family Member

Yo.

Semalem gua kepanasan sampe bete segala, makanya gua baru inget nulisnya sekarang.
Semoga dimaklumi.
Sedikit pencerahan, karena di postingan sebelumnya gua udah nyebutin beberapa nama temen dan anggota keluarga untuk alasan yang umum, di postingan ini gua akan memberikan argumen yang lebih spesifik dan terkini.
Gua bersyukur atas Der Weise Vater, yang setiap hari selalu menyapa, nanya basa-basi, dan sebagainya. Emang udah hobinya gitu sih dari pas gua masih di Surabaya. Barusan, beliau nanya gua mau dimasakin apa untuk lusa. OH! OH! Menarik sekali!
Gua bersyukur atas grup WA kawanan bidang studi angkatan gua yang selalu aktif memberi jawaban bagi yang bertanya, walaupun jawabannya suka ngeselin. Oke. Walaupun jawaban dari gua suka ngeselin. Nah.
Gua bersyukur atas seorang sahabat yang minta diingatkan akan sesuatu hal, gua ingatkan via pesan singkat, dan dia mengabarkan bahwa dia masih ingat akan urusan tersebut. Efektif. Menyenangkan.

Kayaknya gitu aja deh.
Buat yang hari ini, bakal gua tulis sekitar jam 16 GMT kayaknya.
Yoho~

Jumat, 29 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Huit : Small Things that Happened Today

Yo.

Postingan reflektif memang cocoknya ditulis di malam hari sebelum bobok.
Gua bersyukur atas munculnya niatan dalam diri gua untuk menyetrika pakaian yang sudah kering sejak seminggu lalu. Iye iye. Dua minggu lalu. Sekarang gua bisa mudik dengan tenang.
Gua bersyukur atas waktu gabut gua hari ini. Sebagai batu di ujung ruangan, gua tidak bisa jauh dari waktu gabut untuk menggabutkan diri. Hmmmmmm~ Bedanya, di hari ini gua jadi bisa ngobrol via telepon dengan seorang sahabat. Kejadian yang jarang terjadi + pembicaraan yang menarik = cerita yang menarik. This is why I prepare spare times every day. This is why and how I survive and thrive.
Gua bersyukur atas suhu hari ini yang tidak terlalu panas. Panas sih, tapi nggak kayak beberapa hari yang lalu yang panas bet. Hmmmmm~
Gua bersyukur atas mendung di pagi hari ini. Bangun pagi tidak pernah senyaman ini dalam beberapa minggu terakhir. Hmmmmmm~

Kayaknya gini udah sip.
Ciao.
Yoho~

Kamis, 28 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Sept : Small Things I Use Daily

Yo.

Beliin gua es krim dong.
Oh shite gua jadi inget sama utang es krim gua ke seseorang!
Yang namanya hutang itu harus dibayar! -Pemberi hutang di segala zaman, kecuali gua-
Bukan berarti gua super dermawan sih, cuma gua emang suka lupa aja.
KEMBALI KE TOPIK UTAMA!
Gua bersyukur atas karet gelang untuk keperluan kantor yang gua beli. Perangkat ini sangatlah cocok untuk mengikat rambut gua dan/atau menjadi pseudo-bandana sehingga rambut gua jadi mirip rambutnya Leroy Sane gitu. Nggak mirip sih. Tapi pada momen yang tepat, bisa mirip. Intinya rambut gua jadi nggak nyentuh telinga gua, yang mana bisa geli di momen yang tidak tepat.
Gua bersyukur atas merek pulpen yang terakhir gua beli. Halus~ Lembut~ Menulis jadi menyenangkan~ Tulisan gua tetep jelek sih. Kalau mau ada kerjasama sponsor atau semacamnya, lu tau lah bisa nyari gua dimana (wink).
Gua bersyukur atas set lap warna-warni yang gua punya. Cocok untuk tatakan piring di meja, cocok untuk membersihkan sesuatu, cocok untuk dipakai sekali hingga terlalu kotor untuk dibersihkan dan jadinya gua buang. Emang luar biasa.
Gua bersyukur atas kacamata gua. Sebagai orang yang sempet menolak fakta bahwa gua harus pake kacamata (pertama kali pake kacamata, mata gua berair terus; gua jadi anak SMP paling mengharukan di kelas 2, pada jamannya), kacamata adalah "barang pendukung kehidupan sehari-hari yang paling nggak bisa gua tinggal". Mungkin gua nggak bisa telepon siapapun. Mungkin gua kekunci di luar rumah. Seenggaknya gua bisa ngeliat dengan nyaman.
Gua bersyukur atas map plastik bening yang selalu ada di tas gua di tiap hari sekolah. Pada suatu masa, keberadaan hujan tidak sebanding dengan kepercayaan diri gua bahwa tas gua bisa menahan tetesan air hujan. #NeverAgain #NeverForget

Kira-kira itu sih.
Yoho!

Rabu, 27 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Six : Forms of Expression

Yo.

Gua barusan minum sekaleng soda karena haus.
Bukan sponsor, jadi mereknya nggak akan gua kasih tau.
Gua bersyukur atas orang-orang di sekitar gua yang bisa berekspresi. Serius. Untuk mempersingkat cerita yang panjang, mari kita sepakati bahwa gua adalah seseorang yang tidak bisa berekspresi dengan normal. Oleh karena itu, melihat ekspresi orang-orang di sekitar gua merupakan kesenangan tersendiri dan pengingat bahwa "menunjukkan ekspresi" bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi bentuk kejujuran dan kesadaran yang layak diapresiasi.
Gua bersyukur atas adanya seorang sahabat sejak SMA yang sangat ekspresif. Mari kita omongin dia karena dia nggak tau tentang keberadaan blog ini. Untuk mempersingkat cerita yang panjang, sebut saja orang ini sebagai orang yang sangat gua percaya dan sangat gua hargai. Dia adalah 1 dari 2 orang yang pernah menginterogasi gua (pas baru lulus SMA) tentang cewek yang gua suka di SMA kita. Gua sadar bahwa waktu itu gua menjawab dengan nama cewek yang gua suka urutan 2, bukan yang urutan 1 pada jamannya. Hal ini sampai saat ini masih jadi semacam penyesalan buat gua untuk tidak mengulang pengkhianatan yang seharusnya tidak terjadi ini. Gua emang gitu orangnya.
Gua bersyukur atas para amatir yang menciptakan suatu karya berdasarkan emosi yang dirasakan. Entah kenapa, gua merasa kalau amatir itu bakal lebih jujur aja di karyanya. Favorit gua : puisi yang cikidiw; puisi, tapi kalo lu tau kalau temen lu yang buat itu dan sedikit latar belakang puisi tersebut, lu bakal bilang "Cikidiw! Hahaha!" Kira-kira gitu. Ringan, bisa dibaca sambil numpang lewat, gratis, dan menurut gua lebih terasa jujur aja.
Gua bersyukur atas orang-orang yang berekspresi dengan "melakukan hal-hal biasa secara luar biasa". Ambil contoh dari suluh tauladan gua dalam hal ini, La Signora Grande dan Der Weise Vater. Der Weise Vater, seperti stereotip figur ayah yang baik, suka mentraktir anak-anaknya ketika mereka mendapat sesuatu yang bagus di sekolah. Bedanya, beliau cuma sangat kurang di bagian "menunjukkan rasa bangga" secara ekspresif, setidaknya itulah yang gua rasakan. La Signora Grande, bisa terlihat kalau ada perayaan khusus di rumah: ulang tahun, tahun baru, hari raya, dsb. Tanpa angin dan hujan, makanan jadi lebih lezat, lantai jadi lebih wangi, teguran jadi lebih lembut, dsb. Memang suluh tauladan remaja.
Gua bersyukur atas orang-orang yang bisa mengapresiasi ekspresi gua. Di poin pertama, gua terinspirasi. Gua pun sesekali mencoba berekspresi, di momen yang menurut gua tepat, sebisa gua. Seperti yang bisa diharapkan dari gua, biasanya gua ujung-ujungnya akan bikin lelucon yang sangat tidak lucu untuk para pendengarnya, kecuali diri gua sendiri. Yap, lelucon gua setidaknya bisa menghibur seseorang yaitu gua. Oleh karena itu, kalau ada yang paham lelucon gua dan tertawa, gua akan selalu memberikan aplaus dalam hati. Gua sadar bahwa otak gua dipenuhi ilmu eksakta, sarkasme, sesendok makan satire, 4 sendok semen pertimbangan yang buruk, 100 sendok teh meme, dan 1 miligram relevansi ke audiens.

Kira-kira gitu deh.
Ekspresi memang bukan sesuatu yang gampang terlihat dari gua.
Dosen gua yang sekarang pun ada yang mengakui bahwa "Renato itu selalu serius."
Gua lupa apakah pas SD-SMA pernah ada guru yang bilang itu ke gua, tapi pas S1 itu pernah dan sekarang ada lagi.
Huft.
Emang muka gua susah banget nyantainya.
Tapi 1 hal yang mau gua bilang: Gimana gua bisa nyantai di dunia yang menarik seperti ini?
Yap, keluarlah kita dari topik utama.

Yoho.

Senin, 25 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Cinq : Moment of The Week

Yo.

Gua barusan ngetik "Moment of The Wekk" di judulnya.
Terus gua hapus.
Padahal gua pernah bilang kalo blog ini harusnya bebas suntingan.
Hmmm~ DiGiorno~

Sebelum gua mulai nulis, mari kita definisikan "minggu".
Karena hari ini masih Senin, jadi mari kita sepakati bahwa "minggu" adalah dari Senin kemarin (18/6) hingga hari ini (25/6).
Yuk mari.
Gua bersyukur atas ulang tahun Der Weise Vater yang jatuh pada hari ini. Mantap. Selamat berulang tahun. Gua nggak tahu apa yang mesti gua bilang ke seorang bapak berusia 57 tahun. Selamat melanjutkan menikmati masa pensiun, walaupun kabarnya mau ngajar lagi di almamater. Semoga bisa terus mendukung dua putranya yang secara ajaib bisa berkutat di bidang penerbangan. Semoga bisa terus ngakak bareng La Signora Grande. Gitu dulu deh.
Gua bersyukur atas selesainya kegiatan akademik gua di minggu ini yang ditutup dengan presentasi proyek penelitian periode semester 2 pada hari Jumat kemaren. AKHIRNYA! OH! LIBUR SUDAH TIBA!
Gua bersyukur atas sesi akhir pelajaran Bahasa Prancis gua di hari Jumat kemaren. Lumayan. Gua terpaksa ngomong di kelas. Udah lama nggak sih, jadinya menarik aja. Setelah kelas, ada kumpul-kumpul sambil nyemil-nyemil. Hmmm~ Ada yang bawa panganan khas India yang tampangnya manis-gurih tapi ternyata asin-penuh rempah. Kurang sedap. Ada temen gua yang bawa sebotol Jack Daniel's. Kontroversial, tapi disambut hangat. Menarik sekali.

Gitu dulu deh buat hari ini.
Yoho~

Minggu, 24 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Quatre : Challenge

Yo.

Ada yang punya saran hobi yang bisa dilakukan di tengah kegabutan?
Mohon sarannya, Mas/Mbak.
Gua bersyukur atas tantangan yang sedang gua jalankan saat ini, 30 Days of Gratitude Challenge, karena tanpa tantangan ini, kalimat ini tidak akan terbentuk.
Gua bersyukur atas 30 Days of Writing Challenge. Tanpa tantangan itu, gua tidak akan tertantang untuk menantang tantangan lain yang sangat menantang. Tang tang tang.
Gua bersyukur atas 30 Days of Drawing Challenge. Tantangan itu telah membuka peluang bisnis baru untuk gua dan untuk menumbuhkan insting bisnis, gua pastinya memutuskan untuk menjadikannya sebagai peluang kegiatan sosial non-profit. Gua emang geblek kayak gitu orangnya.
Gua bersyukur atas tantangan yang gua bikin sendiri untuk memotivasi diri dalam menjawab pertanyaan "bisa nggak lu jadi yang paling muda di keluarga lu untuk pergi ke luar negeri?" Hasilnya, gua sekarang terlalu jauh dari rumah dan lebih muda dari kakak gua sebagai pemegang rekor anggota keluarga termuda untuk menerbangkan pesawat ke luar negeri. Sambil menyelam minum air, gua juga jadi anggota keluarga termuda untuk tinggal di luar negeri terlama, dan gua masih punya setahun lagi disini. Huehuehue.

Gitu deh.
Udahan dulu ya.
Yoho.

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Trois : Tradition

Yo.

Gabut telah tiba~
Gabut telah tiba~
HATIKU GEMBIRA!!!!!!!!!!!!!
Udah ah.
Gua bersyukur atas tradisi memberi salam. Mendekatkan, menghangatkan, mengasyikkan.
Gua bersyukur atas aroma dan rasa hidangan dari tanah air tercinta. Rasanya kuah bersantan, aroma daun pandan yang mirip vanilla. OH! SEDAP!
Gua bersyukur atas lagu-lagu daerah Indonesia. Beda rasa, tapi satu genre. Oomph! Gua gak paham juga sama apa yang gua bilang barusan. Intinya, sedap didengar~
Gua bersyukur atas batik. Tapi karena gua menikmati baju yang agak kebesaran, jahitannya mesti pas. BATIK!
Gua bersyukur atas kebiasaan makan sayur. Walaupun gua mulai dengan motif "biar sayurnya cepet habis, dan Mama dan Papa nggak akan marah," tapi gua akhirnya menikmati makan sayur. Sedap. Kecuali mungkin terong, pare, oyong, brokoli sekeluarga, kentang rebus, wortel rebus. Selain itu, sedap. Kangkung #1!!!!

Kira-kira gini dulu deh.
Yoho~

Jumat, 22 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-Deux : Story

Yo.

Kegiatan akademik gua di kampus untuk semester ini udah selesai~
Libur telah tiba~
Gua bersyukur atas cerita-cerita dalam hidup gua yang "terlalu aneh untuk menjadi kenyataan", walaupun gua akui bahwa gua hidup untuk mencari cerita-cerita yang terlalu aneh untuk menjadi kenyataan, yang bisa jadi bahan cerita ke berbagai generasi penikmat cerita. Beberapa judul menarik adalah : "Guru Bahasaku Bilang Kalau Aku Terlalu Pemalu III", "Malamku Bersama Yuri Si Parabola", dan "Terlalu Lama Berpikir Di Metro Hingga Lupa Mau Kemana."
Gua bersyukur atas cerita hidup orangtua gua dari kecil sampe akhirnya bisa ketemu. Terlalu menarik untuk terlupakan. Sedikit bocoran: pada jamannya, bosnya Der Weise Vater ngecomblangin doi dengan La Signora Grande. Hmmmmmmm~
Gua bersyukur atas cerita-cerita rakyat Indonesia karena menjadi sumber cerita mistis / fantasi pertama gua. "Malin Kundang", "Hikayat Danau Toba". Spicy~
Gua bersyukur atas cerita-cerita yang disajikan dalam bentuk anime dan manga yang masih saja gua temukan dan masih saja menghibur. Hmmmm~

Gitu dulu deh.
Kalo ada yang mau gua ceritain, tolong cek akun Patreon gua. Link-nya ada di bawah.
Yoho!

Intermezzo : I Hope This Is An Original Joke

Yo.

Q : Which footballer sees Gimli on a daily basis?
A : Clarence... Clarence Seedorf.


Yoho.

PS. Well if you've already seen it from my Instagram account and still doesn't get it, please just let it be.

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt-et-Un : Songs

Yo.

BESOK GUA PRESENTASI HASIL KERJAAN PROYEK UNTUK AKHIR SEMESTER 2 !
WOOOHOOOOO !!!
Gua bersyukur atas lagu-lagu kebangsaan yang sedap, patriotik, dan menarik buat gua. Yang paling spesial tentunya Indonesia Raya. Penghargaan khusus buat La Marseillaise dan Star Spangled Banner.
Gua bersyukur atas lagu pop terakhir yang jadi favorit gua : Tear In My Heart. Terimakasih, twenty one pilots.
Gua bersyukur atas lagu rap yang masih jadi yang paling bisa gua nyanyikan : Where Is The Love?. Terimakasih, Black Eyed Peas.
Gua bersyukur atas salah satu lagu paling lembut yang masih senang gua nyanyikan : Same Drugs. Terimakasih, Chance The Rapper. 
Gua bersyukur atas lagu berbahasa Prancis yang gua nikmati : Dommage. Terimakasih, Big Flo & Oli.

Oomph!
Yoho!

Kamis, 21 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Vingt : Individuals

Yo.

Kabar baik?
Baik-baik aja deh.
Gua sangat bersyukur atas La Signora Grande dan Der Weise Vater karena telah menjadi orangtua yang keren abiz. Suluh tauladan anak remaja!
Gua bersyukur atas kakak gua, Rafael, seseorang dengan inisial nama yang sama dengan gua, karena telah menjadi seorang kakak yang baik, yang menunjukkan jalan yang salah dan tidak sebaiknya dilalui oleh seorang adik dengan cara menghidupi jalan tersebut. Panutan!
Gua bersyukur atas teman, sahabat, kawan, bapak-bapak, tante-tante, dan pihak-pihak lain yang sebutannya bermakna sama. Terimakasih telah menemani gua di berbagai fase dalam hidup gua untuk menjadi teman, kritikus, penonton, penasehat, pemberi contoh, dan peran-peran lain yang bisa diperankan. Hmmmmmmmm. Sebaiknya gua nulis semua nama yang kepikiran nih. Okedeh. Secara kronologis, gua mengucapkan terimakasih yang spesial kepada : William, Ivan (Banglit), Dhayu, Dius, Dea, Bima (LKM), Rizal (CaCO3), Randy, Rhodes, Anggit, Nanda, Bonti, Kania, Dali, Nael (Nale), Frans (Dame), Lukas (Patty), Roinaldo, Jonathan (JG), Satrio (Sawi), Rionaldhie, Wisnu, Muiz, Salman, Ghina, Imel, Ngesti, Andin, Rafi (Onta), Hanung, Dhika, Dennis, Hartadi, Harnando, Adriel, Reyhan (Uda), Togi, Brilian, Pius, Erwin, Julio, Rida, Febrian, Robith, Mery Teja, Nafiar, Fahad, Nindya, Fauqi, David, Kevin (KL), Lukas, Irfan, Faza, Kevianda (Kevin), Rio (Roy), Usman, Dzakwan, Alif, Feris, Alfian (Pacul), Hilmy (Banana), Rifqi (Parlay), David Pui, Radhif, Radifan, Rizal SEN, Rhedylla (Utha), Dwi Rifqi (Kiki, Papoy), Andi (Mbah), Ary, Sarah, Aurum, Isma, Ike, Kevin, Henry (Heng-yi), Liu, Ismael, Adam, Dani, Navein, Sagar, Mani, Dev👌, Theau. Shoutout untuk beberapa senior pada beberapa tahap dalam kehidupan pendidikan gua : David, Yohanda, Filiadi, Reza "Pendiri BONI", Hilman, Putrissa, Ajeng, Syauqi, Istiqomah (Nco), Amin, Syarif, Dennis. Shoutout juga untuk beberapa junior : Wira, Taufik, Bambang, Chandra, Wildan. Buat yang merasa namanya nggak kesebut disini, monggo berkoar.
Gua bersyukur atas para guru, mentor, dan pembimbing yang mendidik dan menginspirasi, diantaranya : Bu Maria, Bu Anggit, Pak Harto, Pak Wahyu, Pak Nandang, Pak Asep (AsMuHi), Pak Muhidin, Pak Lilik, Mrs. Iis, Pak Zakaria (Jack), Pak Khisamudin, Pak Japet, Pak Wahyudi, Bu Nani, (Alm) Bu Titik, Pak Noadi, Bu Dedeh, Bu Indra, Pak Maman, Bu Nony, Pak Endro (Edo), Pak Djoko, Pak Wirawan, Pak Istas, Bu Titiek, Pak Gatot, (Alm) Pak Ansori, Pak Dedet, Mme. Mifdaoui, M. de Saqui-Sannes, M. Fournie, Mme. Puech, Mme. Vilaine. Buat yang merasa namanya nggak kesebut disini, monggo berkoar.
Gua bersyukur atas pihak-pihak lain yang mendukung kehidupan gua, terutama di sisi akademik, dengan memberikan fasilitas, hiburan, bantuan, dsb, diantaranya : Pak Budi, Pak Madi, Kak Feri, Kak Bembi, Pak Toha, Mas Anto, dan yang namanya gua lupa, diantaranya tukang gorengan depan SD gua, tukang gado-gado di kantin SMA gua, tukang minuman buah di kantin SMA gua, sekeluarga pemilik warteg seberang SMA gua, sekeluara pemilik warung makanan di deket kampus S1 gua, tukang martabak langganan gua di Surabaya, sekeluarga pemilik kedai makanan pinggir jalan langganan gua di Surabaya, segenap kru penjaga tempat nge-print di deket kampus S1 gua, segenap kru pengurus warung makan porsi besar langganan gua di Surabaya, segenap kru pengurus warung makan sebelah minimarket di deket kampus S1 gua, mas-mas penjaga kedai ayam dan jamur goreng di area minimarket di deket kampus S1 gua, dan beberapa pegawai minimarket di Surabaya yang shift-nya barengan dengan waktu kunjungan gua.

Kira-kira gitu deh.
Kalau ada yang namanya kesebut dan nggak mau disebut, kabarin gua.
Kalau ada yang namanya salah tulis dan mau dibenerin, kabarin gua.
Kalau ada yang namanya nggak ketulis dan mau muncul, kabarin gua.
Kalau ada yang laper, makan.
Gua jadi pengen makan.
Yoho~

Rabu, 20 Juni 2018

30 Days of Challenge, Numero Dix-Neuf : Touch

Yo.

Gua belom tidur hahahahaha
Yuk ah.
Gua bersyukur atas sentuhan dari orangtua gua. Kehangatan La Signora Grande dan kebijaksanaan Der Weise Vater. Oomph! Terlalu manis untuk dilupakan sepanjang masa.
Gua bersyukur atas sentuhan-sentuhan kecil dari sahabat-sahabat gua yang bisa bikin gua luluh dan semangat dalam mengerjakan hal yang diminta. Sebagai orang yang seneng membantu siapapun yang meminta bantuan (dalam kadar tertentu dan syarat & ketentuan berlaku), ada kalanya gua tidak mau membantu orang tersebut. Entahlah, kalo nggak salah sih istilahnya itu "manusiawi". Tapi, kalo ngomongin sahabat-sahabat gua (yang sampai difase dimana gua akan dengan jujur mengakui orang tersebut sebagai sahabat), ada aja hal-hal kecil yang bisa bikin gua tergugah untuk selalu dalam keadaan siap membantu. Entahlah. Gua juga nggak paham. Apa sih yang gua omongin disini !?
Gua bersyukur atas sentuhan wanita dalam hidup gua. Dan sepertinya akan gua hentikan di kalimat itu aja :3

Udahan ah.
Gua sarapan game dulu.
Sarapan nasi kan udah barusan.
Yoho.
 
 

Senin, 18 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Dix-Huit : Art

Yo.

Perkuliahan sudah hampir habis!
Oh!
WOOOOYEEEEAH !!!
Gua bersyukur atas sulaman Perjamuan Malam Terakhir yang dibuat oleh La Signora Grande. Dipasang diatas TV di ruang keluarga, pajangan ini adalah pajangan yang paling sering gua perhatikan, terutama karena iklan. Oomph!
Gua bersyukur atas The Starry Night karya Vincent van Gogh. Biru dan hitam, adem, enak dilihat, teknik melukisnya menarik. Menarik sekali.
Gua bersyukur atas The Scream-nya Edvard Munch karena, hmmmm, memes :O

Gitu aja deh.
Yoho.

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Dix-Sept : KNOWLEDGE

Yo.

Besok Senin!
SEMANGAT!
Tapi kan lebih asik baca manga sambil tiduran seharian...
SEMANGAT!
Gua bersyukur atas pengetahuan tentang kebudayaan: adat istiadat, nilai kesopanan, nilai kesusilaan, kebiasaan, bahasa, dan sebagainya. Sebagai orang yang sulit dekat dengan orang lain, gua bisa melakukan pendekatan "setidaknya gua tau stereotipnya begini". Emang kurang mantap sih, tapi setidaknya gua punya basis tersendiri yang bisa jadi pijakan sementara dan sejauh ini, gua masih bertahan hidup di berbagai tempat dan kondisi.
Gua bersyukur atas ilmu fisika, khususnya bidang elektro. Gua hampir tidak mau menulis kalimat setelah ini, tapi gua harus. Gua menyukai ilmu fisika, terutama bagian elektronya. Kalo lu satu sekolah dengan gua pas SMA, mungkin lu tau bagaimana seorang guru bisa merubah mood kelas dengan drastis. Yap. Uh-huh.
Gua bersyukur atas sejumput pengetahuan musik yang gua miliki. Lumayan. Minimal gua bisa sedikit menghibur diri sendiri. Udah lumayan lama sih sejak gua nyentuh gitar. Hmmmmmm~
Gua yakin gua udah sering nulis hal ini, tapi gua bersyukur atas hal-hal trivial yang gua ketahui. Mungkin hal-hal tersebut remeh, tapi pengetahuannya tidak bisa diremehkan. Uye.
Yoho.

Minggu, 17 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Seize : Body

Yo.

Hari Sabtu.
Gabut seharian.
Coding sejam dan kelar.
Gua belum main PES.
OH!
Gua bersyukur atas rambut gua. Kita sudah berjuang bersama dengan berbagai gaya. Gundul, potongan pendek, potongan "standar", gaya "belum potong", dan gaya "AFROOOOO!!!" yang baru-baru ini kita capai bersama. Oh!
Gua bersyukur atas mata gua. Sebagai penggemar komunikasi visual, gua menyukai tampilan bergambar, banyak warna, dan sebagainya. Mata gua sudah menemani gua selama ini, sampe berkacamata segala, sampe ada bekas-bekas kapiler darah di banyak tempat. Hmmmm~
Gua bersyukur atas telinga gua. Sebagai seorang anak yang punya hobi mendengar apapun, telinga merupakan aset yang berharga. Kalau lu kepikiran, ya, gua kadang-kadang nguping obrolan orang. Mohon dimaafkan kalau lu pernah nyadar kalau gua nguping tapi lu nggak sempet menegur. Sekarang gua lebih suka denger suara angin.
Gua bersyukur atas wajah gua. Gua memang seseorang yang pendiam dan secara umum terkesan selalu serius, tidak ramah, dan sulit didekati. Menurut gua, bentuk wajah gua secara umum menunjukkan kesan "tidak berbahaya, polos" sehingga cukup menetralisir kesan-kesan tidak baik yang akan terpancar. Setidaknya itulah menurut gua. Mungkin ada yang minat berkomentar karena gua cukup yakin soal hal ini.

Gitu deh.
Sebagai penutup, Eslandia 1 - 1 Argentina #SlowClap
Yoho.

Jumat, 15 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Quinze : Season

Yo.

Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan dan yang menikmati liburnya!
KETUPAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAT!!!
Gua bersyukur atas musim hujan. Adem! Basah! Tapi lebih penting adem! Suara hujan yang bikin nyeri-nyeri-serem tapi agak menenangkan. Hmmmmm~ Soal bunyi hujan bikin nyeri-nyeri-serem, mungkin gua ceritain di lain waktu (kalau emang belum pernah gua ceritain di blog ini). Musim hujan!
Gua bersyukur atas musim dingin! Dingin! Dingin banget! Salju! Salju yang tebal! OH! HUJAN SALJU! JALAN KAKI DI TENGAH HUJAN SALJU DEMI SAMPE KE KAMPUS! UWOOOOOOOOOOOOOOOOOOH !!!!

Udah.
Gua senengnya emang suhu rendah.
Alasan gua memilih kuliah di kota yang panas adalah karena biar jauh dari rumah.
Yap!
Yoho.

30 Day of Gratitude Challenge, Numero Quatorze : Sights

Yo.

Semalem gua ekstra mager karena persiapan untuk ujian siang ini.
Gua bersyukur atas bangunan bergaya Eropa yang ada di Indonesia. Sebagian diri gua ingin mengapresiasi karena gaya bangunan ini menarik. Sebagian diri gua ingin berbangga diri karena bangsa gua bisa mengusir penjajah yang membawa gaya bangunan ini. Oh!
Gua bersyukur atas monumen-monumen bersejarah. Tembok besar dengan ukiran-ukiran, berbagai tugu dan variasi dari obelisk, dan semacamnya. Shoutout untuk monumen di Lengkong, monumen peringatan di Legian, dan Tugu Pahlawan.

Gua bingung mau nulis apa lagi.
Serius.
Gua kurang menikmati melihat-lihat bangunan yang menarik; gua melihat semua bangunan yang gua anggap menarik. Gua bakal ngelihat bangunan dengan eksterior kaca yang kinclong = menarik. Gua melihat bangunan yang menghasilkan aroma makanan yang sedap = menarik. Gua melihat bangunan yang terlalu tua = menarik.

Udahan ah.
Yoho.

Kamis, 14 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Treize : Ability

Yo.

Hari ini...
Segala bahan makanan sudah habis dari kulkas gua...
Pembukaan macam apa ini ?!
Mari lanjut saja ke urusan utama.
Gua bersyukur atas kemampuan gua untuk menghibur diri sendiri. Seperti yang mungkin lu tau, gua adalah seseorang yang secara natural pendiam dan penyendiri. Oleh karena itu, masuk akal jika salah satu metode penghiburan gua adalah dengan menyendiri. Bisa gua main sendiri, bisa gua tiduran dan introspeksi, dulu gua bisa merenung (+ roti bakar dan minuman) di atap kampus, dan lain-lain. Bukannya untuk membanggakan kesendirian, tapi gua bisa menghargai kesendirian. Postingan ini jadi sedih dan menyedihkan.
Gua bersyukur atas kemampuan gua untuk mengingat hal-hal trivial. Pada momen yang tepat (dan pastinya sangat jarang terjadi), gua bisa menjadi bank ilmu untuk hal-hal yang remeh. Minimal bisa meningkatkan suasana. Hmmmm~
Gua bersyukur atas kemampuan badan gua untuk berkeringat hampir di segala suasana. Cukup sedikit digerakkan dan KA-POO-YAH! Kelembaban instan! WOOO!
Gua bersyukur atas kemampuan gua untuk menjadi "penghabis makanan" di rumah. Demi menghargai masakan ibu gua dan/atau menghabisi makanan yang sudah dibeli, perut gua akan angkat tangan walaupun tawaran tidak diberikan. Oomph!
Gua bersyukur atas kemampuan gua untuk menahan suhu rendah. Gua rasa ini bukan cuma karena badan gua terlapis sempurna dengan gumpalan lemak sih. Gua rasa gua emang punya ketertarikan sendiri ke suhu rendah. Entahlah. Mungkin bukan "menahan", tapi lebih ke "mengapresiasi".

Gitu deh.
Yoho.

Rabu, 13 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Douze : Texture

Yo.

AH! Minggu ini sibuk sekali dengan segala ujian dan laporan!
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!
Tarik napas dulu deh.
Gua bersyukur atas kain-kain bahan pakaian yang memiliki tekstur yang lembut. Pakaiannya jadi enak dipake = cocok buat gua. Apalagi kalau bahannya yang lumayan tipis dan gampang kering. Hmmmmmm~
Gua bersyukur atas meja yang permukaannya cukup licin dan halus, karena tangan gua jadi nyaman kalau ditaruh. Dengan tangan yang nyaman, gua jadi nyaman mau nulis atau pake laptop. Sedap~
Gua bersyukur atas makanan bertekstur renyah, mungkin berminyak, biasanya berwarna kecoklatan, dan sebaiknya rasanya cenderung gurih/asin. Oomph! Crispy!  

Ah!
Gua jadi laper gorengan dan keinget liburan terus!
Yoho!

Selasa, 12 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Onze : Holiday

Yo.

KENAPA HARI GINI MALAH BAHAS LIBURAN!
OH!
MENGAPA ???
Tapi gua pastinya tetep bersyukur atas adanya liburan musim panas. Pas masa S1, yang mana gua hidup di luar Markas Besar, gua sangat menikmati liburan Juli-Agustus. Bukan cuma karena gabutnya (#CenoLudoDormio) tapi juga karena gua bisa ngumpul sekeluarga, bersama, bersuka ria, tertawa, bercanda-canda, membangun hotel~
Gua bersyukur atas liburan Natal dan Tahun Baru. Oh! Nempel, jadinya makin panjang! Oh! Poin yang penting adalah gua pasti akan kembali ingat (secara inisiatif) tentang kehidupan religius gua. Namanya aja udah bermakna "kelahiran" dan nama gua mengandung makna "lahir kembali", jadinya gua merasa hari Natal itu terlalu spesial untuk tidak direnungkan. Gua bukannya lagi sok asik, tapi emang begitulah adanya. Dan asalkan Tahun Baru itu nggak terlalu berisik, mantaplah prosesi penutupan tahun.
Gua bersyukur atas rangkaian liburan Hari Raya Idul Fitri. Asik bet! Dulu gua sangat menikmati main ke masjid komplek untuk ngelihat penyembelihan sapi. Mungkin tetangga gua ada yang nyembelih kambing. Keluarga gua biasanya motong ayam, terus dibikinin soto atau opor. Ù„ذيذ !!! Oomph! Terus temen-temen jadi pada ngirim pesan salam damai dan permohonan maaf gitu kan. Oomph! Indah sekali!

Yaudah gitu.
Gua jadi makin pengen libur kan :(
Yoho...
 

Senin, 11 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Dix : Taste

Yo.

Hari Minggu~
Besok Senin... tapi gua nggak ada kuliah~ tapi gua mesti ke kampus buat kerja kelompok...
Liek if u cri evrytiem
Gua bersyukur atas rasa manis. Sebagai orang yang punya sweet tooth, rasa manis merupakan rasa yang akan gua terima dengan senang hati. Kue manis! Minuman manis! NONA MANIS! OOOH! MANIS!
Gua bersyukur atas sebotol kecap dan sebungkus bumbu pecel, asli Indonesia tentunya, yang dibelikan oleh tante gua yang sekarang udah berdomisili di Belanda. Rasa rumah banget! OOOH!
Gua bersyukur atas keju yang tidak bau dan tidak "terlalu keju". Diberkatilah keju-keju yang demikian karena sebaik-baiknya keju adalah yang bisa dinikmati oleh La Signora Grande. Gitu.
Gua bersyukur atas vanilla. Oh! Wafer isi krim vanilla kenamaan (maap, bukan sponsor) adalah produk pertama yang membuat gua jatuh hati. Lalu ada susu vanilla. Lalu ada ekstrak vanilla yang bisa masuk ke berbagai kue. Lalu ternyata ada daun pandan, yang merupakan pengganti yang pantas untuk vanilla. Vanilla~
Gua bersyukur atas rasa yang pernah ada-
Otak : Paragraf terakhir berhasil saya potong demi keamanan bangsa dan negara.
Otak : Selamat melanjutkan aktivitas!
Otak : Yoho!
 

Minggu, 10 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Neuf : Place

Yo.

Masih tanggal 9 di tempat gua!
13 menit lagi!
Mari selesaikan dalam 10 menit!
Gua bersyukur atas rumah dinas bapak gua. Markas Besar. Tempat gua tumbuh selama bertahun-tahun. Tempat gua mengenal berbagai pelajaran, permainan, tanaman, masakan, kata-kata kasar, dan masih banyak lagi. Terlalu indah untuk dilupakan~
Gua bersyukur atas sekolah-sekolah yang pernah gua singgahi. TK Strada Santa Maria, SD Strada Santa Maria Tangerang, SMPN 1 Tangerang, SMAN 2 Tangerang, ITS Surabaya Kampus Sukolilo. 12 tahun wajib belajar + 4 tahun pendidikan sarjana = terlalu banyak ilmu untuk tidak diingat. TK dan SD di kompleks yang sama, menuju SMP yang letaknya di seberang jalan, menuju SMA, menuju universitas di ujung pulau, dan sekarang gua di benua yang berbeda. Jauh juga ya perjalanan pendidikan gua.
Gua bersyukur atas pantai. Pasir, laut, panas, angin, MANTAP! Beberapa pantai yang gua sukai adalah Pantai Anyer, Pantai Kuta, Pantai Sanur. Ada 1 pantai lagi sih, tapi gua nggak tahu namanya. Oh oh! Pantai Kenjeran (?). PANTAI!
Gua bersyukur atas kamar gua saat ini. Kotor, pasti. Berantakan, pasti. Nyaman, pasti. Gua tinggalkan, tidak akan. Kamarku, markasku. Oomph!!!
Yoho.

Sabtu, 09 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Huit : Book

Yo.

Harta yang paling berharga adalah buku.
Harta yang paling berharga adalah buku.
Harta yang paling berharga, so pasti KELUARGA.
Tapi, topik hari ini adalah buku.
Kalau lu udah puyeng, mendingan makan dulu baru balik ke blog ini.
Gua bersyukur atas ensiklopedia bergambar. Terima kasih telah menjadi penumbuh minat baca gua. Gua memang masih memilih gambar daripada tulisan sejak pertama kali mengenal buku, tapi ensiklopedia bergambar adalah gerbang menuju peningkatan jumlah tulisan. Menarik sekali~
Gua bersyukur atas buku tulis. Tanpa buku tulis, gua nggak akan pernah belajar menggambar di kelas yang membosankan. Yap, kadang-kadang kelas itu membosankan. Tanpa buku tulis, gua nggak akan pernah nulis-nulis-nulis-nulis-OH! RUMUS MATEMATIKA BARU! (Gua masih nggak yakin kalau rumus ini belum dipatenkan, jadinya gua nggak mau publikasi dulu ah. Lumayan kan kalau nama gua masuk paten). Mungkin kalau lu kenal gua, gua akan kasih rumus ini dengan cuma-cuma.
Gua bersyukur atas buku-buku pelajaran yang pernah gua baca. Terima kasih atas ilmu yang diberikan karena membawa gua ke posisi gua saat ini : Di depan laptop, di meja kerja, di dalam kamar apartemen, di Prancis. Menarik sekali~ Bukan guanya, tentunya. Gua adalah orang yang sangat membosankan dan "tidak jelas", terutama untuk orang umum.
Gua bersyukur atas Inferno-nya Dan Brown dan The Fourth Hand-nya John Irving. Dua novel ini masih merupakan dua-duanya novel yang gua ambil dengan semangat, gua baca dengan semangat, dan gua selesaikan dengan baik-baik.
Gua bersyukur atas buku paspor. Gua nggak mau dideportasi. Nggak sekarang, setidaknya.
Gitu dulu deh.
Yoho~

Kamis, 07 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Sept : Memory

Yo.

Sudah seminggu.
Ku di dekatmu.
Ku menulis di blog itu.
1 dari 3 kalimat diatas adalah tidak benar.
Lanjut aja ah.
Gua bersyukur atas ingatan gua tentang jalan-jalan ke pantai. Maksud gua ya, deburan ombak, hembusan angin, eh udaranya agak asin! Pohon kelapa yang bergoyang~ Kaki berpasir, celana yang basah~ Santai~ Kulit menghitam~ Indahnya negeriku~
Gua bersyukur atas ingatan gua tentang lezatnya masakan ibu gua. Sangat menginspirasi minat memasak gua. Oomph!
Gua bersyukur atas ingatan gua tentang masa wajib belajar dulu. Dari SD swasta yang membangun "karakter membenci mencontek", ke SMP negeri yang membangun "karakter kerjasama psikis dan psikomotoris antarteman sekelas" dan "karakter ingin membantu sesama demi terselesaikannya masalah dan bisa lanjut nyantai". Pendidikan memang indah~
Gua bersyukur atas ingatan gua tentang seseorang. Yap. Udah beberapa orang yang gua sebut sebagai "seseorang" di blog ini. Yang bisa gua maknai dari interaksi yang pernah terjadi adalah gua punya ikatan silaturahmi dengan yang bersangkutan (minimal cukstaw) dan gua belajar cara berinteraksi dengan "seseorang". Gua pengen deh kapan-kapan berjumpa lagi dengan para "seseorang", dalam kegiatan yang sesuai untuk tiap orangnya, tentunya. Biar bisa follow-up kehidupan masing-masing aja sih, minimal. Biar asik lagi, gitu.
Gua bersyukur atas ingatan gua yang sangat selektif dan terbatas dalam hal akademik, lirik lagu, dan pengetahuan trivial. Kadang sangat membantu di aktivitas sosial, tapi pasti membantu menghibur gua dikala kesepian melanda. Entah kenapa, poin ini kayaknya nggak usah masuk di postingan ini.

AWHKWHDWGUAJADIINGETMACEMMACEMKAN
Yoho~

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Six : Nature

Yo.

Kembali lagi ke waktunya menulis.
Musim panas memang luar biasa.
Jam 7.30 malam dan matahariku belum mau pergi.
Indahnya~
Gua bersyukur atas matahari. Panas, hangat, sejuk, gerah, lembab, fotosintesis, pakaian kering. Hmmmmm~
Gua bersyukur atas angin. Angin bisa membawa diriku melayang. Angin bisa membawa bisikan hatiku. Angin bikin adem. Angin membantu baju gua kering setelah keringatan, yang mana pasti terjadi berapapun temperatur udara di luar ruangan. Angin~
Gua bersyukur atas tanaman. Ada yang tumbuh jadi pohon besar yang bikin adem. Ada yang bisa dimakan; sedap! Ada yang bisa jadi hiasan yang aduhai. La Signora Grande mensponsori paragraf ini.
Gua bersyukur atas binatang. Ada yang cocok untuk digambar oleh anak kecil, ada yang sangat nggak cocok untuk digambar oleh anak kecil karena bisa merusak kepercayaan diri seorang anak #TheStoryOfMylife. Ada yang bisa jadi piaraan. Ada yang bisa jadi makanan. Gua nggak ada maksud terselubung untuk menempel 2 kalimat barusan #kebetulan.

Gitu deh.
Yoho.

Selasa, 05 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Cinq : Sound

Yo.

Postingan ini tepat waktu.
Yey!
Cuss dah.
Gua bersyukur atas album kompilasi hembusan angin dan dedaunan, ombak di tepi pantai, serta sungai dan air terjun : Suara Alam. Oomph! Merdu sekali!
Gua bersyukur atas karya Wage Rudolph Supratman, Lagu Indonesia Raya. 24/7 membanggakan dan asik dinyanyikan. Oomph!
Gua bersyukur atas para musisi, para komposer, para produser musik, dan pihak-pihak lain yang terlibat yang males gua sebutin satu persatu. Terima kasih atas karya yang dicurahkan ke masyarakat awam seperti saya.
Gua bersyukur atas bunyi kipas angin di kamar yang sepi ini. Seperti kata Kapten Tsubasa*, "Kipas angin adalah teman." Oomph!
 Gua bersyukur atas bunyi jentikan jari, suara-suara dari mulut untuk meniru suara instrumen musik, suara siulan gua yang masuknya cuma ke nada burung perkutut (serius), suara sepatu gua di setiap langkah, suara gunting kuku begitu kukunya terpotong, suara derit pintu dan lantai dan daun jendela, dan suara-suara lain yang biasanya tidak dihargai. Terima kasih telah mengisi hidup gua yang seringkali penuh kekosongan. Oomph!

Yok dah.
Yoho.
*dengan dramatisasi seperlunya

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Quatre : Food

Yo.

YAP!
GUA LUPA KEMARIN!
Gua bersyukur atas fakta bahwa lu bisa menempatkan nasi, ikan cuek goreng, tumis kangkung, dan sambel di piring yang sama. Menu legendaris dari rumah. Hmmmmm~
Gua bersyukur atas fakta bahwa lele bisa dimasak mangut, ditemani nasi, tumis kangkung, dan tahu goreng tepung. Menu legendaris luar rumah. Hmmmmmm~
Gua bersyukur atas adanya waffel instan yang cukup dihangatkan aja. Jajanan ini emang gua banget :')))
Gua bersyukur atas tanaman vanilla, karena rasa vanilla itu merupakan rasa yang terlalu menarik untuk dilupakan, terutama kalau dipasangkan dengan es krim atau susu.
Gua bersyukur atas adanya minuman soda warna coklat pekat yang bukan sponsor dari blog ini, karena minuman ini tidak pernah gagal untuk memperbaiki suasana hati dikala gundah menerjang.

Gua jadi laper kan.
Yoho.

Minggu, 03 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Trois : Colour

Yo.

Sekarang gua lagi nunggu makan malem mateng, jadi gua mau nulis deh.
Gua bersyukur atas warna abu-abu di langit hari ini, karena kalau cerah pasti panas banget. Di kamar gua ada kipas angin, tapi lagi gua pake untuk bantu keringin pakaian di kamar mandi dan kalo kena kipas angin seharian, gua bakal masuk angin. Semoga sekalian hujan sih, biar makin adem.
Gua bersyukur atas rambut warna biru muda, merah tua, ungu, biru tua, hijau, dan merah yang jago main basket #KurokoNoBasket .
Gua bersyukur atas warna hijau, yang merupakan warna yang paling adem di mata #540nm #00ff00 .

Yoho.

Sabtu, 02 Juni 2018

30 Days of Gratitude Challenge, Numero Deux : Technology

Yo.

Gua baru selesai makan malem.
Abis ini, gua mau langsung ke mode istirahat.
Sebelum gua males beneran, sebaiknya kita selesaikan urusan hari ini.
Gua bersyukur atas pabrikan laptop, pabrikan smartphone, developer media sosial, perusahaan telekomunikasi, dan pihak lain yang terlibat yang tidak bisa gua sebutkan satu persatu, karena atas media yang sediakan, gua bisa melakukan panggilan video dengan teman-teman dan sahabat-sahabat di Indonesia yang lagi buka puasa bersama dan yang lagi di Taiwan yang lagi jalan ke pasar untuk membeli jajan. Historis, sedap, 10/10 mau lagi.
Gua bersyukur atas oven microwave dan kulkas dan jasa pengiriman, karena dengan bantuannya, gua bisa menikmati bumbu kacang legendaris asli Indonesia (bener! yang ada di pikiran lu itu bener! yang itu!) yang tersedia dengan melimpah di area tempat tinggal Tante gua di Leidschendam. Nostalgia. Sedap. Hmmmmm~
Gua bersyukur atas mesin foto instan yang ada di deket supermarket tempat gua biasa belanja. Gua bisa belanja, terus bikin pas foto untuk urusan imigrasi. Parfait. That is how lives are build. That is how love is cemented into people. 

Yoho.